Suara Kasih: Festival Perahu Naga

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Mengadakan Penyuluhan pada Festival Perahu Naga

 

Tim medis memiliki cinta kasih tak terhingga
Mengajarkan cara membuat bacang pada hari Festival Perahu Naga
Membangkitkan kebajikan dan welas asih untuk menciptakan berkah
Senantiasa menebarkan kebajikan

Kemarin para siswa kedokteran dari Universitas Tzu Chi mengikuti upacara kremasi para silent mentor. Secara keseluruhan acara berlangsung dengan tata cara yang baik, agung, dan khidmat. Yang membuat saya lebih tersentuh adalah seusai silent mentor mendonorkan tubuhnya bagi kepentingan pendidikan medis, para siswa kodokteran akan menyatakan rasa hormat mereka. Sebelum upacara kremasi, dosen akan membawa para siswanya ke krematorium untuk membersihkan tempat tersebut. Sikap ini menunjukkan rasa hormat dan tata krama mereka. Mereka membersihkan krematorium sebagai wujud terima kasih kepada para Silent Mentor yang telah berkontribusi tanpa pamrih. Hal ini sungguh membawa kehangatan hati.

Setahun sekali kita merayakan Festival Perahu Naga. Tanggal 5 Juni lalu adalah hari perayaan Festival Perahu Naga. Pada hari raya seperti itu, kita dapat melihat banyak kegiatan yang menghangatkan hati. Kita dapat melihat relawan membuat bacang vegetarian. "Kegiatan pembuatan bacang di Tzu Chi sungguh penuh cinta kasih. Kami juga berbuat baik dan menciptakan berkah karena bacang tersebut tidak berisi daging. Semuanya adalah bacang vegetarian. Kegiatan ini memberi kesempatan kepada saya untuk berterima kasih kepada kalian. Ini adalah pertama kalinya saya merasa bahwa meski hidup dalam kondisi sulit, namun saya tetap dapat bersumbangsih bagi orang lain. Saya sungguh merasa tersentuh," kata salah seorang relawan yang dulunya adalah penerima bantuan Tzu Chi.

Selain di Taiwan, insan Tzu Chi di Thailand, Malaysia, Jepang, Tiongkok, dan beberapa wilayah lainnya juga turut membuat bacang vegetarian. Pada saat pembuatan bacang, mereka juga mengajarkan para siswa cara membuat bacang sekaligus memberi tahu mereka bahwa bacang vegetarian juga sangat lezat, tidak perlu menggunakan daging. Mereka membimbing para siswa untuk bervegetarian serta memberi tahu mereka asal-usul pembuatan bacang dan kisah di balik Festival Perahu Naga. Mereka juga membimbing para siswa untuk membangkitkan cinta kasih dengan bervegetarian. Inilah yang kita sosialisasikan. Lihatlah, tanpa daging, kita tetap dapat hidup sehat secara fisik dan batin.

 

Kita dapat melihat sebelum perayaan Festival Perahu Naga, para anggota komite Tzu Chi di Hualien membuat ribuan butir bacang. Para anggota komite Tzu Chi di Hualien membagikan bacang ke rumah-rumah warga membagikan bacang ke rumah-rumah warga penerima bantuan Tzu Chi. Bacang yang dibuat di Griya Jing Si dibagikan kepada panti jompo dan panti asuhan yang dikelola oleh institusi Kristen dan Katolik.

"Selamat Hari Festival Perahu Naga, setiap tahun insan Tzu Chi mengantarkan bacang ke sini. Cinta kasih mereka membuat kami bahagia. Kami berharap setiap kedatangan mereka dapat memberikan kebahagiaan kepada kami. Kami bahagia bukan karena bacangnya, tetapi karena dapat melihat mereka," kata salah seorang biarawati. Mereka tidak membedakan agama dan senantiasa bersatu hati. Kita harus berterima kasih kepada para suster, pastur, dan pendeta yang telah mengembangkan cinta kasih dalam merawat orang yang hidup menderita. Setahun sekali kita menunjukkan terima kasih kepada mereka.

Di keenam Rumah Sakit Tzu Chi juga diadakan kegiatan dalam rangka Festival Perahu Naga seperti membagikan bacang, mengajarkan cara membuat bacang, serta membuat kerajinan tangan yang berbentuk bacang. Kita juga mendengar ahli gizi di Rumah Sakit Tzu Chi yang mengajarkan cara menghitung kalori serta mengimbau kita agar menggunakan bahan pangan lokal. Mengonsumsi bahan pangan impor merupakan pemborosan energi dan dapat menciptakan emisi karbon. Karena itu, kita harus menggunakan bahan pangan lokal. Dengan begitu, kita telah menghemat energi. Janganlah membeli bahan pangan impor. Bahan pangan lokal dapat menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Para dokter dari RS Tzu Chi di Hualien, Dalin, Taipei, dan Taichung memberikan penyuluhan dan mensosialisasikan pelestarian lingkungan kepada masyarakat. Ini semua adalah wujud cinta kasih. Apa pun kegiatannya, baik membuat bacang maupun kerajinan tangan, mereka melakukannya dengan penuh cinta kasih. Saya sungguh berterima kasih kepada mereka.

Insan Tzu Chi di negara lain juga merayakan Festival Perahu Naga. Insan Tzu Chi di Jepang juga membuat bacang untuk bazar amal, demikian pula dengan insan Tzu Chi di Tiongkok. Saya sungguh tersentuh melihat mereka. Mereka juga membagikan bacang ke rumah warga penerima bantuan Tzu Chi. Di antaranya ada seorang pasien penderita tumor otak.

Pada kunjungan sebelumnya, ia masih dapat berbicara. Namun, pada kunjungan kali ini, ia tidak dapat berbicara lagi. Saat insan Tzu Chi berkunjung, istrinya tidak ada di rumah, sedangkan anaknya sedang bersekolah. Hanya sang ayah yang menjaganya. Pada saat itu, penerima bantuan ini sedang batuk dan kesulitan untuk mengeluarkan dahaknya. Salah seorang anggota Tzu Cheng tidak takut dengan batuknya. Ia segera mendekat dan membantunya untuk mengeluarkan dahak.

Saya sungguh tersentuh melihatnya. Beberapa saat kemudian, istrinya pun kembali ke rumah. Ia berkata bahwa ia sangat berterima kasih atas pendampingan insan Tzu Chi. Ia juga berkata kepada insan Tzu Chi bahwa putranya menerima beasiswa di sekolah dan nilainya sangat tinggi. Ia berharap putranya dapat kuliah di Universitas Peking atau Universitas Tsinghua. Saat mendengarnya, insan Tzu Chi merasa sangat bahagia. Mereka bagai mendengar prestasi anak kandung sendiri. Jadi, mereka memberi tahu sang ibu agar terus menyekolahkan putranya. Bila ada kesulitan, mereka akan membantunya.

Setiap penerima bantuan Tzu Chi hidup di tengah kesulitan. Saat membagikan bacang ke rumah-rumah warga, insan Tzu Chi dapat menyadari berkah sekaligus menumbuhkan welas asih. Ada beberapa kisah keluarga penerima bantuan yang tak sempat saya ceritakan kepada kalian. Kalian dapat melihat di internet tentang bagaimana insan Tzu Chi di Tiongkok membagikan bacang ke rumah-rumah warga, sungguh membuat orang tersentuh. Kontribusi insan Tzu Chi di Tiongkok sungguh menginspirasi kita untuk menyadari berkah dan menciptakan berkah dengan penuh welas asih. Pada hari perayaan Festival Perahu Naga, biasanya orang-orang menikmati hari libur, tetapi insan Tzu Chi malah lebih bersemangat. Karena itu, saya sungguh berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi. Pada hari perayaan Festival Perahu Naga, kalian tetap mengemban misi dan berkontribusi. Kalian memilih untuk memanfaatkan hari libur dan sungguh-sungguh berkontrubusi bagi orang lain daripada menikmati hari libur. Inilah kehidupan yang benar, bajik, dan indah. Para Bodhisatwa dunia, terima kasih.


Artikel Terkait

Ketabahan Seorang Ibu

Ketabahan Seorang Ibu

11 Desember 2017

Dewi (31) adalah ibu dari bayi mungil bernama Aisyah Naila yang terlahir dengan fisik luar yang cacat. Perjuangannya dalam membesarkan Aisyah yang hingga kini harus menjalani serangkaian operasi mengingatkan bahwa cinta dan pengorbanan orang tua kepada anak tak terbatas apapun.

Study Tour ke Aula Jing Si

Study Tour ke Aula Jing Si

23 Desember 2013 Dalam kurikulum pendidikan setiap Sekolah Dasar di Jakarta wajib memiliki kurikulum study tour tentang pengenalan Jakarta. Dan berhubung Tzu Chi Indonesia memiliki gedung sebagai bagian dari budaya kemanusiaan, maka sejak pertengahan tahun 2013 siswa-siswi Sekolah Dasar Cinta Kasih rutin mengadakan study tour ke tempat ini.
Kebahagiaan Meri dan Ika di Tzu Ching Camp

Kebahagiaan Meri dan Ika di Tzu Ching Camp

19 Agustus 2009 Faktor kesehatan yang membuatnya tidak bisa melanjutkan kuliah di akademi keperawatan, kini Ika berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya di akademi keguruan. “Sekarang harapan aku cuma ingin sembuh, terus aku bisa kerja dan tahun depan aku bisa lanjut kuliah ambil keguruan, berprestasi dengan baik dan mengabdikan diri,” harapnya.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -