Suara Kasih: Membina Dokter Humanis

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Menyebarkan Pandangan Benar dan Membina Dokter Humanis

Giat memupuk insan yang memiliki cinta kasih
Menyebarkan pandangan benar demi menyucikan Lima Kekeruhan
Menjadi dokter humanis yang menjalankan pekerjaan dengan semangat misi
Menyelaraskan pikiran dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan

Kita dapat melihat Afrika Selatan. Banyak warga Afrika Selatan yang hidup kekurangan. Banyak keluarga tinggal di lingkungan yang sangat sederhana. Meski menjalani kehidupan demikian, mereka tetap masih bisa bertahan. Selain mampu menghadapi kondisi yang sulit, mereka juga membangkitkan cinta kasih. Meski hidup secara kekurangan, mereka masih menolong orang kurang mampu. Mereka bertindak secara nyata untuk membantu sesama meski menghadapi banyak kesulitan. Cinta kasih yang tulus dan tanpa pamrih itu telah memengaruhi orang lain. Seorang warga yang hidupnya bukan sangat berada juga bersedia menyediakan sebidang tanahnya kepada Tzu Chi agar bisa kita gunakan untuk bercocok tanam. Antarsesama manusia bisa saling memengaruhi. Insan Tzu Chi membawa kebahagiaan ke tengah lingkungan yang sulit agar orang yang menderita juga bisa merasakan sukacita. Meski kebahagiaan itu hanya bersifat sesaat, namun ia bisa mendatangkan secercah harapan bagi hidup mereka. Setiap kali melihat harapan cahaya cinta kasih, saya merasa sangat tersentuh dan bersyukur.

Kita juga melihat di Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar upacara Waisak dan mengundang Tzu Chi. Kali ini, bisa dibilang kita adalah satu-satunya lembaga nonpemerintah yang membantu para perwakilan PBB agar memahami bagaimana peran ajaran Buddha dalam tujuan mendatangkan kedamaian bagi dunia. Insan Tzu Chi membawa semangat ajaran Buddha dalam kegiatan itu. Selain itu, mereka juga menunjukkan betapa banyaknya kontribusi ajaran Buddha bagi dunia. Orang-orang merasa bahwa Tzu Chi merupakan sebuah organisasi Buddhis yang sangat istimewa. Pandangan orang banyak tertuju pada pameran yang digelar Tzu Chi. Sungguh indah. Rupang itu bagai berasal dari dunia lain. Yang menarik perhatian saya adalah warna, suasana, dan wujudnya. Saya belum pernah melihat rupang Buddha seperti ini. Beliau bagaikan tengah melihat dunia untuk memastikan bahwa segalanya baik-baik saja. Mereka juga melihat rupang yang melambangkan Buddha Yang Maha Sadar di Alam Semesta. Karena itu, Buddha disebut sebagai Yang Maha Sadar di Alam Semesta.

Demi menyelamatkan bumi ini, Beliau memilih datang kembali ke dunia. kepada semua makhluk. Buddha terus mengayomi bumi ini dengan harapan semua makhluk bisa tersadarkan serta hidup dengan aman dan tenteram. Akan tetapi, dunia kita saat ini sudah dipenuhi oleh Lima Kekeruhan akibat tercemar oleh manusia. Karena itu, Buddha sangat khawatir. Rupang Yang Maha Sadar di Alam Semesta yang mengayomi dan mengasihi bumi ini kita tampilkan dalam upacara Waisak yang digelar PBB. Setelah mendengarkan penjelasan  dari insan Tzu Chi, umat Buddha bisa semakin memahami bahwa dunia yang penuh Lima Kekeruhan itu sungguh harus disucikan.

Kita harus menggunakan berbagai metode untuk membimbing orang-orang agar melihat agama Buddha dengan pandangan benar. Inilah pengetahuan dan pandangan benar. Buddha datang ke dunia bukan ingin disembahyang oleh orang-orang, namun ingin orang-orang menghormati, mempercayai, dan mempraktikkan ajaran-Nya. Inilah yang disebut mempraktikkan Dharma lewat tindakan. Intinya, semua pemandangan yang terlihat hari ini, sungguh membuat saya merasa tersentuh.

Kita juga melihat kesungguhan hati para anggota TIMA. Saya sangat berterima kasih kepada mereka. Contohnya dr. Hong Hong-dian. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, dia menjadikan baksos kesehatan Tzu Chi sebagai prioritas dalam hidupnya. Saat kita akan mengadakan baksos kesehatan di wilayah selatan Taiwan atau di luar negeri, dia selalu jadi orang pertama yang mendaftarkan diri. Istrinya juga adalah seorang dokter. Jadi, mereka mengikuti baksos secara bergilir. Saat salah seorang dari mereka pergi,  yang lainnya harus tinggal. Kesungguhan hati mereka tak akan habis saya lukiskan dengan kata-kata. Yang terpenting adalah mereka juga mewariskan semangat cinta kasih ini. Anak mereka juga adalah seorang dokter bedah ortopedi  di Rumah Sakit Tzu Chi Taipei.

dr. Hong Shuo-suei adalah seorang dokter baik yang selalu dipuji oleh orang-orang. Inilah pewarisan kebijaksanaan dan cinta kasih. Saya sungguh bersyukur. Ada pula seorang dokter gigi di Zhanghua. Berhubung sang ibu telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Tzu Chi, dia berharap anaknya bisa bergabung dalam relawan muda-mudi. Kini, anaknya telah membuka klinik sendiri. Dia bahkan menyisihkan sebuah ruang di kliniknya agar orang-orang bisa membaca buku-buku Tzu Chi. “Ruang di sini sangat luas. Saya merasa bahwa di saat saya bekerja, pasien bisa membaca sesuatu untuk menenangkan hati mereka. Master menggalakkan budaya humanis dalam misi kesehatan. Inilah yang tengah kami praktikkan.”

Dia juga adalah dokter teladan di dalam TIMA. Saya sungguh bersyukur dan berbahagia melihatnya. Saat terjun ke bidang medis, saya bersumpah untuk mendedikasikan diri sepenuh hati demi melayani umat manusia. Dua hari lalu, para siswa kedokteran Tzu Chi angkatan ke-14 kembali ke Griya Jing Si untuk mengucapkan sumpah dokter. Selama dua hari di Griya Jing Si, mereka berbagi pengaruh positif para guru terhadap mereka. Mereka semua begitu dekat. Para guru bagai mewariskan jiwa kebijaksanaan kepada mereka.

 

“Kemarin adalah upacara pengangkatan sumpah dokter. Saya juga mendengar sumpah dan kesan mereka. Saya merasa upacara ini sangat penting bagi setiap siswa kedokteran. Saya yakin upacara ini jauh lebih penting bagi ayah dan ibu saya. Ayah saya berjualan di pasar malam, tetapi dia menyekolahkan saya dengan sungguh-sungguh. Meski ibu saya menderita penyakit, dia juga menyekolahkan saya dengan sungguh-sungguh. Dahulu keluarga saya juga berjualan di pasar malam. Hari ini, saya bisa lulus dari Universitas Kedokteran Tzu Chi, semuanya berkat bantuan Tzu Chi. Saya berkesempatan mengikuti pertukaran pelajar ke Universitas Cornell di Amerika Serikat dan sebuah universitas di Singapura. Saya bisa belajar banyak di luar negeri, semuanya karena ada bantuan Tzu Chi. Berkat bantuan Tzu Chi, hari ini, saya bisa mengenakan jubah putih ini. Pagi ini, Master berkata kepada kami, “Sebagai dokter, jangalah kita hanya bisa mengobati penyakit pasien, namun juga harus bisa memperhatikan dan memahami hati pasien.” Saya berharap saya bisa mempraktikkan ajaran Master.”

Lihat, inilah pendidikan penuh cinta kasih Tzu Chi. Selama anak-anak memiliki akhlak yang baik dan bersedia giat belajar, kita pasti memberi kesempatan kepada mereka. Mendengar kedua siswa itu mengungkapkan syukur terhadap orang tua, guru, dan sekolah yang telah mendidik mereka, saya merasa sangat bahagia. Mereka adalah harapan kita di masa depan. Dunia ini tidak bisa kekurangan tim medis karena manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Saya berharap setiap siswa kedokteran tidak takut bekerja keras. Yang paling dikhawatirkan saat ini adalah kurangnya tenaga medis. Jurusan spesialis kedokteran yang membutuhkan kerja keras sangat jarang dipilih oleh orang. Karena itu, dalam pendidikan medis Tzu Chi, kita harus benar-benar membimbing anak-anak agar memiliki pandangan benar serta membangkitkan ikrar luhur untuk bersumbangsih bagi semua umat manusia yang menderita di dunia. Dokter yang baik sungguh merupakan permata bagi dunia. Para siswa kedokteran Tzu Chi merupakan harapan kita di masa depan. Diterjemahkan oleh Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Bertemu Dewa Penolong

Bertemu Dewa Penolong

06 Februari 2014 Hok Cun, seorang relawan Tzu Chi yang biasa membantu menangani pasien penerima bantuan segera menemui dokter spesialis bedah tulang James M. Palealu Sp. OT yang menangani pengobatan Hansiang.
Acara Keakraban dan Apresiasi kepada Guru Sekolah Cinta Kasih

Acara Keakraban dan Apresiasi kepada Guru Sekolah Cinta Kasih

29 Desember 2016

Menjelang berakhirnya kegiatan belajar mengajar tahun 2016, para guru Sekolah Cinta Kasih  Tzu Chi Cengkareng melakukan kegiatan gathering guru. Beberapa guru yang baru saja pulang dari studi banding di kantor pusat Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan berbagi pengalaman. Ada banyak hal di sana yang bisa diterapkan di lingkungan sekolah.

Baksos Degeneratif Tahap Ketiga di Tzu Chi Makassar

Baksos Degeneratif Tahap Ketiga di Tzu Chi Makassar

24 Januari 2018

Tzu Chi Makassar kembali menggelar Bakti Sosial Kesehatan Degeneratif ketiga yang bertempat di Aula Masjid Darul Hijrah Kelurahan Lette RT.03/05 Makassar pada Minggu, 21 Januari 2018.

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -