Raja dan Ratu Sehari

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoJunai merasa sangat tersentuh atas perhatian dan pendampingan yang diberikan oleh para relawan Tzu Chi. "Kita seperti Raja dan Ratu sehari," katanya.

Merasa bagaikan raja dan ratu dalam sehari. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Junai (52tahun), salah satu pasien bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-63…

Seorang ibu yang merupakan salah satu pasien katarak dalam kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi bersikeras menolak seorang relawan pada saat hendak mencuci kakinya. “Jangan nak, bisa dioperasi gratis saja saya sudah bersyukur, masa harus sampai diperlakukan seperti ini, anak saya saja tidak pernah (mencuci kakinya -red),” ucap Junai, sang ibu tersebut sambil terisak.

 

 

Bagi Junai, tindakan mencuci kaki adalah sebuah penghargaan yang besar untuk seseorang, “Biasanya yang mencuci kaki itu adalah seorang anak yang punya kesalahan besar kepada orangtua. Dan dengan mencuci kaki, berarti anak itu meminta pengampunan dari orangtua.” Oleh sebab itu, ketika relawan ingin melakukannya Junai merasa sangat tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu. “Kata tetangga saya yang sudah dioperasi di Tzu Chi, relawannya baik-baik. Dia juga bilang, ‘Kita pasti dikasih makan di sana,’ tapi saya tidak menyangka kalau ternyata perhatian yang diberikan memang luar biasa.
 
Air Mata Bahagia
Sudah hampir tiga tahun mata kanan Junai tidak lagi dapat berfungsi dengan normal. Berawal dari rasa seperti tengah kelilipan, akhirnya ibu dari empat orang anak ini terpaksa kehilangan penglihatannya secara perlahan karena katarak yang dideritanya. “Dulu saya masih bisa melihat bayangan walaupun samar-samar, tapi kalau sekarang sudah tidak bisa terlihat apa-apa lagi,” terangnya.

foto  foto

Ket: - Dengan penuh semangat para relawan Tzu Chi memberikan penghiburan kepada para pasien dengan            bahasa isyarat tangan agar mereka merasa tenang menghadapi operasi. (kiri)
        - Nuri, salah satu pasien mata dari Labuan, Sulawesi Tengah, menuturkan bahwa sulitnya akses kesehatan di           desanya membuat masyarakat yang menderita penyakit terpaksa menerima dengan pasrah kondisi mereka.

Setelah berkonsultasi ke dokter, Junai pun mulai mengumpulkan uang agar bisa mengobati matanya (dengan melakukan operasi -red). Namun apa daya setiap kali uang mulai terkumpul, ia terpaksa menggunakannya untuk biaya berobat Mad Yasin, suaminya. “Suami saya menderita penyakit gula, diabetes dan paru-paru. Dan hampir enam tahun dia tidak bekerja, karena penyakitnya sering sekali kambuh,” tutur Junai.

Beruntung dua anak Junai yang sudah bekerja, rutin memberi sejumlah uang kepadanya. “Sedikit-sedikit uang itu selalu saya sisihkan untuk berobat, tapi karena kondisi bapak begitu (sering kambuh -red) jadi pasti uang tabungan saya itu selalu habis,” jelasnya. Oleh sebab itu, Junai selalu meredam keinginannya untuk menjalani operasi, apalagi biaya yang harus dikumpulkannya cukup tinggi, yakni mencapai lebih kurang tiga juta rupiah, “Waktu itu saya pasrah. Kalau memang tidak bisa sembuh, ya sudahlah biar saja.”

  foto

Ket:  - Tanpa sungkan, para relawan Tzu Chi mencuci kaki para pasien. Hal ini merupakan wujud pelayanan para             relawan kepada para pasien dengan sepenuh hati.   (kiri)
         - Karyawan DAAI TV Indonesia juga turun serta menjadi relawan dalam kegiatan baksos Tzu Chi ke- 63 ini,             mendapat pelajaran dari membahagiakan orang lain melalui sumbangsih secara langsung.

Tapi ternyata berkah datang padanya, melalui tetangganya yang pernah mengikuti kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi, akhirnya Junai pun mendaftarkan diri untuk mengikuti operasi katarak gratis yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada tanggal 22 November 2009. “Banyak tetangga saya yang berhasil operasi di Tzu Chi. Makanya saya beruntung, Tzu Chi memberikan kesempatan buat saya operasi,” tutur Junai sambil menghapus air mata yang mulai membasahi pipinya.

Kebahagiaan yang Junai rasakan bukan hanya karena berhasil menjalani operasi, namun juga perhatian yang diberikan oleh para relawan sebelum maupun pasca menjalani operasi. “Lihat, semua orang di sini diperlakukan sangat istimewa. Pokoknya kaya “raja dan ratu” sehari. Ada yang diberi selimut saat kedinginan karena tidak kuat AC (pendingin ruangan), ada juga yang disuapi karena tidak bisa melihat. Bahkan mereka mau menghibur kami dengan bernyanyi. Coba bayangkan, di mana lagi kami dapat perhatian seperti ini,” ungkapnya haru.

Terus Lakukan yang Terbaik
Bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-63 yang diadakan di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi ini, dilakukan selama tiga hari, 21, 22, dan 25 November 2009. Para pasien tidak hanya datang dari Jakarta dan sekitarnya, namun juga diikuti oleh lebih kurang 72 pasien yang berasal dari Sulawesi Tengah.

foto  foto

Ket:  - Baksos yang diadakan pada tanggal 21,22, dan 25 November 2009, berhasil menagani 73 pasien Hernia,              47 pasien minor, 34 pasien bibir sumbing, 149 pasien mata, 255 pasien gigi, dan 12 pasien THT.   (kiri)
         - Selain Jabotabek, pada baksos kali ini terdapat juga 40 pasien katarak, dan 32 pasien bibir sumbing yang             berasal dari Sulawesi Tengah.

“Sebelumnya kami juga sudah mengadakan pengobatan bibir sumbing dan katarak di Sulawesi Tengah. Namun karena keterbatasan dokter dan obat-obatan, maka masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pengobatan tersebut. Oleh sebab itu, kami memutuskan untuk mengikuti mereka dalam kegiatan baksos yang diadakan oleh Tzu Chi, agar mereka mendapatkan pengobatan yang mereka butuhkan,” ucap Kol. Kav. Muhammad Thamrin Marzuki selaku Komandan Resimen (Danrem) 132 Tadulako.

Beliau menambahkan, sulitnya akses kesehatan di daerah tempat tinggal mereka, membuat para pasien ini terpaksa pasrah terhadap kondisi yang menimpa mereka. ”Jarangnya dokter spesialis yang datang, membuat mereka semakin terpuruk dalam penyakit tersebut. Bahkan anak-anak yang malu dengan kondisi mereka (sumbing -red), memutuskan untuk meninggalkan bangku sekolah,” lirih Thamrin prihatin.

 
 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Bersinarnya Harapan Pendidikan

Suara Kasih: Bersinarnya Harapan Pendidikan

05 Juli 2011
Sutra Bakti Seorang Anak yang maknanya sangat dalam juga mampu mereka pentaskan. Para siswa di kedua sekolah ini memerankan kakek, nenek, ayah, ibu, juga anak yang tak berbakti. Anak yang tak berbakti diperankan dengan sangat bagus, begitu juga dengan ayah dan ibu yang sangat mengasihi anaknya. Mereka memerankannya dengan sangat baik.
Kebaikan Tanpa Membedakan

Kebaikan Tanpa Membedakan

18 Oktober 2011 Gatot  mengenal Tzu Chi dari pimpinannya di tempatnya bekerja. Saat pertama kali mengikuti acara Tzu Chi, ia melihat pimpinannya tersebut mengangkat-angkat kursi yang menurutnya tak lazim dilakukan oleh seorang pimpinan.
Suara Kasih: Hidup Rajin dan Hemat

Suara Kasih: Hidup Rajin dan Hemat

10 Mei 2012 Himpunan donasi dari setiap orang bagaikan butiran padi yang memenuhi lumbung dan tetesan air yang membentuk sungai. Dengan menghimpun semangat dan donasi, kita bisa membantu banyak orang.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -