Serbuk Penyubur Tanah

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
foto

* Di lubang inilah sampah-sampah berubah menjadi serbuk penyubur tanah.

Dua bulan telah berlalu, tumpukan jerami dan sampah yang berada di depan Kantor Kepala Desa Gintung Cilejet, Parung Panjang, Bogor, kini sudah berubah bentuk menjadi serbuk hebat penyubur tanah atau yang biasa kita sebut sebagai kompos.

Minggu, 27 Juli 2008, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11.00 siang, beberapa murid SMP Negeri 3 Parungpanjang, Bogor, sudah mulai gelisah dan tidak sabar menungggu kedatangan para relawan Tzu Chi, serta mahasiswa pendamping dari Smart Diploma Insitut Pertanian Bogor. Maklumlah, sesuai dengan agenda hari ini, para pendamping tersebut akan memberikan pengarahan mengenai cara pembuatan dan manfaat dari kompos organik.

Dua bulan lalu, pada 25 Mei 2008, para relawan Tzu Chi dan para pendamping pernah melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat Gintung Cilejet, serta melakukan praktik pembuatan kompos organik di Kantor Kepala Desa. Menyambung kegiatan tersebut, kompos yang telah dibuat lebih kurang dua bulan lalu, kini sudah dapat dipanen dan dipergunakan.

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, relawan Tzu Chi, dan dua orang mahasiswa pendamping telah hadir di SMP Negeri 3 dan langsung memberikan pengarahan mengenai kompos organik. Diawali dengan manfaat kompos, proses pembuatan, hingga bahan-bahan yang dipergunakan, para siswa kelas 1, 2, dan 3 tersebut mengikuti pengarahan dengan cukup antusias.


foto   foto

Ket : - Dedi Iskandar, salah satu mahasiswa pembimbing tengah melakukan pengarahan mengenai pembuatan
           dan manfaat dari kompos organik . (kiri)
         - Setelah lebih kurang dua bulan ditanam, kompos oraganik sudah dapat dipanen dan dipergunakan. Namun
           kegiatan kemanusiaan. Mengubah sampah menjadi "emas". (kanan)

Setelah menerima teori pembuatan kompos organik, para siswa juga diajak untuk melihat secara langsung kompos organik yang sudah jadi dan siap untuk digunakan. ”Kebetulan hari ini kami juga panen kompos organik di Kelurahan Gintung Cilejet dan Jagabita,” ucap Dedi Iskandar, salah satu mahasiswa pendamping.

Tidak hanya melihat kompos organik yang berada di depan kelurahan Gintung Cilejet, para siswa juga diajak untuk melihat lokasi pembuatan kompos organik di halaman sekolah. ”Rencananya hari ini kami akan mempraktikkan cara pembuatannya, namun karena bahan-bahan yang dibutuhkan belum lengkap, kami terpaksa menundanya hingga minggu depan,” ungkap Dedi, yang mengaku senang sekali melihat antusias para siswa.

Kegiatan penyuluhan dan pembuatan kompos organik ini berawal dari kasus kaki gajah yang banyak terjadi di Parungpanjang. ”Setelah kita melakukan survei, ternyata warga di sini kurang mengerti akan pentingnya kesehatan,” tutur Arief Yanto, salah satu relawan Hu Ai Sinar Mas.

foto   foto

Ket : - Sebagai tanda mata, para relawan Tzu Chi memberikan buku tulis kepada para siswa. (kiri)
         - Tidak hanya diberikan teori, para siswa juga diajak untuk melihat langsung kompos organik yang sudah jadi,
           maupun bahan-bahan pembuatan kompos organik tersebut. (kanan)

Demi memperkenalkan kesehatan kepada masyarakat di Parungpanjang, pihak Hu Ai Sinar Mas menjadikan penyuluhan dan pembuatan kompos organik sebagai “pintu masuk” untuk merangkul masyarakat. ”Dengan kegiatan ini kami berharap, masyarakat termotivasi untuk peduli terhadap lingkungan dan kesehatan mereka. Tidak hanya itu, rencana jangka panjang, kami juga ingin menumbuhkan semangat mereka untuk bisa mengubah perekonomian mereka menjadi lebih baik dengan memaksimalkan apa yang mereka miliki sekarang,” tegasnya.

 

Artikel Terkait

Selalu Ada Jalan untuk Sembuh

Selalu Ada Jalan untuk Sembuh

17 November 2009
Setelah menikah pada tahun 2006, pasangan Agus (34) dan Sumiati (30) ini memang sulit memperoleh “momongan”.  Dua kali hamil, dua kali pula Sumiati mengalami keguguran. Aura kebahagiaan mulai menghampiri pasangan ini ketika Sumiati kembali mengandung di akhir tahun 2008. Kali ini sang janin cukup kuat. Seiring tangisan pertama sang bayi pada tanggal 28 Agustus 2009, pecahlah pula tangis kebahagiaan Agus dan istrinya.
Menuntun Pasien Lepas dari Penderitaan

Menuntun Pasien Lepas dari Penderitaan

29 Maret 2018
Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 mengadakan Baksos Degeneratif yang kedua di RPTRA “Angke Interaktif” di Muara Angke, Jakarta Utara. Baksos diadakan. Para relawan sangat antusias dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya dalam mempersiapkan baksos pada hari Minggu, 18 Maret 2018.
Bersyukur dan Bertekad untuk Lebih Baik Lagi

Bersyukur dan Bertekad untuk Lebih Baik Lagi

30 Januari 2017

Rintik hujan mengiringi perjalanan para relawan Buddha Tzu Chi Biak menuju Aula Vihara Buddha Dharma Biak untuk mengikuti Pemberkahan Akhir Tahun 2016. Meski begitu relawan tetap semangat karena hujan ini merupakan berkah bagi semua makhluk yang patut disyukuri.

Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -