Rumah Susun Barokah Palmerah: Penghuninya Sehat, Rezeki pun Meningkat

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Sukanta menerima paket sembako yang di berikan oleh Yayasan Tzu Chi dari Mahasiswa-mahasiswi Tzu Chi University Taiwan yang datang ke Indonesia. Sukanta mengatakan Yayasan tzu Chi tidak hanya membangun rumah keluarganya tapi juga membangun mental diri dan keluarganya untuk saling berbagi untuk sesama.

Di tengah hiruk-pikuk permukiman padat Jakarta, berdiri sebuah bangunan putih yang sederhana namun kokoh. Itulah Rumah Susun Barokah Palmerah, Jakarta Barat.

Dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan diresmikan oleh PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Rumah Susun Barokah Palmerah mengusung konsep baru yang belum pernah diterapkan sebelumnya di Indonesia, yakni Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV), sebuah hunian yang sehat dan aman untuk warga yang terdiri dari empat lantai.

Bangunan yang baru diresmikan setahun ini, tepatnya pada 3 Juli 2024 lalu,  bukan hanya menjadi sekadar tempat tinggal, tetapi simbol harapan bagi sembilan keluarga yang kini menghuni unit-unitnya. Salah satunya adalah Sukanta (59), yang tinggal di unit lantai dua bersama keluarganya dan cucu-cucunya.

Pada Rabu, 9 Juli 2024. Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali menyambangi warga Rumah Susun Barokah Palmerah, Jakarta Barat. Kunjungan itu bukan sekadar nostalgia, melainkan bentuk nyata perhatian yang tak pernah putus kepada para penghuni Rusun Barokah.

Dalam kunjungan kali ini, para relawan bersama mahasiswa dan mahasiswi Tzu Chi University Taiwan membagikan 300 paket sembako kepada penghuni rusun dan warga sekitar. Suasana hangat dan penuh syukur menyelimuti halaman rusun yang kini berdiri megah, menggantikan deretan rumah-rumah kumuh tidak layak huni yang dulu menempati area tersebut.

Suasana rumah Sukanta yang berda di lantai 2 Rusun Barokah terlihat bersih perabotan tertata rapih. Sukanta menghuni di lantai 2 dengan luas unit 18 meter persegi ada teras di belakang dan beberapa jendela agar sirkulasi udara berputar dengan baik.

Yayasan Buddha Tzu Chi telah menanam benih kebaikan lewat program bedah rumah yang akhirnya melahirkan Rusun Barokah Palmerah untuk sembilan kepala keluarga. Kini, jalinan kasih itu tumbuh makin erat.

“Hubungan jodoh Tzu Chi dengan warga di sini sudah dimulai sejak program program Bebenah Kampung berbasis KTV. Kali ini kami ingin memperluas jalinan itu dengan membagikan Paket sembako kepada 300 warga lainnya, agar semua dapat merasakan kebahagiaan yang sama,”ucap Teksan Luis koordinator program Bebenah Kampung Yayasan Buddha tzu Chi Indonesia.

Salah satu kisah paling menyentuh datang dari Sukanta (59), warga yang kini menempati unit di lantai dua. Sebelum tinggal di Rusun Barokah, ia hidup bersama dua keluarga lainnya. Total ada tujuh orang di sebuah rumah berukuran hanya 4–5 meter persegi. Rumah itu gelap, pengap, dan sangat tidak layak huni.

“Siang dan malam sama saja. Tidak ada cahaya masuk, tidak ada sirkulasi udara. Lampu harus menyala terus, bahkan di siang hari,” kenang Sukanta.

Rumah Sususn Barokah Palmerah, Jakarta Barat berada di RT 013/RW 008, Kel. Palmerah, Kec. Palmerah, Jakarta Barat. Rumah ini dirancang dengan konsep ramah lingkungan, terdiri dari 4 (empat) lantai dengan total 9 (sembilan) unit, dimana lantai dasarnya difungsikan sebagai ruang interaksi bersama bagi masyarakat.

Rumah itu tak memiliki kamar mandi pribadi. Sukanta dan keluarganya harus mengantre di toilet umum untuk BAB dan bersih-bersih. Rumahnya rendah dari jalan, masuk ke rumah Sukanta harus menundukkan badan, berdinding lembab, atap bocor, lantai nyaris rapuh, tiang-tiang rumah juga nyaris roboh.

Semua itu jadi bagian hidup sehari-hari Sukanta dan keluarga, karena penghasilan Sukanta hanya cukup untuk makan sehari-hari dari pemberian anak-anaknya yang sudah berkeluarga. “Pada saat itu, kalau hujan itu bukan berkah buat saya, malah jadi momok buat saya. Sudah berkali-kali atap yang bocor saya lapis pakai potongan karpet baru. Beli karpet baru ditambal dua meter, tiga meter, bocor lagi di tempat lain,” ungkap Sukanta mengisahkan rumahnya yang dahulu.

Kondisi itu tak hanya menyiksa fisik, tetapi juga kesehatan Sukanta dan keluarga serta cucu-cucunya. Bau kotoran tikus, udara lembap, serta ruang sempit membuat mereka sering sakit. “Sesak napas, pusing, sudah setiap hari, Pak,” tambahnya.

Rumah Sehat, Hidup Sehat, Rejekipun sehat
Kondisi haru yang sebelumnya dirasakan Sukanta, berubah saat mereka menghuni di Rumah Susun Barokah, diatas tanahnya sendiri yang dibangun oleh Yayasan Tzu Chi. Kini, Sukanta dan keluarganya tinggal di hunian yang bersih, terang, nyaman dan sehat. “Sakit pusing sudah tidak pernah, masuk angin pun tidak pernah. Ini rumah benar-benar auranya bikin badan saya segar bugar,” ucapnya penuh syukur.

Elly Wijaya relawan dari komunitas He Qi Barat 2, berkunjung ke dalam rumah Sukanta yang bersih, rapih. Relawan sangat gembira melihat langsung perubahan hidup warga yang secara fisik lebih sehat dan bugar seperti yang dilami oleh Sukanta.

Sukanta percaya bahwa rumah dan lingkungan yang sehat membawa berkah yang baik pula. “Kalau rumahnya baik dan sehat, mungkin rezeki kita juga baik. Kalau badan sehat, rezeki yang datangpun pun sehat juga,” tuturnya. Meskipun kini Sukanta sudah tidak bekerja, kebutuhan sehari-harinya tetap tercukupi dari anak-anaknya. Hal ini ia anggap sebagai berkah dari Rumah Susun Barokah ini.

Ia tak berhenti bersyukur. “Saya seperti mimpi. Apa benar ini rumah saya? Saya gak sangka bangunannya begini mewah. Kusen jendela saja pakai aluminium, pondasinya dan tiang-tiangnya gede bener seperti apartemen,” katanya kagum.

Seluruh anggota keluarganya pun turut merasakan manfaat positif dari lingkungan Rumah Susun Barokah ini. “Semua cucu saya juga sehat, Pak. Mungkin karena aura rumah ini bersih dan sehat, jadi aura positif pun datang ke saya dan cucu-cucu saya,”ucap Sukanta.

Ingin Membalas Kebaikan
Sukanta dan keluarga, saat ini dapat menikmati hunian sehat dan bersih, bebas dari sesak napas dan atap bocor . Penuh syukur, Sukanta ingin membalas kebaikan dengan menjadi relawan. Baginya, Rumah Susun Barokah bukan hanya tempat tinggal tapi awal dari hidup yang lebih manusiawi dan penuh harapan bagi cucu-cucunya.

“Saya hanya bisa sumbang tenaga, kalau materi saya enggak mampu, Pak. Saya diberikan rumah seperti ini, bagi saya ini sudah segalanya,” ujar Skanta dengan penuh haru.

Pintu rumah Sukanta terbuka bagi siapa saja khususnya dari keluarga besar Tzu Chi untuk datang berkunjung. Bagi Sukanta Yayasan Tzu Chi sudah seperti saudara dalam keluarganya termasuk menerima para mahasiswa-mahasiswi dan dosen dari Tzu Chi University Taiwan yang datang dan masuk ke dalam rumahnya.

Bagi Sukanta, rumah lamanya tak layak disebut rumah. Itu lebih mirip rumah kumuh yang tak terawat karena dimakan usia. Ia tak mampu memperbaiki atap yang bocor dan dinding yang berlubang dan posisi rumah yang rendah dari jalan karena semua penghasilan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

“Tzu Chi bukan hanya membangun Rumah Susun Barokah ini  lalu pergi, Enggak pak, dari awal sudah ada pembicaraan, bahwa setelah rumah di tempati akan ada pendampingan dengan datang berkunjung dari relawan Tzu Chi. Relawan tetap hadir untuk membimbing kami agar bisa hidup mandiri dengan bangunan rumah yang baru,” ucap Sukanta.

Sukanta sangat bersyukur sekali atas perhatian Tzu Chi yang suka membantu warga Palmerah dengan membagikan paket sembako. Menurut Sukanta karena aura rumah ini bersih dan sehat, aura positif pun datang ke diri saya dan cucu-cucunya.

Sukanta juga menuturkan ia tidak terlalu mengharapkan bantuan berupa sembako karena perhatian dari Tzu Chi tak pernah terputus kepada dirinya. “Saya malah mendahulukan tetangga-tetangga dulu kalau ada pembagian sembako. Waktu mau Lebaran tahun lalu, kami diberi sembako juga oleh Yayasan Tzu Chi ada beras 10 kg, mi instan, minyak goreng, dan gula pasir, coba bagaimana kurang perhatiannya itu Yayasan Tzu Chi, walaupun kita beda keyakinan tapi Tzu Chi perhatian bener kalau kita mau lebaran,”ungkap Sukanta.

Bagi para relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2, pembangunan fisik rumah hanyalah permulaan, yang terpenting adalah membangun kehidupan dan mental semangat baru bagi para penerima manfaat. Kunjungan setahun ini bukan penutup, tetapi penguat komitmen untuk terus hadir, mendampingi, dan menebar cinta kasih yang takkan pernah putus.

Editor: Fikhri Fathoni

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Degeneratif Tzu Chi ke-3 di Palmerah

Baksos Kesehatan Degeneratif Tzu Chi ke-3 di Palmerah

08 Oktober 2024

Senyum bahagia nampak jelas dari wajah para relawan He Qi Barat 2 saat mempersiapkan kegiatan baksos kesehatan degeneratif ketiga di Palmerah Jakarta Barat (05/10/2024). Apalagi mereka juga didukung warga Rusun Barokah.

Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

12 Oktober 2023

Program Bebenah Kampung kerja sama antara Tzu Chi Indonesia dengan Pemprov DKI Jakarta di Palmerah, Jakarta Barat dimulai hari ini (12/10/2023). Kegiatan diawali dengan pembongkaran 2 rumah yang akan dibangun.

Tzu Chi dan Pemprov DKI Resmikan Rumah Susun Melalui Model Konsolidasi Tanah Vertikal Pertama di Indonesia

Tzu Chi dan Pemprov DKI Resmikan Rumah Susun Melalui Model Konsolidasi Tanah Vertikal Pertama di Indonesia

04 Juli 2024
Rumah Susun Barokah, nama Rusun yang dibangun Tzu Chi bersama Pemprov DKI Jakarta di Palmerah. Sebanyak 8 keluarga kini bisa menempati rumah setelah diresmikan pada Rabu, 3 Juli 2024.
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -