Perjalanan 10 Tahun Tzu Chi Medan

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Relawan Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir , dan Albert Khosasih ( Tzu Chi Medan )
 
 

foto
Antusias pengunjung untuk mengetahui sejarah berdirinya Tzu Chi Medan dijelaskan oleh salah satu relawan.

Adalah Arsyad, Franky Wistan, Guntur, Dharma Iskandar, dan Sutan Firman yang membuka jalinan jodoh antara Tzu Chi dengan warga kota Medan. Dengan kesan yang mendalam sewaktu berkunjung ke Tzu Chi Penang (Malaysia), mereka terus berusaha mencari jalan agar Yayasan Buddha Tzu Chi dapat tumbuh dan berkembang di Medan. Bak gayung bersambut, pada bulan Oktober 2002, tepatnya di Hotel Novotel Medan, diadakanlah acara ramah tamah Tzu Chi untuk pertama kali.

Itulah momentum yang sangat berharga dan menjadi titik awal lahirnya Tzu Chi di Medan. Dengan sambutan yang baik dari masyarakat, hanya dalam kurun waktu satu tahun, Tzu Chi Medan sudah memiliki kantor sendiri yang kemudian diresmikan pada tanggal 28 Agustus 2003.

Dengan adanya sebuah kantor resmi yang didonasikan oleh Mujianto Shixiong maka para relawan Tzu Chi Medan dapat menjalankan misi-misi Tzu Chi dengan lebih maksimal. Dari sebuah kelompok kecil relawan, sekarang sudah hampir 2.000 relawan yang bergabung di Tzu Chi Medan. Dengan adanya dukungan dari relawan-relawan maka keempat misi utama Tzu Chi dapat dijalankan dengan baik. Misi pelestarian lingkungan juga mendapat dukungan yang sangat luar biasa dari masyarakat Kota Medan. Dari kota Medan, Tzu Chi terus menyebarkan cinta kasihnya ke kota-kota lainnya dan sekarang sudah memiliki Kantor Penghubung di Tebing Tinggi yang menjadi tempat bernaungnya relawan-relawan dari Tebing Tinggi dan Pematang Siantar.

Jalinan Jodoh yang Semakin Berkembang
Di awal-awal perjalanannya, dedikasi relawan-relawan Tzu Chi Medan betul-betul diuji pada saat terjadi bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh. Kantor Penghubung Tzu Chi Medan pada saat itu (tahun 2004) menjadi tempat persinggahan bagi semua bantuan dari Tzu Chi internasional. Dengan jumlah relawan yang sangat minim, semuanya bersumbangsih tanpa pamrih agar dapat meringankan beban penderitaan dari korban-korban yang selamat di Aceh. Masih segar di ingatan beberapa relawan yang pada saat itu langsung menjalankan tugasnya. Mereka harus berkali-kali pulang pergi ke Aceh dan menjemput korban-korban yang masih selamat dengan pesawat Hercules dan pesawat-pesawat jenis lainnya. Dari jalinan jodoh inilah, pertumbuhan Tzu Chi Medan meningkat tajam.

Dari misi budaya humanis, Tzu Chi Medan juga semakin berkembang dengan didirikannya DAAI TV Medan. Pada saat ini, seluruh biaya operasional DAAI TV Medan sudah dapat ditanggung sepenuhnya dari hasil penjualan barang-barang daur ulang Tzu Chi Medan. Relawan-relawan daur ulang dengan sepenuh hati menjalankan pesan Master Cheng Yen, yakni mengubah sampah menjadi emas dan emas menjadi cinta kasih. Meski hampir 90 persen siaran DAAI TV Medan didukung oleh DAAI TV Jakarta, dampak positifnya banyak dirasakan oleh masyarakat Kota Medan dan sekitarnya. Pada awalnya, banyak pihak yang meragukan, apakah DAAI TV Medan dapat bertahan tanpa adanya pemasukan dari iklan, tetapi waktu telah membuktikannya sendiri, sampai saat ini, DAAI TV Medan tetap mengudara dan menemani semua pemirsanya.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam suasana kekeluargaan, relawan berbincang-bincang seputar Tzu Chi dengan para pengunjung Pameran 10 Tahun Tzu Chi Medan (kiri).
  • Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB. Semua relawan menghentikan sejenak kegiatannya dan melakukan doa bersama (kanan).

Mengenal Sejarah Tzu Chi Medan
Perjalananan Tzu Chi Medan selama 10 tahun ini dipaparkan kembali oleh relawan Tzu Chi Medan dalam Pameran 10 Tahun Tzu Chi Medan di Cambridge City Square Medan pada tanggal 12 - 14 Oktober 2012. “Semenjak 6 bulan yang lalu, persiapan untuk pameran ini sudah dilakukan,” ujar Desnita, koordinator acara. Persiapan yang dilakukan bukan hanya dalam hal menyiapkan lokasi atau barang-barang yang hendak dipamerkan, melainkan memastikan relawan-relawan yang akan terlibat selama pameran tersebut mengerti dan mengetahui sejarah Tzu Chi Medan dengan baik. Relawan-relawan tersebut dikelompokkan berdasarkan misi-misi yang ada di Tzu Chi dan hampir setiap minggu, diadakan pertemuan-pertemuan dimana masing-masing kelompok akan menceritakan semua hal yang bersangkutan dengan misi-misi yang telah dijalankan oleh Tzu Chi Medan selama ini.

“Yang hendak ditonjolkan dalam pameran kali ini adalah wujud kesatuan hati antar relawan Tzu Chi Medan, karena Tzu Chi Medan sendiri dapat terus eksis sampai saat ini karena  sumbangsih tanpa pamrih dari semua relawan pada tahun-tahun awal berdirinya,” tambah Desnita sewaktu ditanya apa yang hendak dicapai dalam pameran kali ini. Master Cheng Yen senantiasa mengingatkan kita semua agar tidak melupakan niat awal hati kita sewaktu bergabung dengan Tzu Chi. Dari sebuah niat hati yang tulus, semua relawan menapaki jalan Bodhisatwa Tzu Chi. Selama 10 tahun, Desnita telah menjadi relawan Tzu Chi dan dirinya merasa yakin telah menemui jalan yang tepat untuk menjalani kehidupannya. Semangat inilah yang membuat dirinya tidak menyesal memutuskan untuk bergabung dengan Tzu Chi.

Desnita juga mengatakan bahwa sebagian besar dari kita sudah mengetahui dengan jelas sejarah Tzu Chi  tetapi masih banyak relawan yang belum begitu tahu latar belakang lahirnya  Tzu Chi di daerahnya sendiri. Dengan menggunakan kesempatan ini, Desnita berharap wawasan relawan mengenai Tzu Chi Medan semakin bertambah. “Jangan sampai kita sendiri selaku relawan Tzu Chi Medan tidak mengetahui sejarah Tzu Chi Medan itu sendiri,” tambahnya.

Menurut jadwal, pameran ini seyogyanya dibuka pada tanggal 13 Oktober 2012, tetapi  tanpa diperkirakan sebelumnya, pameran dibuka sehari lebih awal karena penataan dekorasi pameran telah selesai pada tanggal 11 Oktober 2012. Sebuah wujud kebersatuan hati antar relawan dalam menyukseskan pameran ini. Setiap hal ada orang yang mengerjakan, dan setiap orang ada hal yang dikerjakan, itulah prinsip yang digunakan dalam mempersiapkan pameran ini. Tidak ada satu pun relawan yang berpangku tangan.

Dari para pengunjung yang datang, sebagian besar berasal dari dunia pendidikan, yakni mahasiswa-mahasiswi beberapa universitas, seperti STIE PMCI (Professional Management College Indonesia), STMIK Mikroskil ,Universitas Prima Indonesia, dan juga dari SMA Wiyata Dharma. Tujuan dari kunjungan mereka adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Tzu Chi. Kali ini, salah satu Tzu Ching, Prayugo menjelaskan bagaimana Master Cheng Yen dengan prinsip kesederhanaan mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi di tahun 1966 dan dengan prinsip cinta kasih universal dan ketulusan menjalin jodoh hingga ke lebih dari 50 negara di dunia dan berhasil bertahan hingga sekarang, di tahun yang ke-46.

foto  foto

Keterangan :

  • Kunjungan dari mahasiswa-mahasiswi PMCI disambut hangat oleh salah seorang Tzu Ching (kiri).
  • Para pengunjung sangat tertarik akan benda-benda kreasi dari sampah daur ulang (kanan).

Dalam pameran ini juga ada satu sisi bagian yang menjadi tempat untuk mempromosikan produk-produk Jing Si. Tanggapan dari para pengunjung akan produk-produk tersebut juga sangatlah baik karena para relawan dengan sepenuh hati menjelaskan manfaat dari masing-masing produk seperti buku, CD, DVD, maupun alat-alat makan daur ulang.

Setiap hari, jika waktu telah menunjukkan pukul 12.30 WIB, semua relawan akan menghentikan kegiatannya sejenak untuk berdoa bersama. Berharap semoga semua hati manusia tersucikan, masyarakat yang damai, serta dunia yang besbas dari bencana. Di sela-sela pameran, para Bodhisatwa Cilik dari Kelas Budi Pekerti mempertunjukkan kebolehannya dalam peragaan isyarat tangan, dan salah satu dari mereka menghibur para pengunjung dengan alunan kecapi. Relawan-relawan lain juga menampilkan isyarat tangan dari beberapa lagu-lagu Tzu Chi. Selama 3 hari, lagu-lagu Tzu Chi terus menemani para pengunjung Atrium Cambridge City Square sehingga membuat hati orang-orang yang mendengarkannya menjadi tenang dan bahagia.

Dengan wajah yang penuh senyum, satu per satu relawan menjelaskan apa saja yang dilakukan oleh Tzu Chi kepada para pengunjung. Tak lupa, relawan menjelaskan hal yang sangat penting di Tzu Chi yakni semangat celengan bambu. Dari dana kecil menjalankan amal besar. Inilah semangat yang terus diwariskan kepada setiap relawan Tzu Chi di seluruh dunia. Dan menjadi bagian untuk mewujudkan salah satu tekad Master Cheng Yen, yakni mensucikan hati manusia.

Pengunjung pun merasa tertarik akan barang-barang hasil kreasi dari sampah daur ulang. Dari sebuah benda yang tidak terpakai, dapat dibuat menjadi barang yang berguna. Salah satunya adalah tas jinjing yang dikreasikan dari kantung plastik belanjaan. Kemudian ada juga kreasi bunga dari kertas koran bekas. Bunga-bunga plastik yang dibuat dari botol-botol minuman kemasan yang dicat sehingga indah dipandang. Kalau tidak diperhatikan dengan seksama, hampir semua pengunjung tidak pernah menyangka kalau semua itu adalah hasil kreasi dari sampah.

Di penghujung hari terakhir pameran, Desnita mengumpulkan semua relawan untuk sharing. Masing-masing relawan mengungkapkan kebahagiaannya karena dapat mengenal lebih jauh akan Tzu Chi Medan dan dapat mengikat jodoh baik dengan banyak orang. Desnita sendiri mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua relawan yang sangat sepenuh hati bersumbangsih demi kesuksesan pameran ini. “Sebuah kegiatan itu dikatakan sukses kalau semua relawan bersatu hati dalam berkegiatan,” tambahnya. Pameran 10 Tahun Tzu Chi Medan ini, ditutup dengan peragaan isyarat tangan Satu Keluarga oleh semua relawan Tzu Chi Medan. Semoga semangat akan kebersamaan ini dapat terus berlanjut dan diwariskan.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menghargai Sumber Daya Alam

Suara Kasih: Menghargai Sumber Daya Alam

04 Agustus 2011
Sebersit niat sangatlah penting. Kita semua hidup di bumi yang sama. Kita semua hidup di kolong langit dan berpijak di atas bumi yang sama. Bila kita memboroskan air di sini, maka sumber daya air di tempat lain juga akan berkurang perlahan-lahan.
Mengelola Sampah dengan Cara Sederhana

Mengelola Sampah dengan Cara Sederhana

08 November 2023

Dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan meminimalisasi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Tzu Chi Medan Mandala bekerja sama dengan Sekolah Wiyata Dharma mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan berupa pemilahan sampah daur ulang.

 Menciptakan Dunia Bersih

Menciptakan Dunia Bersih

12 Mei 2011
Sampah merupakan emas bagi sebagian kecil orang. Dari kalimat tersebut muncullah pertanyaan dan rasa ingin tahu pada beberapa orang seperti berikut, ”Sampah emas itu seperti apa?”
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -