Siaga dan Sigap Menanggapi Bencana

Jurnalis : M. Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : M. Galvan, Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)
 
 

foto
Budi Shixiong memberikan secara langsung bungkusan nasi hangati untuk meringankan derita korban banjir bandang di Desa Pameuntasan.

Bencana alam tidak dapat diprediksi dan dihindari. Seringkali kita sebagai manusia tidak menjaga dan menghargai alam, contohnya penebangan liar, membuang sampah sembarangan, limbah pabrik yang mencemari sungai dan mengalihfungsikan lahan hutan menjadi lahan pertanian. Hal tersebut menyebabkan bencana seperti longsor, banjir dan matinya ekosistem perairan.

 

Musim hujan yang melanda sebagian daerah di Indonesia kerapkali meninggalkan kesan yang negatif. Selain mengakibatkan banjir yang menggenangi jalanan, peristiwa itu pun menyebabkan banjir bandang di sebagian kawasan perumahan warga yang dekat dengan aliran sungai. Akibatnya, banjir tersebut menggenangi perumahan warga, bahkan derasnya air pun merusak sebagian rumah penduduk yang terkena langsung dari dampak banjir bandang itu,

Pada tanggal 18 November 2012, banjir bandang melanda kawasan Desa. Pameuntasan, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Penyebabnya adalah meluapnya hulu Sungai Ciwidey dari arah Pasir Jambu ke daerah Desa Pameuntasan sehingga terjadi banjir dan erosi, yang mengakibatkan perkampungan di wilayah Ciseah RW 01, Kubang RW 02, Sekebungur RW 03, Muara Ciwidey RW 04, Ciseah Mekar RW 11, Muara Ciwidey Mekar RW 13, Saneke RW 05 dan Bunisari RW 09 tergenang air hingga 2 – 2,5 meter.

“Informasi dari Satkorlak menyampaikan ke kita, ke pemerintah desa bahwa di Ciwidey itu jam 2 udah mulai hujan deras. Untuk kejadian banjir sampai ke sini kurang lebih sekitar jam 16.00. Di daerah Ciseah tepatnya, itu banjir bandang yang menimpa RW 1, 2 dan 11, yang paling parah dampak dari banjir itu. Dan selanjutnya mungkin karena sungai Citarumnya kosong (debit air masih normal-red) makanya imbas juga ke RW 3, 4, 5, 15, 6 dan 9," kata Asep Supriatna, Kepala Desa Pameuntasan.

foto  foto

Keterangan :

  • Hendra Adiutama Shixiong memberikan secara langsung bungkusan nasi siap santap untuk meringankan derita korban banjir bandang di Desa Pameuntasan (kiri).
  • Para relawan Tzu Chi Bandung turun langsung untuk memasak makanan siap saji bagi para korban bencana banjir bandang di Desa. Pameuntasan. Kec. Kutawaringin, Kab. Bandung (kanan).

Meringankan Derita Korban Banjir
Berpijak dari rangkaian kejadian tersebut, relawan Tzu Chi secara antisipatif selalu siaga dan sigap untuk menghadapi bencana. Selain melakukan upaya menghindari bencana yang mengacu pada misi pelestarian lingkungan, para relawan Tzu Chi selalu memberikan bantuan maupun dukungan moril untuk membangkitkan semangat para korban yang terkena bencana.

Pada tanggal 22 dan 23 November 2012, Tzu Chi Bandung mengirimkan bahan bantuan berupa sayur-sayuran seperti; telur, tahu, tempe, kacang panjang, kol, garam, pecai, labu siam, daun bawang, gula pasir, cabe merah, bawang merah, terong dan cabe rawit. Bahan-bahan ini nantinya akan diolah menjadi masakan vegetarian siap santap bagi warga yang tekena bencana banjir bandang di Desa Pameuntasan. "Seperti apa yang kita ketahui dari media bahwa banjir kali ini tepatnya di Desa Pameuntasan, selama 20 tahun ini yang paling parah, karena genangannya sampai 2 meter. Dan kita tahu bantuan dari pemerintah daerah juga sangat cekatan dan cepat tanggap dan kita lihat bantuan posko sudah ada di mana-mana,” ujar Herman Widjaja,  Ketua Tzu Chi Bandung.

Selama dua hari, aktivitas dilaksanakan di dapur umum PMI (Palang Merah Indonesia). Relawan Tzu Chi bersama relawan PMI, bahu membahu mengolah bahan makanan yang ada untuk dijadikan santapan makan malam para korban. Mulai dari memotong sayur-sayuran, memasak hingga membungkus nasi semua dikerjakan dengan keikhlasan untuk meringankan beban korban banjir bandang. Bungkusan nasi siap saji tersebut diperuntukan bagi 1.127 jiwa di Desa Pameuntasan yang meliputi delapan RW. “Kita di sini bekerja sama dengan PMI memberi bantuan bahan-bahan buat dapur umum dan relawan juga pada terjun, mulai hari ini kita akan terus memberikan bantuan bahan makanan. Karena saat ini kan mereka belum bisa masak memasak karena alat dapur mereka juga kan masih kotor dan tempatnya pun masih tergenang lumpur," lengkap Herman.

Hal tersebut mendapatkan tanggapan yang positif dari Kepala Desa Pameuntasan. Menurut Asep, dengan adanya bantuan ini mudah-mudahan warga Pameuntasan yang terkena dampak banjir bandang ini dapat pulih kembali dengan cepat dan para korban banjir pun dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan normal. “Atas nama pemerintah desa dan masyarakat Desa Pameuntasan kami mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya. Semoga amal baik mereka itu dapat balasan dari Allah SWT,” ucap Asep.

foto  foto

Keterangan :

  • Para Relawan Tzu Chi bersama PMI dan warga setempat membungkus nasi siap santap untuk  warga yang terkena banjir bandang (kiri).
  • Ajum Sumarana (52), mengumpulkan sisa-sisa material bangunan yang hancur akibat banjir bandang sungai Ciwidi (kanan).

Pada pukul 18.30 WIB, ketika nasi bungkus telah siap, relawan Tzu Chi kemudian terjun langsung dan memberikan nasi bungkus kepada warga Kampung Ciseah Mekar RW 11, karena daerah tersebut merupakan daerah yang terparah akibat terjangan banjir bandang dari Sungai Ciwidey. Sekitar 700 jiwa menjadi korban dan beberapa rumah hancur akibat dari peristiwa banjir itu. Menurut penuturan warga Ciseah, banjir bandang ini baru pertama kalinya terjadi di Desa Pameuntasan. Biasanya, ketika musim hujan datang ketinggian air yang menggenangi pemukiman warga hanya sampai lutut orang dewasa saja, namun pada tahun ini ketinggian air mencapai dua meter lebih hingga merobohkan sebagian rumah warga.

Ajum Sumarana (52), yang merupakan salah satu korban akibat dari peristiwa tersebut mengungkapkan, kejadian ini begitu cepat dalam hitungan menit. Derasnya aliran Sungai Ciwidey telah merendam pemukiman warga kampung Ciseah setinggi lebih dari dua meter. Selain itu, banjir bandang pun merobohkan beberapa rumah warga, termasuk rumah Ajum. Karena letaknya rumahnya hanya terhalang satu rumah saja dari bibir Sungai Ciwidey. "Awalnya dari jebolnya benteng dekat rumah, karena airnya deras dan tinggi jadi airnya menghantam rumah, akibatnya rumah saya roboh. Saya mengalami kerugian mulai dari mesin jahit sama barang-barangnya hanyut, serta seisi rumah nggak ada yang sisa. Biar pun ada tapi udah penuh dengan lumpur," katanya.

Sudah bertahun-tahun Ajum berusaha di bidang konveksi. Dengan usaha tersebut, ia bisa menghidupi seluruh anggota keluarganya. Selain itu, ia pun memberikan lapangan pekerjaan bagi lingkungannya untuk bekerja di tempat usaha miliknya. Namun dengan adanya banjir bandang ini, ia harus rela dan pasrah ketika kekuatan air menghanyutkan segala alat usahanya serta perabotan rumah tangganya terbawa oleh derasnya banjir bandang dari Sungai Ciwidey. "Dengan kejadian ini, saya bingung karena saya berpikir gimana ke depannya. Mungkin saya mau coba merintis lagi usaha dari nol lagi, karena dari awal saya usaha konveksi. Mudah-mudahan ada yang ngasih pinjem untuk modal usaha dan merenovasi rumah," harap Ajum.

Masalah di dunia ini tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang untuk dapat menyelesaikannya. Kata perenungan Master Cheng Yen tersebut tergambar jelas dalam kegiatan bakti sosial bantuan banjir bandang ini. Para relawan Tzu Chi bersama PMI saling bahu membahu meringankan beban penderitaan korban banjir. Manusia adalah mahkluk yang paling sempurna di antara mahkluk hidup lainnya. Hal tersebut adalah anugerah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta untuk berpikir secara kritis dan membangun individu masing-masing untuk menjadi yang terbaik dan berguna bagi khalayak umum serta dunia. Sudah sepatutnya untuk menjaga dan melindungi bumi ini dengan tidak merusak alam atau mengalihfungsikan menjadi perkebunan hanya untuk mencari materi semata. Karena bencana alam sering terjadi akibat dari ulah manusia itu sendiri.

  
 

Artikel Terkait

Ada Dua Hal yang Tidak Bisa Ditunda

Ada Dua Hal yang Tidak Bisa Ditunda

28 Juli 2020

Franki, putra pertama Yanti bersyukur dengan adanya bantuan dan pendampingan relawan, mamanya sudah bisa pulih dan berkumpul bersama mereka.

Pelestarian Lingkungan dan Bedah Buku Xie Li Selatan

Pelestarian Lingkungan dan Bedah Buku Xie Li Selatan

02 Januari 2023

Relawan komunitas Xie Li Selatan mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan dan bedah buku pada 18 Desember 2022 bertempat di Sekolah Surya Dharma, Kebayoran Lama. 

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -