Sang Pejuang
Jurnalis : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Yudha Arya Putra (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas)
|
| ||
Vera sangat dekat dengan murid-muridnya. Setelah beberapa waktu meluangkan waktu menyelami kehidupan beberapa muridnya yang menonjol, sampailah pada sebuah kisah seorang pejuang bernama Ervan. Aku Ingin Jadi Guru Melihat kondisi Ervan yang demikian, hal ini membuat Vera merasa tersentuh. Lalu ia meminta bantuan Shixiong Pujo, suaminya untuk mengajukan Ervan sebagai anak asuh penerima beasiswa Tzu Chi. Pujo Shixiong pun segera mengajukan permohonan beasiswa ini dengan surat-surat yang telah dilengkapi ke Tzu Chi. Setelah survei dilakukan secara cermat, kemudian Ervan dikabari jika dirinya telah menjadi salah satu anak asuh penerima beasiswa dari Tzu Chi. Hal ini membuat Ervan bahagia, karena kini ia dapat fokus belajar untuk menamatkan sekolahnya di SMA Negeri 4 Bogor dengan tenang. Pujo Shixiong yang merupakan relawan pemerhatinya, tidak serta merta melepaskan tanggung jawab atas anak asuhnya. Ia selalu mengunjungi Ervan beberapa kali dalam sebulan, untuk memberi motivasi kepadanya. Setelah Lulus di bulan Juni 2010, Ervan mencoba peruntungannya dengan bekerja untuk mengumpulkan uang untuk membiayai adik-adiknya. Setelah satu tahun berlalu, Pujo memberi kabar gembira jika Ervan telah diterima masuk ke Universitas Diponegoro Semarang. Kini kehidupan Ervan sudah menunjukkan titik terang. “Aku mencoba tes masuk UMPTN dan aku berhasil diterima di bidang yang sangat kusukai,” ujar Ervan, Mahasiswa Tingkat 1 jurusan Matematika ini. Cita-citanya sangat mulia, mengingat keterbatasannya kadang membuatnya minder di antara teman-temannya, “Aku ingin jadi guru Matematika. Dengan konsep yang mudah dipelajari. Aku ingin adik-adik di sekolah dapat belajar matematika dengan menyenangkan,” lanjutnya.
Keterangan :
Cinta Kasih, Kerja Keras dan Niat yang Kuat Merupakan Awal dari Kesuksesan Selama menjadi mahasiswa di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Ervan tinggal di daerah Sambirejo, Gayamsari, Semarang Timur. Rumah yang ia huni hanya berdindingkan tripleks dan kayu seadanya. Tiap ruang hanya dibatasi kain sisa spanduk yang ditemukan di pembuangan sampah dan hanya beralaskan tanah. Rumah mungil yang ditempati Pak De, Bu De, bersama kelima anaknya dan Ervan ini berlokasi di depan tanggul Sungai Citarum. Walau hidup dalam keadaan serba kekurangan, Pak De yang bernama Iktihad ini menerima Ervan dengan tangan terbuka. Pria yang berusia 48 tahun ini setiap harinya dengan giat dan pantang menyerah mencari apapun yang dapat dikerjakan agar dapat memenuhi kebutuhan pada hari itu. Pernah suatu kala, Ervan hendak mengurus perkuliahannya untuk pertama kalinya, Ervan harus menggunakan 3 kali angkot untuk sampai di Kampus Undip dan menghabiskan ongkos sebanyak 40 ribu rupiah untuk pulang dan pergi kampus. Melihat kesulitan yang dialami oleh Ervan, Iktihad mencari besi-besi bekas, dijual ke tukang loak untuk sampai terkumpul 40 ribu rupiah untuk ongkos Ervan sehari-hari. Melihat kasih sayang Iktihad padanya, Ervan mencoba untuk lebih mandiri. Setelah tahu rute perjalanan yang harus ditempuh, Ervan memutuskan untuk pergi ke kampus sejak pukul 5 subuh dengan berjalan kaki selama 30 menit menuju tempat angkot yang kedua, lalu naik angkot sampai ke terminal angkot ketiga, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 3,8 km yang ditempuh selama 40 menit untuk mencapai depan Fakultas Matematika. Untuk menambah uang belanja, Bu De Ervan yang bernama Siti Mudrika pun mencoba berjualan makanan khas Semarang, Wingko Babat. “Kami sudah menganggap Ervan sebagai anak kami sendiri. Orang tua Ervan, terutama ayahnya telah meninggalkan keluarganya sejak lama. Namun, Ervan tetap disiplin dan santun kepada kami berdua. Sejak ada Ervan, anak-anak kami pun sering mencontoh sikap-sikap Ervan. Kalau dulu mereka malas ke sekolah, sekarang berkat motivasi dari Ervan, mereka lebih disiplin dalam belajar. Sering juga Ervan membantu anak-anak kami belajar untuk ulangan di sekolah,” ujar Bu Siti Mudrika. Jodoh yang baik menghampiri Ervan. Berkat kepedulian relawan yang tersentuh akan kisah hidup dan perjuangannya, Ervan mendapat beasiswa dari Tzu Chi. Kini, perjuangan akan masa depan yang cerah pun baru dimulai. Ervan yang memiliki keterbatasan fisik, kini mampu menjadi mahasiswa Universitas Diponegoro Jurusan Matematika. Cinta kasih, kerja keras, dan niat yang kuat merupakan awal dari kesuksesan. Seperti kutipan Kata Perenungan Master Cheng Yen bahwa “Kesuksesan akan datang jika kita memaksimalkan kekuatan yang dimiliki. Kegagalan akan menghampiri jika kita membiarkan kelemahan terus menguasai”. | |||
Artikel Terkait

Berkata Benar dan Mencintai Lingkungan
01 April 2014 Agar anak-anak lebih memahami apa itu kejujuran, pada hari Sabtu, tanggal 8 Februari 2014 Tzu Chi Kantor Penghubung Palembang mengadakan kembali Kelas Budi Pekerti kedua di Sekolah Tunas Teladan Gandus Palembang dengan tema “Berkata Benar”.
Pelatihan 4 in 1: Kebahagiaan dan Kehidupan yang Bermakna
14 Maret 2023Hari kedua Kamp Pelatihan 4 in 1 pada 12 Maret 2023 diisi dengan sharing inspiratif dan pelantikan Relawan Calon Komite sebanyak 90 orang oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei.
Kamp Komite dan Cakom 2019: Menjadi Lebih Terbuka
20 Maret 2019Sebanyak 174 relawan dilantik menjadi relawan Calon Komite usai mengikuti berbagai sesi dalam Kamp Pelatihan Relawan Komite dan Calon Komite, Minggu 17 Maret 2019. Satu per satu maju ke atas panggung untuk disematkan nametag dari Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma.