Selalu Ingin Membantu

Jurnalis : Lina Karni Lukman, Metasari (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang, Metasari, Jodie Lienardy (He Qi Utara)
 

fotoPara ibu yang membawa anak maupun yang sudah berusia lanjut tak perlu merasa khawatir karena ada relawan yang membawakan beras mereka.

Pembagian beras cinta kasih Tzu Chi kali ini diadakan pada hari Minggu, 11 Desember 2011 di Sekolah Candra Naya yang berada di Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Terlihat beras sebanyak 3.300 karung dengan berat masing-masing 20 kg sudah tersusun dengan sangat rapi. Sebanyak 111 orang relawan yang terdiri dari 51 orang relawan biru putih, 16 orang relawan abu putih dan 44 orang relawan rompi datang untuk memberikan kontribusinya.

Tepat jam 8 pagi acara dimulai dengan pembacaan kata sambutan dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang diwakili oleh Joe Riadi Shixiong beserta Wakil Lurah Jembatan Besi Zaenudin. Dalam kata sambutan tersebut dijelaskan bahwa prinsip Tzu Chi adalah cinta kasih universal yang tidak membedakan suku bangsa, ras dan agama. Acara kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Wakil Lurah Jembatan Besi. ”Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas bakti sosial pembagian beras ini yang sangat membantu warga di sekitar wilayah Jembatan Besi, dan sangat menyentuh hati saya karena prinsipnya yang tidak membedakan darah dan keturunan (suku bangsa dan ras) ketika memberikan bantuan. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus diadakan dan dilakukan di tahun-tahun berikutnya,” kata Wakil Lurah Jembatan Besi Zaenudin. Setelah penandatanganan dan serah terima Surat Berita Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh H. Endang dan penyerahan beras secara simbolik kepada 10 orang Gan En Hu (penerima bantuan). Dengan arahan dari relawan yang bertugas di bagian penertiban membuat antrian berjalan dengan tertib, rapi dan lancar, sehingga para penerima bantuan tidak berdesak-desakkan untuk saling mendahului. Para penerima bantuan yang sudah tua ataupun wanita yang tidak kuat untuk mengangkat karung beras tidak perlu merasa khawatir karena ada begitu banyak shixiong (relawan pria) yang akan membantu memanggul beras.

Kapolsek Tambora juga ikut berpartisipasi dalam pembagian beras. “Saya sudah sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembagian beras. Relawan Tzu Chi benar-benar peduli terhadap masyarakat Indonesia yang berkekurangan. Saya berharap dengan kegiatan seperti ini dapat merangsang lembaga-lembaga lain untuk turut peduli terhadap masyarakat Indonesia. Semangat relawan Tzu Chi memiliki semangat perjuangan ’45’, dimana relawan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih,” ujar Kapolsek Tambora Herry yang juga menjadi donatur Tzu Chi. Di sela-sela kegiatan El Sugeng pemilik Sekolah Candra Naya mengatakan kepada kami, ”Saya sudah lama tahu tentang Tzu Chi karena saya suka nonton siaran DAAI TV, apalagi dramanya sangat bagus sekali karena diangkat dari kisah nyata. Saya juga suka pergi ke Jing Si Book and Café yang di Pluit, tempatnya tenang bisa membaca buku dan juga bisa mendengarkan lagu-lagu Tzu Chi,” tutur El Sugeng. Beliau juga menceritakan kepada kami bahwa Tzu Chi sangat bagus dalam mengoordinir kegiatan seperti ini, dimana relawan-relawannya langsung turun ke masyarakat untuk mendata sehingga beras yang dibagikan tepat sasaran.

foto    foto

Keterangan :

  • Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Joe Riadi menandatangani Berita Acara Serah Terima Beras kepada pihak Kelurahan Jembatan Besi (kiri).
  • Kapolsek Tambora (kiri) juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembagian beras ini. “Saya sudah sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembagian beras. Relawan Tzu Chi benar-benar peduli terhadap masyarakat Indonesia yang berkekurangan," ujarnya (kanan).

Rasa Haru yang Membuncah
Semakin siang di pintu gerbang terlihat begitu banyak penerima bantuan yang sudah mendapatkan beras sedang berdiri di trotoar seberang sekolah, lalu kami mendekati seorang ibu yang sedang menangis di pelukan seorang Shijie, lalu kami mendekatinya. Ibu bernama Novita ini menangis karena terharu menerima bantuan beras cinta kasih dari Tzu Chi. “Saya ini sudah janda, suami saya pergi ke Kalimantan tinggalin saya dan 3 orang anak laki-laki kami. Karena itu saya bekerja dengan buka usaha sablon di rumah, walaupun usaha saya kecil-kecilan, tetapi bisa buat menghidupi keluarga. Tapi usaha itu pun hancur karena kebakaran dan saya juga sempat terkena stroke. Beruntung dengan adanya mukjizat saya bisa sembuh dari stroke itu. Sekarang saya kerja dengan orang lain di konveksi bagian obras baju, dengan penghasilan saya sekarang ini tidak cukup untuk hidup sehari-hari, jadi saya dibantu oleh saudara-saudara saya. Walaupun kedua anak saya sudah bekerja,  tetapi penghasilannya tidak tetap malah masih minta uang dari saya. Sedangkan yang kecil masih sekolah di Candra Naya,” tutur Novita dengan bibir dan suara yang bergetar. Novita yang dulunya sering membantu orang lain merasa tidak bisa menerima kejadian yang menimpa diri dan keluarganya. Kami pun memberikan dorongan semangat kepadanya bahwa hidup ini seperti roda ada pasang surutnya dan karena ia dulu pernah membantu orang lain, maka sekarang ini karma baik sedang berbuah dengan menerima beras cinta kasih dari Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan saling bekerja sama agar kegiatan pembagian beras ini bisa berjalan dengan lancar, tertib, dan aman (kiri).
  • Kebahagiaan terpancar dari wajah seorang penerima bantuan. Beras ini mungkin akan habis dalam waktu 1-2 bulan, tetapi cinta kasih di dalamnya takkan pernah habis (kanan).

Kegiatan pembagian beras ini juga diikuti oleh banyak relawan kembang, dan di antara mereka ada sekelompok anak yang ternyata saat ini sekolah di Candra Naya, tempat kegiatan ini dilakukan. Dengan penuh semangat mengangkat karung demi karung beras untuk diberikan kepada penerima bantuan. Esen dan Leo, 2 orang anak yang sangat senang mengikuti kegiatan ini. “Daripada waktu di hari Minggu nganggur di rumah aja mendingan dimanfaatkan buat amal seperti sekarang,” kata Esen dengan tersenyum lebar yang disetujui oleh Leo dengan anggukkan kepala yang antusias. Ternyata mereka mengetahui adanya kegiatan ini karena melihat begitu banyaknya beras yang datang ke sekolah tempat mereka belajar. Karena penasaran maka mereka bertanya kepada relawan untuk ikut serta membantu di kegiatan ini. Melihat baju mereka yang basah karena keringat, kami pun bertanya pendapat mereka. Dengan segera Leo mengatakan, “Ini tidak seberapa capeknya kalau kami latihan bola volli lebih capek lagi.” Dengan semangat dan wajah tersenyum lebar mereka semua mengatakan kalau ada kegiatan seperti ini ingin ikut membantu lagi.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam 12 siang. Relawan segera membereskan tempat kegiatan dan setelah makan siang yang sudah disiapkan oleh tim konsumsi, semua relawan bersiap untuk pulang. Meskipun sebagian relawan harus bangun pagi-pagi sekali untuk mengikuti kegiatan ini, wajah mereka terlihat begitu bahagia dan penuh  dengan senyuman.

 


Artikel Terkait

Wali Kota Palu Kunjungi Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

Wali Kota Palu Kunjungi Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

22 November 2018

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima kunjungan Wali Kota Palu Hidayat di Tzu Chi Center PIK, Kamis (22/11/18). Hidayat diterima langsung oleh Liu Su Mei Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Wakil Ketua Sugianto Kusuma. Kedatangan Hidayat ke Tzu Chi Center untuk menindaklanjuti bantuan kemanusiaan yang sejak peristiwa bencana gempa, Yayasan Buddha Tzu Chi tengah hadir di Palu untuk memberikan bantuan.

Murah dan Bergizi

Murah dan Bergizi

23 Oktober 2009
Bukan hanya membantu meringankan, tetapi juga menularkan kebiasaan bervegetarian. Itulah pesan yang disampaikan oleh Rui Ying, relawan Tzu Chi. Harga yang terjangkau dengan asupan gizi yang cukup membuat para pekerja merasa sangat terbantu.
Dukungan Tzu Chi Palembang kepada Rumah Sakit yang Tangani Pasien Covid-19

Dukungan Tzu Chi Palembang kepada Rumah Sakit yang Tangani Pasien Covid-19

03 April 2020

Tzu Chi Palembang membagikan 36.000 masker, 1.200 botol air minum kemasan, dan 1.200 biskuit ke sejumlah rumah Sakit dan dinas Kesehatan.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -