Suara Kasih : Aktif Menciptakan Berkah

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Aktif Menciptakan Berkah
demi Melenyapkan Bencana
 

Kehidupan tidaklah kekal dan bumi pun rentan
Semua orang tak akan luput dari hukum sebab akibat
Membangkitkan niat baik dan menyebarkan cinta kasih
Aktif menciptakan berkah demi melenyapkan bencana

 

Dunia sungguh tidak kekal. Kekuatan alam sungguh dahsyat. Semua ini dapat membuktikan kebenaran dari kitab suci Buddha yang mengatakan bahwa dunia tidak kekal dan bumi rentan. Lihatlah, bahkan gunung yang besar pun tak mampu menahan terpaan angin dan hujan hingga mengalami longsor dan mendatangkan duka bagi manusia. Siapa yang dapat memperkirakan hal ini? Wujud kekuatan karma ini kadang datang hanya dalam satu detik. Jika dalam sedetik itu seseorang bisa lolos, maka ia akan selamat. Jika tidak, ia harus menerima konsekuensinya. Intinya, kehidupan manusia dan bumi ini sama-sama rentan dan tidak kekal. Kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan.

Bukankah kita tadi telah melihat dalam setahun ini begitu banyak bencana yang terdokumentasi. Kita melihat bencana di Haiti dan Cile. Gempa di Cile berkekuatan 8,8 SR. Beberapa hari lalu dr. Yang dari Cile mengunjungi saya. Saat berbincang, saya bertanya padanya bagaimana ia bisa tinggal di Cile. Ia pun bercerita bahwa saat berusia belasan tahun, jalinan jodoh pindah ke Cile. Jurang pemisah antara kaya dan miskin di Cile sangatlah besar. Yang miskin sangat miskin, sedangkan yang kaya sangat kaya. Negara ini kaya akan tembaga. Jadi, perekonomian negara ini relatif baik, namun warga kurang mampu di sana jauh lebih banyak dari yang mampu. Gempa yang terjadi di sana tahun 2010 mengakibatkan kerusakan dan jatuhnya korban. Banyak rumah dan bangunan yang kurang kokoh rusak akibat guncangan gempa.

Namun, Cile masih lebih baik dibanding Haiti. Ibu kota Haiti, Port-au-Prince dahulu cukup berkembang. Namun, pengembangan dijalankan melampaui batas. Kabarnya, di Haiti seluruh hutan sudah ditebang habis. Bahkan sulit menemukan pohon kecil di sana. Inilah akibat dari pengembangan berlebihan.

Namun, apakah pengembangan ini bermanfaat bagi warga Haiti sendiri? Tidak. Kayu-kayu itu dibeli oleh perusahaan asing. Ini membawa lingkaran keburukan bagi warga setempat.Warga kurang mampu semakin menderita, tanah setempat pun semakin rusak dan kehilangan kesuburannya. Semua ini diakibatkan oleh manusia yang tak berpandangan jauh ke depan. Meski banyak orang mungkin berkata,  “Hidup ini tidak kekal, untuk apa melihat jauh ke depan?” Ini adalah dua hal yang berbeda. Sungguh tiada batas.

Sesungguhnya, manusia tak perlu terus mengejar keuntungan pribadi. Hidup ini sungguh tidaklah kekal. Meski mengejar begitu banyak kekayaan, pada akhirnya kita juga akan mati. Dan pada saat meninggal, kekayaan pun tak akan dapat terbawa, hanya karmalah yang terus mengikuti. Ketika seseorang meninggal, sebanyak apa pun kekayaan yang ia miliki, yang akan terbawa hanyalah karma yang telah ia tanam semasa hidup. Ketika terlahir kembali, karma inilah yang menentukan kehidupannya. Ketamakan tiada batas membuatnya kikir. Ia bersifat kikir dan enggan berdana, namun kekayaannya tetap tak akan terbawa, dan saat meninggal hanya karmalah yang ia bawa. Bagaimana hidupnya pada kelahiran berikutnya sesungguhnya sangat sulit dikatakan, karena semasa hidupnya dahulu ia tidak pernah menanam berkah. Seumur hidupnya, yang ia pikirkan hanyalah mencari keuntungan dan menimbun kekayaan materi. Kekayaan ini tidak terbawa saat ia meninggal. Entah apakah anak-anaknya akan berbuat kebajikan dengan harta tersebut dan mewakilinya melakukan hal yang bermakna. Semua ini sangat sulit dikatakan. Namun, yang pasti adalah kekuatan karma akan terus mengikutinya. Bagaimana kondisi kehidupannya pada kelahiran selanjutnya sungguh tergantung pada hukum karma ini. Sebagaimana benih yang ditanam, demikianlah buah yang akan dituai.

Karena itulah, warga di Haiti dan Cile memiliki kondisi kehidupan yang berbeda. Sesuai yang Buddha katakan, mengapa mereka bisa terlahir di Haiti? Mengapa mereka bisa terlahir di Cile? Ini semua adalah “buah karma terkondisi”, yakni kondisi tempat seseorang terlahir. Jadi, sebagian orang mungkin terlahir di sebuah negara yang lebih sejahtera dengan pemerintah yang peduli dan memerhatikan kesejahteraan rakyat.

Ini adalah “buah karma terkondisi” mereka. Namun, di satu negara juga ada kesenjangan. Sebagian orang hidup berkecukupan karena telah menanam berkah pada kehidupan lampau. Karena itu, meski sama-sama lahir di Cile, ada orang yang hidup berkecukupan, ada pula yang hidup dalam kekurangan. Ini karena selain “buah karma terkondisi”, masih ada “buah karma langsung”. “Buah karma langsung” ini berkaitan dengan kondisi masing-masing pribadi, sedangkan “buah karma terkondisi” adalah kondisi tempat yang berjodoh dengan mereka sehingga mereka terlahir di sana.

Intinya, hukum sebab akibat yang dibabarkan Buddha sungguh dalam dan logis. Karena itu, kita harus meyakininya. Ajaran Buddha sangatlah ilmiah. Dari percakapan dengan dr. Yang, saya dapat merasakan bahwa ia adalah orang yang penuh cinta kasih. Saat bencana terjadi di Cile, Tzu Chi segera merencanakan bantuan. Kita segera mencari insan Tzu Chi di negara yang berdekatan dengan Cile agar mereka dapat segera memerhatikan para korban.

Namun, program bantuan darurat ini tentu saja memerlukan pengalaman dan pasokan barang bantuan yang cukup. Kita pun meminta insan Tzu Chi Amerika Serikat bergabung dengan relawan di Amerika Selatan untuk memerhatikan para korban. Setelah insan Tzu Chi tiba di Cile, banyak warga Tionghoa di Cile mengatakan,“Kami telah menunggu Tzu Chi sejak lama.” Bagaimana mereka dapat mengenal Tzu Chi? Ternyata mereka juga menyaksikan Da Ai TV. Dokter Yang mengatakan kepada saya bahwa sebagian besar warga Tionghoa di sana baik pengusaha maupun warga lainnya, semua menyaksikan Da Ai TV. Tak disangka bahwa bencanalah yang membuat mereka bertemu insan Tzu Chi. Jadi, dengan matangnya jalinan jodoh ini, mereka pun bergabung dengan Tzu Chi, dan bertambahlah satu negara yang memiliki insan Tzu Chi.

Singkat kata, karya kemanusiaan dijalankan untuk meringankan penderitaan. Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Semua ini sungguh benar. Kehidupan kita tidaklah kekal. Kita harus terus menciptakan berkah di dunia. Hanya dengan menanam berkah, barulah masyarakat yang damai akan tercipta. Kita harus lebih banyak bersumbangsih. Semoga setiap orang di dunia memiliki cinta kasih dalam hati sehingga dunia dapat terbebas dari bencana. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

HUT Bedah Buku Komunitas

HUT Bedah Buku Komunitas

14 Maret 2012 Teriknya sengatan mentari di siang hari itu, 13 Maret 2012,  tidak menyurutkan minat 48 orang peserta untuk hadir di acara bersejarah bagi komunitas Bedah Buku yaitu acara syukuran ulang tahun pertama TCBBK (Tzu Chi Bedah Buku Komunitas).
Wujud Rasa Syukur Dalam Perbuatan

Wujud Rasa Syukur Dalam Perbuatan

10 Mei 2009 Di bulan Mei penuh berkah, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan memperingati Hari Waisak 2553 BE, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia secara bersamaan di Tiara Convention Hall, Minggu tanggal 10 Mei 2009.
Menjadi Keluarga yang Saling Menjaga

Menjadi Keluarga yang Saling Menjaga

02 Mei 2018
Sudah 11 tahun Yayasan Budha Tzu Chi ada di kota Pekanbaru. Selama itu pula Tzu Chi Pekanbaru telah melakukan berbagai kegiatan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari sumbangsih para relawan yang dengan segenap hati untuk menebarkan cinta kasihnya kepada sesama.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -