Relawan memulai langkah sederhana dengan menyapu, mengelap dinding, lemari, serta jendela yang berdebu, kemudian mengepel lantai.
Apa jadinya sebuah camp pelatihan relawan tanpa ruang yang siap menampung kebersamaan? Di Gedung Gan En, Aula Jing Si, Tzu Chi PIK, Jakarta Utara, jawabannya lahir dari tangan-tangan penuh cinta kasih.
Sekitar 30 relawan He Qi Pluit dari Komunitas Huai Pluit Mas dan Huai Pluit Indah bergotong royong menyiapkan tempat menginap bagi peserta Camp Pelatihan Relawan 4 in 1 yang akan digelar pada 27–28 September 2025. Mereka tak sekadar merapikan ruangan, tetapi juga menciptakan suasana nyaman yang menenangkan jiwa.
Gedung yang sehari-hari difungsikan sebagai penginapan itu seketika menjelma menjadi rumah kedua. Setiap kasur yang ditata rapi, lantai kayu yang dipoles bersih, hingga kamar yang harum menjadi bukti perhatian penuh kasih dari para relawan. Dalam pembagian tugas, Komunitas Pluit Mas menyiapkan tujuh kamar, sementara Komunitas Pluit Indah mengelola sembilan kamar.
Relawan Herman Lo bersama Susanty membuka selimut lama satu per satu. Aktivitas ini membawa keseruan dan kebahagiaan, karena jarang mereka lakukan di rumah maupun di tempat lain.
Gotong Royong Penuh Semangat
Minggu pagi, 14 September 2025, kegiatan bersih-bersih dimulai. Komunitas Pluit Mas bergerak lebih dahulu pukul 09.00 WIB dengan 15 relawan hadir. Disusul dari Komunitas Pluit Indah yang datang pukul 10.30 WIB dengan 19 relawan.
Langkah para relawan dimulai dari hal-hal sederhana: mengelap dinding, lemari, dan jendela berdebu. Lantai disapu, dipel, hingga kamar tampak bersih. Setelah itu, mereka menata alas tidur dengan seprai hijau, mengikat selimut satu per satu agar rapi saat digunakan, serta memasang sarung bantal. Semuanya disusun teratur di dalam lemari.
Kuslina Shijie (kiri), Koordinator Kegiatan Komunitas Pluit Indah, merasa bahagia karena kegiatan ini menjadi ladang berkah bagi dirinya maupun Shi Xiong, She Jjie. Baginya, berkumpul dan melakukan sesuatu bersama adalah kebahagiaan tersendiri.
Relawan Cendana menekuni tugasnya dengan penuh kesungguhan, seolah tak ingin ada satu detail pun terlewatkan.
Tiga hingga empat orang bekerja bersama di setiap kamar. Harmoni kerja sama itu bukan hanya menghadirkan kerapian, tetapi juga menebarkan cinta kasih yang terasa di setiap sudut ruangan. Ada relawan yang tekun pada detail, ada pula yang tersenyum bahagia meski keringat menetes di kening. Dalam momen itu, kerja keras dan kegembiraan berpadu, membuat ruang sederhana terasa hangat oleh kebersamaan.
Sebagai koordinator kegiatan, Rossy Mustika dari komunitas Pluit Mas menuturkan, “Kegiatan Training Camp Relawan ini akan berlangsung selama dua hari, 27–28 September 2025. Setiap kali camp diadakan, para relawan selalu turut membantu bersih-bersih dan mengganti seprai agar peserta bisa menginap dengan nyaman.”
Kisah Relawan Muda dan Dewasa
Di tengah keriuhan kerja bakti, wajah muda penuh semangat tampak bersinar. Kevin Russel Jiulius (18), remaja yang bergabung setelah diajak guru lesnya yang juga relawan, Rike, mengaku mendapat pengalaman berharga. “Saya merasa bangga karena dapat memanfaatkan waktu untuk kebaikan orang lain, sekaligus memperoleh pengalaman baru dan semakin mengenal komunitas Tzu Chi,” ungkap Russel.
Kevin Russel Jiulius (berbaju kuning), remaja yang bergabung setelah diajak oleh guru lesnya yang juga relawan, Rike. Ia mengaku bangga dapat memanfaatkan waktu untuk kebaikan, memperoleh pengalaman baru, serta semakin mengenal komunitas Tzu Chi.
Sementara itu, di Komunitas Pluit Indah, Susanty (43) merasakan keseruan sekaligus kebahagiaan. Ia datang bersama sahabatnya, Thio Suryani (44), yang sama-sama gemar mengikuti kegiatan sosial. “Biasanya saya tidak pernah menata kasur atau seprai serapi ini. Ternyata menyenangkan, apalagi dilakukan bersama teman-teman. Ada rasa kebersamaan yang hangat,” tutur Susanty.
Thio Suryani menambahkan, “Ada kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan saat ikut kegiatan seperti ini. Sejak dulu saya ingin bergabung dengan Tzu Chi, tapi waktu itu anak-anak saya masih kecil. Sekarang yang bungsu sudah berusia 12 tahun, jadi saya lebih leluasa untuk ikut berkontribusi.”
Para relawan memasang seprai untuk alas tidur dengan penuh kesungguhan dan mindfulness.
Setiap tindakan kecil mulai dari menata bantal hingga memeriksa kebersihan kamar mandi menjadi ladang praktik welas asih. Bagi para relawan, pelayanan ini bukan rutinitas biasa, melainkan wujud nyata cinta kasih yang diwujudkan melalui perbuatan sederhana.
Gedung Gan En pun siap menyambut para peserta camp. Ia bukan sekadar tempat beristirahat, melainkan ruang hangat penuh keakraban, tempat melepas lelah, berbagi cerita ringan, dan menyiapkan diri menyongsong hari baru dengan semangat segar.
Editor: Anand Yahya