Suara Kasih: Giat Menggarap Ladang Batin

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Giat Menggarap Ladang Batin

Insan Tzu Chi Afrika Selatan mengadakan kamp pelatihan relawan
Menghadapi segala rintangan dan giat melatih diri
Memberi perhatian kepada orang sakit dan narapidana
Giat menggarap ladang batin

Insan Tzu Chi dari Afrika Selatan sangat giat melatih diri di tengah kondisi serba minim. Berhubung Afrika Selatan tidak memiliki ladang pelatihan yang besar, maka setiap kali mengadakan pelatihan, mereka harus membangun tenda. Pada pelatihan kali ini, insan Tzu Chi dari 4 negara berkumpul bersama. Lihatlah insan Tzu Chi dari Zimbabwe. Mereka menempuh perjalanan lebih dari 1.000 kilometer dengan menumpang bus demi mengikuti pelatihan. Para relawan dari dari Mozambik dan Lesotho juga berkumpul di Afrika Selatan. Mereka sangat tekun dan bersemangat. Selain saling berbagi pengalaman, mereka juga duduk dengan tenang untuk mendengar ceramah saya. Sebagian besar program yang mereka tonton adalah program “Lentera Kehidupan” dan "Essence of the Bodhi Mind". Melihat mereka mendengarnya dengan serius, saya pun berpikir, “Apakah mereka mengerti perkataan saya?” Sebenarnya mereka tidak mengerti. Akan tetapi, mereka tetap mendengarnya dengan berfokus. Selain itu, ada pula relawan yang berperan sebagai penerjemah.

Berhubung bahasa mereka berbeda-beda, maka relawan yang mengerti bahasa Inggris harus menerjemahkannya ke bahasa lokal agar bisa dipahami oleh para peserta setempat. Meski terdiri atas berbagai bahasa yang berbeda-beda, tetapi insan Tzu Chi memiliki tekad yang kuat untuk mewariskan semangat ajaran Jing Si. Lihatlah kesungguhan hati mereka. Kamp pelatihan kali ini sangat istimewa. Selain mempelajari ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi, mereka juga saling berbagi pengalaman mereka saat memberi perhatian kepada orang sakit.

Sebagian besar pasien yang mereka perhatikan adalah penderita AIDS, tuberkulosis, penderita lumpuh otak, dan stroke. Keempat jenis pasien ini paling banyak. Mereka hidup serba kekurangan dan menderita sakit. Kali ini mereka berkumpul bersama untuk berbagi tentang penderitaan hidup yang mereka lihat. Salah satu relawan juga  berbagi tentang perubahan hidupnya. Dahulu, kehidupannya sangat menderita. Kemudian, setelah insan Tzu Chi Afrika Selatan berangkat ke Mozambik untuk memberikan bantuan, hiburan, dan bimbingan, akhirnya kekayaan batinnya pun terbangkitkan.

Dia berbagi tentang penderitaannya pada masa dahulu dan kebahagiaannya pada masa sekarang. Saat berbagi tentang penderitaannya dahulu, dia tak bisa menahan tangisnya. Banyak relawan segera datang ke sisinya untuk menghiburnya. Sungguh membuat orang merasa tersentuh melihatnya. Inilah kamp pelatihan yang sedang diadakan di Afrika Selatan sekarang. Insan Tzu Chi dari Mozambik, Zimbabwe, dan Lesotho juga berkumpul bersama untuk melatih diri dengan giat.

Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi Hong Kong tengah mempersiapkan pementasan adaptasi Sutra dalam rangka peringatan ultah ke-20 Tzu Chi Hong Kong. Tahun ini mereka akan mengadakan pementasan adaptasi Sutra. Mereka semua bervegetaris. Pada tanggal 26 Oktober ini, mereka akan mengadakan pementasan Syair Pertobatan Air Samadhi di Stadion Queen Elizabeth. Melihat mereka menjalani latihan dengan giat, saya sungguh merasa tersentuh. Kita juga melihat di Tiongkok. Berhubung pembagian bantuan musim dingin  akan segera tiba, insan Tzu Chi setempat pergi ke setiap provinsi dan kabupaten untuk melakukan survei dan memahami kebutuhan para warga. Lihatlah, mereka berinteraksi dengan penuh cinta kasih. Insan Tzu Chi sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Mereka memperhatikan para lansia dan orang kurang mampu dengan sepenuh hati.

Ada beberapa lansia hidup sebatang kara dan tidak pernah dikunjungi oleh orang dalam jangka waktu yang panjang. Karenanya, mereka sangat tersentuh melihat kedatangan insan Tzu Chi. “Anda gembira melihat kedatangan kami. Kami juga gembira bertemu dengan Anda.” “Itu sawi hijau yang Anda tanam. Sayur yang ditanam anda paling bagus. Saya hanya duduk santai. Menurut saya, Anda adalah yang paling hebat.”

Insan Tzu Chi juga ingin membantu seorang kakek membersihkan rumah, tetapi kakek tersebut sangat sungkan. “Tidak apa-apa,” ujar sang kakek. “Lantai Anda harus dibersihkan,” ujar relawan. “Tidak usah. Tidak apa-apa,” jawab kakek. “Anda sudah berumur, tetapi masih harus menjaga keponakan Anda. Anda yang sudah berusia 80-an tahun masih harus menjaga seseorang yang berusia 60 tahun dan mengalami gangguan jiwa. Anda sungguh hebat dan mulia,” puji relawan. “Terima kasih,” jawabnya.

 

Selain itu, ada pula seorang gadis yang menderita cacat bawaan sejak lahir dan ditelantarkan oleh orang tua kandungnya. Untung saja, ada seseorang yang baik hati yang mengadopsi dan membesarkannya. Kini, dia telah berusia 23 tahun. Dia sangat ceria. Dia bisa menyulam lukisan Bodhisatwa Avalokitesvara. Bodhisatwa selalu membimbing orang lain dan sangat berwelas asih. Jika setiap orang bisa memiliki sifat welas asih seperti Bodhisatwa, bukankah dunia ini akan aman dan tenteram? Insan Tzu Chi juga menyemangati dia agar lebih rajin belajar. Insan Tzu Chi juga memberikannya banyak buku agar cahaya harapan bisa lebih banyak memancar masuk ke dalam hatinya. Semua ini merupakan kekuatan cinta kasih.

Kita juga bisa melihat di Singapura. Dua puluh tahun lalu, insan Tzu Chi Singapura mulai memberi perhatian kepada pasien AIDS. Dengan penuh cinta kasih dan hati Bodhisatwa, insan Tzu Chi mendekatnya, menghiburnya, membimbingnya, serta membantunya. Lihatlah pasien AIDS tersebut kini masih hidup dengan baik. Selain itu, insan Tzu Chi juga terjun ke lembaga pemasyarakatan untuk membimbing para narapidana yang tidak lama setelah dibebaskan, mereka kembali ditahan. Setelah mendapat bimbingan dari insan Tzu Chi, mereka pun berubah menjadi baik. Mereka menjadi mengerti untuk berbakti dan berbuat baik, serta berkontribusi bagi masyarakat. Ada banyak contoh seperti ini. Jadi, ajaran Buddha dapat diterapkan di negara dan budaya yang berbeda-beda. Tak peduli di negara mana pun berada dan di tengah masyarakat yang berbeda-beda, asalkan ada Dharma dan cinta kasih yang tulus, pasti tempat tersebut bisa berubah baik. Jadi, setiap orang memiliki sifat hakiki yang setara dengan Buddha. Meski di dunia ini terdapat berbagai suku, negara, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda, tetapi kita memiliki satu hati yang sama.

Saat suatu kondisi terlintas dalam pikiran kita, maka akan timbul persepsi. Karena itu, ketika melihat kondisi luar, kita akan terinspirasi untuk berpikir dan merenungkan hal apa yang harus dilakukan. Kata “berpikir” dalam aksara Mandarin adalah gabungan dari aksara “ladang” dan “hati”. Artinya, kita harus bekerja keras  untuk menggarap ladang batin ini agar benih-benih kebajikan dapat bertunas dan tumbuh di dalam hati kita, dan bisa dibagikan kepada orang banyak. Saya berharap semoga hati kita kita dapat sungguh-sungguh bekerja keras untuk menggarap ladang batin bagaikan petani yang giat menggarap sawah. Dengan begitu, kita bisa mewujudkan dunia yang lebih baik, masyarakat yang damai, serta membantu setiap orang terlepas dari penderitaan batin. Inilah tujuan kita merekrut Bodhisatwa dunia. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 

Artikel Terkait

Bekerjasama Membantu Sesama

Bekerjasama Membantu Sesama

15 Oktober 2015

Sebagai bentuk perhatian dan kepedulian kepada masyarakat kurang mampu, pada tanggal 23 September 2015, Tzu Chi Makassar bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) AD mengadakan bakti sosial dalam rangka HUT TNI ke-70.

“Saya Bangga Mereka Punya Cita-cita” (Bag. 2)

“Saya Bangga Mereka Punya Cita-cita” (Bag. 2)

03 Agustus 2010
“Kami tidak hanya mendidik anak, tapi juga mendidik orang tua,” Master Cheng Yen adalah guru bagi para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Melalui kata perenungan, beliau memberi pedoman hidup dan pendidikan Tzu Chi.
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -