Suara Kasih: Membebaskan Derita Pasien

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

   Membebaskan Pasien dari Penderitaan dan Memberikan Kebahagiaan

 

Banjir yang belum surut mendatangkan kekhawatiran
Membebaskan pasien dari penderitaan dan memberikan kebahagiaan
Menjadi pembimbing bagi semua makhluk
Memulihkan daya penglihatan para pasien

Beberapa hari ini saya sangat mengkhawatirkan kondisi Thailand. Melihat banjir terus meluas ke wilayah selatan, kekhawatiran saya pun semakin bertambah. Yang paling saya khawatirkan adalah ada banyak ular berbisa dan buaya di wilayah banjir. Inilah hal yang paling berbahaya. Melihat banjir terus meluas ke wilayah selatan dan mendekati Bangkok, warga setempat segera melakukan antisipasi dengan menggunakan kantong pasir. Saya sungguh khawatir melihatnya. Kita dapat melihat insan Tzu Chi di Thailand yang membagikan bantuan di tengah genangan air. Mereka sungguh bekerja keras. Sesungguhnya, kantong pasir tidaklah terlalu efektif untuk mengantisipasi banjir. Cara terbaik untuk mengantisipasi banjir adalah menggalang Bodhisatwa dunia. Kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia agar dapat mencegah bencana alam.

Lihatlah Sri Lanka. Bila mengulas tentang Sri Lanka, hati saya dipenuhi rasa syukur. Meski Tzu Chi berasal dari Taiwan, namun telah terdapat insan Tzu Chi di Thailand maupun Sri Lanka. Meski mayoritas warga Sri Lanka menganut agama Islam, namun Tzu Chi membawa semangat Buddha ke negara tersebut. Mereka mengembangkan semangat Mahayana di negara tersebut. Sutra Makna Tanpa Batas dibabarkan Buddha sebelum membabarkan ajaran Mahayana dalam Sutra Bunga Teratai. Beliau membabarkan ajaran Mahayana yang beliau junjung dalam lubuk hati terdalam. Inilah Sutra Makna Tanpa Batas. Di dalam Sutra Buddha berbunyi, “Tabib Agung dapat mendiagnosis penyakit.” Semangat inilah yang kita praktikkan di dalam Tzu Chi. Para anggota TIMA mengembangkan semangat ini dalam mengobati pasien.

Para anggota TIMA mengembangkan semangat ini ke seluruh dunia. Penderitaan terbesar makhluk hidup adalah saat menderita penyakit. Bodhisatwa sekalian, penyakit sungguh mendatangkan penderitaan yang tak terkira. Penderitaan terbesar di dunia adalah saat menderita penyakit. Demi mengobati penyakit fisik dan batin pasien, Buddha datang ke dunia. Ini karena beliau memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan dengan orang lain. Baik penyakit fisik maupun penyakit batin, Buddha selalu datang untuk memberi perhatian dan penghiburan serta memberikan obat kepada semua makhluk.

Karena itu, Buddha disebut Tabib Agung. Buddha dapat mendiagnosis berbagai jenis penyakit manusia, Baik itu penyakit ketamakan, kebodohan, kebencian, kesombongan, keraguan, maupun penyakit fisik lainnya. Jadi, Buddha adalah Tabib Agung yang dapat mendiagnosis penyakit dan memahami segala jenis obat untuk mengobati pasien. Inilah yang disebut Tabib Agung.

Selain itu, ada pula perawat, apoteker, dan teknisi laboratorium. Peran perawat juga tak kalah pentingnya. Di dalam sebuah rumah sakit, jumlah tenaga medis yang terbanyak adalah perawat. Para perawat sungguh bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara. Saat pasien menekan tombol bantuan, orang yang berlari adalah perawat. Mereka selalu muncul dan menjangkau orang yang memerlukan bantuan. Inilah Bodhisatwa Avalokitesvara. Saat berobat, dokter akan memberi resep kepada kita. Untuk itu, diperlukan apoteker yang memahami segala jenis obat. Sebelum memberikan obat kepada pasien, dokter harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Tanpa pemeriksaan yang teliti, dokter tak bisa memberikan obat kepada kita. Jadi, untuk memerhatikan pasien, kita membutuhkan tim medis.

 

Lihatlah baksos kesehatan di Sri Lanka. Ada yang bertugas memberikan obat, memerhatikan pasien, dan memapah pasien ke hadapan dokter. Lihatlah, satu tim medis terdiri atas banyak orang yang bertugas menenangkan fisik dan batin pasien. Mereka menenangkan fisik dan batin pasien serta memberi dukungan kepada pasien agar jangan merasa khawatir. Selain itu, mereka juga memberi obat agar para pasien bisa cepat sembuh. Para relawan Tzu Chi juga memberi penghiburan juga memberi penghiburan dan membawa sukacita bagi para pasien.

 

Semua itu penuh kehangatan. ”Selama ini, saya menunggu kesempatan untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya. Karena itu, hari ini saya sengaja datang untuk berterima kasih. Saya membantu di sini seharian. Sibuk sekali, Saya membantu mengantar para pasien yang ingin berobat. Kami sangat bahagia bisa membantu orang lain. Dahulu, saat bertemu dengan Master Cheng Yen, beliau mengimbau kami agar menggalang lebih banyak relawan dan donatur. Karena itu, kami mengadakan kegiatan ini demi menginspirasi lebih banyak orang,” ucap seorang dokter.

Lihatlah, ia telah menginspirasi dokter setempat untuk menjadi relawan Tzu Chi. Kali ini, insan Tzu Chi dan anggota TIMA dari Singapura berangkat ke Sri Lanka dan bekerja sama dengan tim medis setempat. Pasien kali ini berjumlah lebih dari 3.000 orang. Mereka menjalani operasi pengangkatan tumor, operasi katarak, maupun membuat kacamata. Mereka tak pernah berpikir bahwa mereka bisa memiliki sepasang kacamata. Kacamata itu didonasikan oleh pengusaha dari Singapura yang membuka toko kacamata. Selain menjalankan operasi katarak, tim medis Tzu Chi juga memberi sepasang kacamata kepada warga setempat guna membuka hati mereka. Selain menjalankan operasi tumor, para dokter juga membantu mereka agar memiliki daya penglihatan yang baik. ”Saya selalu ingin mengangkat tumor ini, namun selalu tak berkesempatan. Operasi kali ini sangat berhasil. Saya tidak merasa sakit. Para dokter dan perawat sungguh ramah. Saya sangat bahagia. Kini saya sangat gembira karena bisa melihat dengan jelas. Daya penglihatan saya sudah melemah selama belasan tahun. Kini saya sangat gembira karena mengenakan kacamata ini. Saya bisa melihat dengan jelas,” ucap pasien.

Banyak sekali kisah yang membuat orang tersentuh. Saya sangat berterima kasih kepada anggota TIMA dari Singapura dan Malaysia yang menyebarkan benih cinta kasih di Sri Lanka. Saat relawan dari Sri Lanka pulang ke Taiwan untuk mengikuti konferensi TIMA tahun ini, mereka akan melihat para anggota TIMA di berbagai negara yang bersumbangsih untuk membantu orang yang membutuhkan di negara mereka masing-masing. Para anggota TIMA yang penuh welas asih di berbagai negara berangkat menuju tempat yang membutuhkan bantuan medis. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. 

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Kesuksesan Bisa Berawal dari Amal

Kesuksesan Bisa Berawal dari Amal

05 Maret 2018
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengisi seminar dan menggelar Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) kepada 250 karyawan Bank BCA KCU Asemka. Para karyawan tampak menyimak dengan sangat baik isi materi yang disampaikan.
Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya

Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya

25 Agustus 2015

Pertama kali mengikuti Tzu Ching Camp, Fatah dipenuhi dengan semangat. Setelah camp ini, ia ingin menerapkan apa yang sudah ia pelajari selama camp dan bergabung dalam barisan relawan Tzu Ching.

Menjadi Tim Medis Berbudaya Humanis

Menjadi Tim Medis Berbudaya Humanis

09 April 2019
Pada Minggu, 7 April 2019 diadakan sosialisasi calon anggota TIMA Indonesia di Galeri DAAI, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan ini mengajak 68 peserta untuk mengenal dan memahami bagaimana menjadi tim medis yang budaya humanis.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -