Semangat Seorang Pelaut

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
 
 

fotoRelawan memotong bulu mata pasien sebelum masuk ke dalam ruang operasi.

Ada sebuah cerita tentang seorang pelaut dan seorang terpelajar. Pelajar tersebut bertanya kepada pelaut: “Pernahkah belajar filsafat?” Lalu dijawab belum pernah oleh pelaut dan si pelajar kembali berkata, “Maka sebagian hidup Anda akan hilang.” Lalu tak lama badai datang dan si pelaut pun bertanya kepada pelajar tersebut: “Pernahkah anda belajar berenang?” Si pelajar menjawab belum dan pelaut pun berkata, “Maka hilanglah semua hidup Anda.”

 

Setiap ilmu, apapun itu pasti berharga dan memberikan pengaruh pada hidup kita, malah jika digunakan dengan baik dan tepat, ilmu dapat mengubah seluruh kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Cerita di atas berpesan agar kita tidak menjadi sombong karena ilmu yang kita miliki, justru ilmu sekecil apapun itu harus dipelajari sehingga dapat digunakan di waktu yang tepat.

Kisah di atas hanyalah selingan kisah sebelum aku bercerita tentang seorang pelaut yang kutemui pada Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-83 di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru, Riau. Sekilas kulihat di antara barisan pasien lainnya, ia tampak berbeda. Dengan postur tubuh yang tegap ia selalu menampilkan wajah yang tersenyum dan tak tampak sedikit pun kerisauan menjelang operasi, seolah aura yang terpancar pada dirinya pun berkata bahwa ia adalah sosok yang pemberani dan sangat tenang.

Menjadi Teladan Bagi yang Lain
Pria itu adalah Farchruddin yang kini berusia setengah abad. Sejak berumur 25 tahun, ia mengikuti temannya menjadi Anak Buah Kapal (ABK), dan seiring perjalanan waktu serta ilmu yang ia dapat, ia pun menjadi pimpinan kapal atau yang sering disebut dengan nahkoda. Ia menjadi kunci utama saat membawa sebuah kapal yang mengangkut barang-barang yang akan dikirim dan menjaga keselamatan beberapa ABK yang mengikutinya dalam menghadapi perjalanan di laut agar selamat sampai di tempat tujuan.

Sebagai nahkoda kapal ia harus selalu berjaga dan berdiri di depan kemudi untuk memastikan kapal tetap terkendali dan sesuai dengan tujuannya. Cuaca dan ombak yang terkadang tak bersahabat lazim ia hadapi. “Setir tidak boleh ditinggal, kalau mau makan pun harus diwakili. Melihat cuaca tidak bersahabat tentu harus dipersiapkan, dengan melihat arah angin. Pernah ombak besar datang. Rasanya tidak mau berangkat tapi setelah tiba di tempat tujuan dan berhasil melewati ombak saya pun merasa mau berlayar lagi,” ucapnya yang menceritakan kebahagiaan baginya dapat melewati tantangan di laut. 

foto  foto

Keterangan :

  • Istri dan anak Fachruddin yang ikut mendampingi merasa senang suami dan ayahnya dapat kembali melihat dengan jelas (kiri).
  • Wajah bahagia terpancar dari Fachruddin saat ia berjalan keluar usai mengikuti operasi (kanan).

Tantangan terbesar yang pernah ia lewati saat ia dan ABK-nya harus menghadapi puting beliung. “Ada sekali waktu pulang dari Batam, kena puting beliung. Itu yang parahnya lagi, puting beliung itu jika kena sasaran maka kapal bisa karam,” ucapnya. Dengan memperhitungkan arah dan jam puting beliung kapan akan sampai, mereka pun berhasil selamat. “Saat menghadapi laut, jika perlu ubah haluan kita harus ubah sedikit, nanti balik lagi. Ngerubah haluan itu jangan selamanya karena sasaran telah ditentuin, jadi jangan selamanya agar nggak tersesat. Jika tidak ubah kembali maka tidak sampai di tujuan,” tambahnya dengan penuh keyakinan.

Melewati semua hal tersebut, keahlian mengendalikan kemudi adalah hal kedua, yang terpenting baginya adalah ia dapat menjadi teladan bagi ABK-nya dan dapat mengendalikan seluruh ABK-nya agar tetap tenang dan tidak tergesa-gesa, “Kalau pimpinan saja tergesa-gesa, apalagi ABK? Nahkoda yang baik bisa menguasai ABK agar jangan tergesa-gesa dan mudah panik dengan kondisi di laut,” tuturnya.

Beralih Profesi Karena Kurangnya Penglihatan
Namun sejak 4 tahun lalu, matanya mulai menunjukkan tanda yang tidak baik. Farchruddin mulai tidak dapat melihat dengan jelas. Pernah ia didampingi asisten untuk mengendalikan arah kemudi. Hingga kini ia pun tak dapat lagi berdiri di belakang kemudi mengendalikan kapal. Katarak yang menyerang matanya membuatnya harus meninggalkan pekerjaan yang telah puluhan tahun ia geluti. Sebagai kepala keluarga dan ayah dari 4 orang anak, ia pun tetap berusaha untuk bekerja membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, namun ia pun tak dapat bekerja penuh, sehingga pendamping hidupnya mengantikannya memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi pemetik kelapa.

Dalam kurun waktu yang lama, tentu ia dapat berobat, namun berobat seolah ia tunda untuk kebutuhan anaknya. Anak sulungnya kini tengah menempuh pendidikan sastra Inggris di sebuah universitas di Pekanbaru, dan hal tersebut juga yang membuat ia dan istrinya berusaha untuk terus bekerja mencari uang. Namun beruntung, anaknya dapat kuliah sambil bekerja sehingga biaya pendidikan tersebut yang harus dicari mereka dapat menjadi lebih ringan.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum memulai baksos, seluruh relawan membungkukkan badan mengucapkan terima kasih kepada para pasien yang hadir (kiri).
  • pada saat post-op, pasien pun diperiksa penglihatannya, apakah sudah dapat melihat huruf yang ditunjuk oleh relawan (kanan).

Jodoh mendapatkan pengobatan gratis pun ia dapatkan pada saat Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi di Batam. Namun saat itu ia tak berhasil mengikuti pengobatan karena tekanan darahnya yang tinggi. Saat itu ia pun merasa cukup kecewa, namun seorang menyemangatinya untuk menunggu pengobatan yang berikutnya. Dan akhirnya waktu pengobatan itu pun tiba saat Yayasan Buddha Tzu Chi kembali mengadakan Bakti Sosial Kesehatan di RS Lancang Kuning, Pekanbaru.

Perjalanan dari tempat tinggalnya, Desa Teluk Kabung, Kecamatan Gaung menuju RS Lancang Kuning ini memakan waktu perjalanan selama 10 jam. Bersama rombongan dari desanya dan ditemani istri dan anak bungsunya, ia pun hadir mengikuti operasi katarak. Inilah yang membuat wajahnya menjadi ceria, karena kali ini ia berhasil mengikuti operasi untuk mengobati matanya.

Saat mengikuti post op (pemeriksaan pascaoperasi) pertama, ia merasa penglihatannya sudah menjadi lebih terang dan ia dapat melihat lebih jelas. "Operasi kemarin cukup menyenangkan. Pertama lihat yayasan ini di Tanjung Balai, sekarang baru terasa kuat yayasan ini mendukung dan prihatin dengan masyarakat. Mudah-mudahan yayasan punya komitmen yang lebih bagus lagi, lebih meluas lagi hingga ke wilayah pedalaman karena wilayah pedalaman lebih banyak lagi, yang tidak terjangkau dengan ongkos dan jauh dari kota,” ucapnya dengan penuh rasa syukur.

Setelah dapat kembali melihat dengan normal, ia pun dapat bekerja dengan tenang, dan dalam hati kecilnya ia ingin dapat kembali mengarunggi laut walaupun pekerjaan tersebut harus menjadi pertimbangan terakhir baginya karena usianya yang sudah tak muda lagi. Namun satu yang pasti, semangat seorang nahkoda selalu tertanam dalam dirinya untuk melawan kehidupan yang keras.

  
 

Artikel Terkait

Menjalani Hidup Penuh Makna, Penuh Sukacita

Menjalani Hidup Penuh Makna, Penuh Sukacita

14 Februari 2017

Kelancaran kegiatan Pemberkahan Awal Tahun pada 11-12 Februari 2017 tak lepas dari peran para relawan yang membersihkan Aula Jing Si. Sepekan sebelumnya, puluhan relawan berdatangan di Aula Jing Si sejak pagi. Sekitar 26 insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading bergabung bersama relawan lainnya untuk membersihkan rumah batin kebanggaan insan Tzu Chi Indonesia ini.

Serunya Menanam Mangrove di Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Serunya Menanam Mangrove di Hari Lingkungan Hidup Sedunia

07 Juni 2021

Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni, relawan Tzu Chi dari Xie Li Yayasan & DAAI TV menanam 600 bibit mangrove di Pantai Djumo Kemayungan, Serang Banten.

Perayaan Natal Sekaligus Gathering Gan En Hu di Tzu Chi Batam

Perayaan Natal Sekaligus Gathering Gan En Hu di Tzu Chi Batam

18 Desember 2023

Perayaan Natal sekaligus Gathering Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) di Batam berlangsung penuh sukacita sekaligus haru. Acara di Aula Jing Si Batam ini dihadiri 247 Gan En Hu.

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -