Suara Kasih : Kehangatan Pelita Hati

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Pelita Batin Memberi Kehangatan di Dunia
 

Berkunjung ke lokasi bencana
Menenangkan batin para korban bencana
Menciptakan berkah dan menyadari ketidakkekalan
Pelita batin memberi kehangatan pada dunia

Pada 28 Maret pagi pukul 06.23 waktu Taiwan, Wilayah Prefektur Miyagi, Jepang diguncang gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter. Peringatan tsunami pun segera dikeluarkan. Tetapi beruntung, sejam kemudian peringatan itu dibatalkan. Semua orang merasa lega karenanya. Pada saat seperti ini, setiap orang hendaknya bersyukur karena terhindar dari bencana.

Kita semua tahu bahwa sejak tanggal 11 Maret hingga kini, setiap hari Jepang diguncang gempa susulan. Saya terus berpikir sebelum bencana gempa terjadi, mungkin banyak orang sedang mengadakan perjamuan makan untuk membicarakan bisnis mereka. Mungkin mereka menaruh harapan yang tinggi di masa depan. Namun, tiba-tiba saja terjadi gempa bumi dan disusul oleh tsunami. Dalam waktu sekejap,  tak tahu apa yang terjadi dengan mereka. Kondisi tersebut sungguh memprihatinkan.

Apa yang kita perhitungkan dalam hidup ini? Apakah kita masih ingin menunggu hingga usia tua baru melakukan kebajikan? Apakah kita harus menunggu hingga pensiun baru mulai melakukan kebajikan? Setelah bencana terjadi, kita dapat melihat, mendengar, dan merasakan ketidakkekalan hidup dan kondisi bumi yang rentan. Namun, mengapa setelah melihat, mendengar, dan merasakan begitu banyak hal, orang masih menunda untuk berbuat baik? Mengapa kita berpandangan sempit dan hanya fokus untuk mengejar ketenaran dan keuntungan saja? Apakah harus demikian kita baru dapat hidup bahagia? Pandangan demikian terlalu sempit. Apakah kita hanya berjuang demi orang yang kita kasihi atau keluarga saja?

Lihatlah bencana di Jepang kali ini yang terjadi kurang dari sebulan lalu. Kerusakan yang terjadi masih jelas terpampang di depan mata. Bagaimana kita tidak memetik hikmahnya? Apakah kita akan terus menunda hingga esok hari, setengah tahun, atau setahun kemudian? Apakah kita akan terus menunda? Saya sering mengumpamakan diri saya bagai seekor semut di kaki Gunung Sumeru yang terus mengingatkan semua orang bahwa bencana telah terjadi dan kita harus meningkatkan kewaspadaan. Untuk menyelamatkan diri dan orang lain, kita harus segera bertindak. Namun, berapa banyak orang  yang mendengar imbauan saya?

Meski demikian, banyak kisah menyentuh di dunia ini. Di banyak negara yang tengah turun salju, insan Tzu Chi terus mengimbau semua orang agar membangkitkan cinta kasihnya dan berdana bagi warga Jepang. Mereka juga mengimbau orang-orang agar bertobat dan bervegetarian. Insan Tzu Chi yang tersebar di seluruh dunia bagaikan cahaya harapan yang terus menyinari semua orang tanpa membedakan ras, keyakinan, dan kewarganegaraan mereka.

Melihat banyak orang yang bersumbangsih dengan sepenuh hati, kita harus bersyukur dan merasa penuh harapan. Jadi, kali ini tim bantuan Tzu Chi di Jepang berbagi dengan para korban bencana tentang betapa banyak orang di negara lain yang berdoa bagi mereka. Kita mengantarkan cinta kasih semua orang di dunia kepada warga Jepang.

Sebuah wilayah di Jepang mengalami kerusakan parah akibat bencana, kecuali sebuah rumah yang tidak hanyut. Di dalamnya terdapat 42 orang pengungsi yang tinggal bersama-sama. Mulanya mereka tidak saling mengenal, namun kini mereka bagai satu keluarga. Inilah yang terjadi di lokasi bencana dan di tengah cuaca yang dingin. Bantuan dari insan Tzu Chi bagai sinar matahari yang memberi kehangatan. Selama 4 hari, insan Tzu Chi menyalurkan bantuan kepada 6.000 orang lebih.

Pada penyaluran bantuan kali ini, insan Tzu Chi menginap di sebuah panti jompo di Kota Rikuzentakata, Prefektur Iwate, selama 3 malam. Saat mereka tiba di sana, saya bertanya, “Apakah kalian aman di sana?” Mereka menjawab, “Kami aman di sini, tetapi ada retakan di tembok akibat gempa bumi.” Itulah kondisi tempat tinggal mereka. Selama 4 hari itu, mereka berkunjung ke banyak tempat untuk menyalurkan bantuan dan menenangkan batin para korban bencana.

Tiga orang senator lokal sangat tersentuh oleh kontribusi insan Tzu Chi di sana. Salah satu dari mereka adalah Tuan Tamura. Kabarnya, ia adalah orang yang sangat serius, namun setelah melihat insan Tzu Chi memberikan dukungan dan perhatian kepada korban bencana, ia merasa sangat tersentuh.

Ada pula Tuan Komatsu. Ia mengeluarkan kartu namanya dan menuliskan kata “Terima kasih” di setiap kartunya. ”Musibah ini sungguh berat bagi kalian,” ucap salah satu relawan Tzu Chi. ”Saya sangat berterima kasih atas segala kontribusi kalian. Meski keliatannya tak berarti apa-apa, tetapi saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada kalian,” ucap Tuan Komatsu.

 Lihatlah betapa ia merasa tersentuh. Sungguh, kita harus berterima kasih kepada Ibu Yoko Miura yang menyarankan Tzu Chi berkunjung ke tempat itu. Kita bersyukur dapat bersumbangsih di sana. Insan Tzu Chi telah kembali ke Tokyo. Namun, mereka masih mengkhawatirkan para korban bencana. Para senator juga sangat berharap insan Tzu Chi dapat kembali ke sana. Tuan Tamura tahu bahwa Tzu Chi telah mengirim 4 kontainer barang bantuan ke Jepang. Ia berharap para insan Tzu Chi dapat kembali bersumbangsih di sana. Penyaluran bantuan kali ini sungguh berhasil. Para relawan telah mensurvei lokasi bencana yang lain serta mempersiapkan bantuan jangka menengah dan jangka panjang. Kita akan terus berusaha membantu mereka.

Melihat kondisi para korban bencana, hati kita sungguh diliputi kesedihan. Namun, melihat banyak orang di seluruh dunia yang memiliki cinta kasih, kita dapat merasakan bahwa pelita batin setiap orang telah mulai bersinar. Intinya dunia ini penuh harapan. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Semangat Berbagi melalui Donor Darah

Semangat Berbagi melalui Donor Darah

12 Juni 2012 Minggu, 27 Mei 2012, pada pukul 14.00 WIB hingga 18.00 WIB, menjadi hari yang membahagiakan bagi relawan He Qi Selatan, karena untuk pertama kalinya diadakan Kegiatan Donor Darah di Jing Si Books and Cafe Blok M Plaza.
Menerapkan Budaya Humanis dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan Budaya Humanis dalam Kehidupan Sehari-hari

05 Oktober 2022

Penerapan budaya humanis dalam kehidupan sehari-hari dibahas secara komprehensif dan mendalam dalam acara Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 yang diadakan oleh relawan komunitas He Qi Utara 2.

Semua Sudah Tahu

Semua Sudah Tahu

22 Maret 2011
Pada Minggu 13 Maret 2011, tepat pukul 08.30 WIB, bertempat di Kompleks Perumahan Kasuari Indah, relawan Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan mengadakan kegiatan daur ulang sampah. Kegiatan daur ulang di kompleks ini sudah dilakukan beberapa kali sehingga para penghuni di sana sudah sangat mengenal relawan Tzu Chi.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -