Rumah Insan Tzu Chi Batam

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto, Joni

Minggu, 14 Juni 2015 dilakukan Peletakan Batu Pertama pembangunan Aula Jing Si Batam. Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan Ketua Tzu Chi Batam Diana Loe (dua dan tiga dari kanan) melakukan tiga kali penyekopan sebagai pertanda dimulainya pembangunan.

Setelah Jakarta, Bandung, dan Padang, kini insan Tzu Chi Batam pun akan memiliki Rumah Batin (Aula Jing Si). Rumah yang bakal menjadi pusat kegiatan insan Tzu Chi Batam ini menjadi rumah keempat Aula Jing Si yang dibangun di Indonesia. Aula Jing Si Tzu Chi Batam ini berdiri di atas lahan seluas 8.152,66 m2, terdiri dari 6 lantai, dan juga posko daur ulang. Aula Jing Si sendiri seluas 7.252,66 m2, dan direncanakan masa pembangunannya sekitar 2,5 tahun. Seperti Aula Jing Si lainnya, bangunan ini pun dirancang tahan gempa (7 skala Richter) dan dapat menjadi tempat penanggulangan bencana saat terjadi bencana serta menjadi dapur umum. 

Hari Bahagia Itu Tiba

Minggu, 14 Juni 2015, ratusan relawan dan masyarakat umum berkumpul untuk menyaksikan Peletakan Batu Pertama Aula Jing Si Batam, Kepulauan Riau. Sebanyak 150 relawan yang terdiri dari relawan Tzu Chi Jakarta, Singapura, Malaysia, dan juga Batam menghadiri momen bersejarah ini. Sebanyak 235 tamu undangan yang berasal dari donatur dan masyarakat umum juga turut hadir di tempat yang bakal menjadi rumah batin insan Tzu Chi Batam ini.

Ketua Tzu Chi Batam Diana Loe menerima persembahan berupa daun sirih dari para penari tradisional Batam.

Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei menyampaikan harapannya agar Aula Jing Si Batam ini selain sebagai rumah batin dan tempat pendidikan masyarakat, juga bisa berfungsi juga sebagai tempat penggalangan Bodhisatwa. “Jadi Aula Jing Si ini akan memiliki banyak fungsi di Batam karena Batam itu dekat dengan Singapura dan Malaysia, dan di samping-sampingnya terdapat banyak pulau yang sebenarnya di setiap pulau itu banyak orang yang kesusahan dan menderita dan membutuhkan bantuan dari kita. Dengan kita memiliki Aula Jing Si maka akan dapat memberikan pertolongan bagi warga yang berada di pulau-pulau tersebut,” kata Liu Su Mei dengan wajah gembira dan bersemangat.

Menurut wanita yang merupakan salah satu perintis Tzu Chi di Indonesia ini, insan Tzu Chi Batam sudah layak untuk memiliki rumah batin sendiri karena Tzu Chi Batam sudah sejak 15 tahun lalu menjalankan empat misi Tzu Chi (amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis) di Batam dan wilayah sekitarnya: Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun. Tzu Chi Batam sendiri memiliki cukup banyak relawan yang aktif. “Hari ini terlihat semua bersatu hati dan bekerja sama untuk memulai pembangunan Aula Jing Si ini, kami sangat mendukung dan merasa terharu melihat ini,” kata Liu Su Mei.

Acara ini dihadiri oleh para pemuka agama dan tokoh masyarakat dari Kota Batam. Ini sebagai wujud dukungan atas keberadaan Aula Jing Si dan Tzu Chi di Batam.

Diana Loe, Ketua Tzu Chi Batam tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia dan harunya dengan dimulainya pembangunan Aula Jing Si Batam ini. “Saya sangat tersentuh dan berterima kasih kepada Master Cheng Yen yang memberikan kami sebuah hadiah berupa rumah batin yang begitu bagus, sehingga orang-orang dapat berjalan di jalan Bodhisatwa,” ujarnya dengan terbata-bata. Ia berharap dengan kehadiran Aula Jing Si di Batam ini membuat masyarakat Batam menjadi aman dan tenteram. “Keberadaan Aula Jing Si ini merupakan berkah bagi masyarakat Batam, dan relawan juga harus semakin bersungguh hati menjalankan misi Tzu Chi. Aula Jing Si merupakan ladang pelatihan Bodhisatwa dan pendidikan moral masyarakat, jadi kita harus lebih banyak menggalang Bodhisatwa sehingga setiap orang menggunakan cinta kasih, kebijaksanaan, menjernihkan batin manusia,” katanya.

Benih-benih Tzu Chi Batam sendiri sudah mulai muncul sejak tahun 2000. Keberadaan Tzu Chi Batam tak lepas dari peran relawan Tzu Chi Singapura, dimana karena kedekatan geografis maka pembinaan relawan Tzu Chi Batam lebih banyak dilakukan oleh relawan Tzu Chi Singapura. Pada tanggal 17 Agustus 2005, Kantor Penghubung Tzu Chi Batam diresmikan. Sejak itu berbagai pelatihan kerelawanan pun mulai banyak dan rutin dilaksanakan. Jumlah relawan pun semakin bertambah sehingga membuat insan Tzu Chi Batam bekerjasama dengan Tzu Chi Singapura mengadakan baksos kesehatan pada tahun 2004. Di samping itu, para relawan juga aktif terlibat dalam baksos tanggap darurat.

Jika dulu pada awalnya insan Tzu Chi Batam dibina oleh Tzu Chi Singapura, maka kini relawan Tzu Chi Batam justru secara rutin mendampingi dan membina relawan di Tanjung Balai Karimun. Dimulai dari kegiatan donor darah dan baksos kesehatan secara bersama kini akhirnya sudah berdiri Kantor Penghubung Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pada 5 Juni 2011 dan Tzu Chi Tanjung Pinang pada 11 September 2014.

Kepala Kesbangpolinmas Kota Batam Drs. Rudolf Napitupulu mengaku sangat senang dan bangga dengan hadirnya Tzu Chi di Batam karena merupakan sebuah gerakan hati secara murni.

Melayani dengan Hati

Mewakili Walikota Batam, Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Batam Drs. Rudolf Napitupulu mengaku sangat senang dan bangga dengan hadirnya Tzu Chi di Batam karena merupakan sebuah gerakan hati secara murni.  “Di tengah perkembangan Kota Batam yang majemuk, Tzu Chi bisa menjadi penyejuk hati di tengah-tengah masyarakat Batam,” ujar Rudolf dalam sambutannya,” ajaran Buddha yang berlandaskan cinta kasih universal perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing.”

Kegiatan Tzu Chi yang bersifat universal juga mendorong munculnya dukungan dari berbagai tokoh agama lain, seperti H. Rustam Efendi Bangun (Foruk Kerukunan Umat Beragama) Batam dan Sr. Lidwina dari Gereja Sangto Petrus Batam. “Merupakan suatu kebahagiaan di antara sesama umat beragama tatkala umat beragama lain juga memiliki rumah ibadahnya,” kata H. Rustam, “kita juga sangat mendukung kegiatan keagamaan yang bersifat sosial sehingga mendorong kepedulian pada sesama.” Hal senada diutarakan Sr. Lidwina, “Hadirnya Aula Jing Si di Batam merupakan suatu hal yang baik di tengah hiruk pikuk pembangunan masyarakat Batam. Terlebih Tzu Chi hadir untuk membantu dan melayani sesama yang membutuhkan, tanpa memandang agama, ras, maupun golongan.” Sr. Lidwina berharap keberadaan Aula Jing Si dapat semakin menambah kekuatan insan Tzu Chi Batam dalam melayani masyakat yang kurang mampu. Sementara Eko Prayogo dari Penyelenggara Bimas Buddha Kota Batam mengatakan dengan adanya Yayasan Buddha Tzu Chi di Kota Batam sangat membantu masyarakat Kota Batam. “Meski yayasan ini menggunakan simbol agama Buddha, tetapi bergerak dalam bidang sosial. Selama ini yang saya lihat ada baksos amal dan pengobatan, dan ini sangat membantu sekali.”

Di antara relawan komite yang hadir, Djaya Iskandar terlihat tampak sibuk menyapa dan menjelaskan tentang Aula Jing Si kepada tamu yang hadir. Djaya Iskandar memang didaulat untuk menjadi Ketua Komite Pembangunan Aula Jing Si. Ia pun praktis aktif bertanya-tanya kepada relawan Tzu Chi dari Jakarta, Singapura, dan Malaysia tentang persiapan yang harus dilakukan dalam pembangunan Aula Jing Si Batam ini. “Kita akan contoh dari Jakarta dan sesuaikan. Kalau di Jakarta kan ada relawan khusus yang memantau pembangunannya, kalau kita di Batam karena relawannya terbatas maka kita akan sesuaikan untuk pengawasannya. Tapi secara standar dan kualitas kita akan sama dengan Jakarta,” ujarnya.

Murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Batam, juga menampilkan isyarat tangan sebagai wujud penampilan budaya humanis Tzu Chi.


Sebanyak 50 orang melakukan tiga kali penyekopan, dengan makna: menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat aman dan damai, serta dunia terhindar dari bencana.

Seperti relawan lainnya, Djaya Iskandar pun merasa bahagia hari itu. Setelah kurang lebih 3 – 4 tahun masa persiapan akhirnya pembangunan Aula Jing Si Tzu Chi Batam dapat dimulai. Perjalanan masih panjang dan membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan Rumah Batin ini. “Kita menggalang hati semua orang, relawan, donatur, dan masyarakat lainnya. Meskipun nanti banyak tantangan, tetapi asalkan kita bersatu hati maka kita akan dapat mengatasinya,” tegasnya, “semoga dengan adanya Aula Jing Si ini Tzu Chi Batam bisa berkembang lebih cepat dan semakin dapat membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan.”


Artikel Terkait

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -