Setetes Darah Seribu Kasih

Jurnalis : Relawan Tzu Chi Bali, Fotografer : Relawan Tzu Chi Bali
 

fotoRelawan Tzu Chi Bali menggelar acara donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis yang rutin diadakan setiap 3 bulan sekali. Relawan Tzu Chi tengah mendampingi pendonor darah agar merasa nyaman dan tak merasa cemas saat mendonorkan darahnya.

 

Seperti biasa, relawan Tzu Chi Bali kembali mengadakan acara donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis pada tanggal 27 September 2009. Acara yang rutin digelar setiap 3 bulan sekali ini dimulai sejak pukul 10.00 – 14.00 Wita, berlokasi di halaman House Of Dura, Jl. Teuku Umar, Bali. Kegiatan ini diikuti oleh 41 relawan Tzu Chi Bali beserta 10 dokter, yang terdiri dari 6 dokter umum, 2 dokter THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan), dan 2 dokter anak.

 

 

 

Meski telah sering dilakukan, kegiatan kali cukup berbeda dari biasanya, yakni dengan adanya pengenalan budaya humanis Tzu Chi yang dijelaskan oleh Kimberly Shijie, dan sosialisasi tentang daur ulang yang dijelaskan oleh Vivi Shijie.

Berdana Lewat Celengan Bambu
Dari 54 orang pasien donor darah, akhirnya dapat terkumpul 49 kantong darah. Sebanyak 5 orang dinyatakan tidak layak untuk menyumbangkan darahnya karena berbagai alasan kesehatan. Umumnya adalah tekanan darah tinggi, darah rendah, atau kadar Hb (hemoglobin) yang di bawah standar yang ditentukan tim medis. Sebanyak 87 orang pasien juga datang untuk memeriksakan kondisi kesehatannya.       

foto  foto

Ket: - Sebanyak 87 pasien mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis. Kegiatan ini diikuti oleh 41 relawan Tzu             Chi Bali beserta 10 dokter, yang terdiri dari 6 dokter umum, 2 dokter THT, dan 2 dokter anak. (kiri).
        - Setelah mengikuti sosialisasi Tzu Chi tentang berdana lewat celengan bambu, banyak pendonor dan pasien             yang meminta celengan bambu untuk turut berpartisipasi dalam celengan bambu di Tzu Chi. (kanan)

Dengan sabar para pasien menunggu giliran. Khimberly tidak melewatkan kesempatan ini dengan menjelaskan salah satu budaya humanis Tzu Chi, yaitu celengan bambu yang merupakan ciri khas Tzu Chi. Lewat celengan bambu pula Tzu Chi bermula di Taiwan, di mana ada 36 orang ibu rumah tangga yang menyisihkan NT 50 setiap harinya untuk dana kemanusiaan. Dari sini pula muncul filosofi “Dana Kecil Amal Besar”, di mana dana yang dikumpulkan sedikit demi sedikit akhirnya dapat digunakan untuk membantu sesama.  

Setelah mendengarkan salah satu kalimat kata perenungan yang berbunyi “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia ini, yaitu berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan”, salah seorang pendonor langsung meminta 3 buah celengan bambu untuk anak-anaknya. Seperti juga Lanny yang baru 9 bulan pindah ke Bali dari Jakarta juga meminta celengan bambu untuk putrinya, Regina.

Mereka sangat setuju bahwa kebajikan itu harus dilakukan sejak kecil untuk membentuk sikap welas asih dan saling membantu sesama. Begitu pula dengan Vivi  yang menjelaskan tentang daur ulang sambil menunjukkan selimut yang dibuat Yayasan Buddha Tzu Chi yang bahannya menggunakan bahan daur ulang.

Sambil mengangguk-anggukkan kepala, para pendonor dan pasien juga memberi penjelasan kepada anak-anak mereka bahwa kebiasaan baik harus dikerjakan setiap hari, seperti membedakan mana sampah yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak bisa didaur ulang.

 

foto  foto

Ket: - Vivi, relawan Tzu Chi Bali, tengah memberikan penjelasan kepada warga tentang manfaat daur ulang             sampah. Ia juga menjelaskan bahwa dari bahan daur ulang ini dapat diolah menjadi barang (selimut) yang             bernilai ekonomis.  (kiri).
        - Sejak kecil relawan Tzu Chi telah menanamkan budaya cinta lingkungan dan menghargai alam kepada             anak-anak. Para relawan cilik ini mengumpulkan sampah daur ulang yang tercecer seusai acara. (kanan) 

Bertambah Relawan
Di penghujung acara,  relawan Tzu Chi Bali memperoleh seorang relawan baru, Bapak Yunus yang sudah siap di tempat sebelum jam 08.00 pagi. Ini merupakan pertama kalinya Yunus mengenal dan mengikuti kegiatan Tzu Chi. Selesai acara hanya satu kata yang diucapkannya, “Luar biasa.”

“Saya sering mengikuti pelayanan dan menjadi relawan di mana-mana, tetapi kali ini yang saya rasakan sangat berbeda. Bukan hanya setetes darah yang didonorkan, tapi seribu kasih yang saya rasakan dari pelayanan dan perhatian, baik dari relawan maupun para dokter. Di akhir acara, Yunus juga membawa pulang sebuah celengan bambu yang menurutnya adalah sebuah jodoh yang baik dengan Tzu Chi. Yunus juga berpesan kepada relawan Tzu Chi lainnya akan kesiapannya untuk selalu mengikuti kegiatan sosial Tzu Chi. Segalanya kembali lagi kepada rasa bersyukur, menghormati, dan cinta kasih.

 
 

Artikel Terkait

Kehangatan Cinta kasih Komunitas

Kehangatan Cinta kasih Komunitas

10 Februari 2014 Relawan Tzu Chi saling memberikan perhatian dan kehangatan cinta kasih kepada relawan yang rumahnya juga terkena dampak banjir.
Belajar Cara Recycle

Belajar Cara Recycle

09 Juli 2015

Salah satu sekolah yang peduli akan Bumi ini adalah Sekolah SMPK 6 Penabur Muara Karang yang mengirim 9 Guru dan total 167 murid kelas 8 melaksanakan program sekolah yang bertajuk Go Green dan 3R (reuse, reduce, recycle) yang memang sudah diprogramkan setiap tahun, dengan melakukan kunjungan ke Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi wilayah Cengkareng pada Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.00 WIB.

Suara Kasih : Menghargai dan Mensyukuri Alam

Suara Kasih : Menghargai dan Mensyukuri Alam

31 Mei 2010
Dimulai dari selembar kertas, anak-anak mampu mengerti bahwa pepohonan dapat memengaruhi kondisi iklim. Inilah yang disebut pendidikan. Pendidikan budaya humanis Tzu Chi tak hanya diterapkan pada orang dewasa, melainkan juga pada anak kecil.
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -