Suara Kasih: Memerhatikan Korban Bencana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

   Memerhatikan Korban Bencana di Queensland

 

Memerhatikan korban bencana di Queensland
Cinta kasih universal yang murni dan tanpa batas
Membebaskan makhluk hidup dari penderitaan
Membabarkan Dharma kepada orang yang telah ditolong

“Cukup sulit bagi saya untuk menerimanya. Saya merasa bahagia bisa kembali ke sini serta bertemu dengan organisasi yang bersahabat dan menolong saya. Saya juga ingin menyebarkanluaskan cinta kasih ini. Ini sungguh luar biasa. Sumbangsih dan cinta kasih yang kalian berikan sungguh indah. Saya ingin membalas budi kalian,” ucap seorang warga. Beberapa waktu lalu, Australia dilanda banjir terparah dalam sejarah. Banjir ini melanda pada awal tahun dan terjadi 2 bulan lamanya. Karena itu, relawan setempat segera mengembangkan welas asih dan kebijaksanaannya untuk membantu sesama. Banyak orang berkata, “Australia adalah negara yang makmur, apakah Tzu Chi perlu menolong mereka?” Sesungguhnya, semakmur apapun negara tersebut, saat bencana besar terjadi, mereka juga memerlukan pertolongan penghiburan, serta perhatian. Pascabencana, sulit dipungkiri akan mengalami kekurangan bahan pangan.

Melihat itu, insan Tzu Chi setempat terpanggil untuk membantu sesama. Saya sering berkata bahwa Kebuddhaan tak dapat dicapai di alam surga. Sangatlah sulit untuk menginspirasi orang kaya. Kita semua paham akan hal ini. Meski demikian, kita tetap harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Setiap komunitas membutuhkan Bodhisatwa agar saat bencana terjadi, mereka bisa segera bergerak. Bila kekuatan telah terhimpun, penyaluran bantuan akan mudah dilakukan. Negara Australia sangatlah luas, namun hanya sedikit insan Tzu Chi di sana. Awalnya, kita mengalami kesulitan untuk mengumpulkan mereka. Namun, tak ada yang sulit jika kita melakukannya dengan tulus. Mereka pun menghimpun kekuatan untuk menyalurkan bantuan. Saya sungguh bersyukur melihat semua itu. Cinta kasih universal tak membedakan agama.

 

Dapat kita lihat Suster Angela yang telah beberapa kali berkunjung ke Taiwan. Kami sungguh berjodoh. Ia memiliki sebuah rumah sakit dan saat ia mengalami kesulitan ekonomi, insan Tzu Chi pun membantunya menyediakan peralatan medis yang dibutuhkan. Tanpa membedakan agama, mereka mengasihi sesamanya. Ia sangat tersentuh melihat sumbangsih para insan Tzu Chi. Ia pun datang ke Taiwan untuk menemui saya. Kami mengobrol bagaikan teman lama, setelah itu ia pun pulang ke negaranya. Banyak dampak buruk akibat banjir besar yang melanda Queensland tahun ini. Awalnya, pemerintah dan warga setempat menolak bantuan dari pihak luar.

 

Namun, berkat Suster Angela yang menulis surat rekomendasi kepada walikota setempat, akhirnya ia yakin bahwa Tzu Chi merupakan sebuah organisasi yang bisa dipercaya. Ini sungguh sesuatu yang berbeda dan itu bukan karena materi. Saya sungguh terkesan dengan para relawan yang menghibur dengan penuh cinta kasih. Dengan dukungan dan bantuan walikota, insan Tzu Chi bisa masuk ke lokasi bencana untuk membantu warga setempat. Sejak saat itu cinta kasih antara Tzu Chi dengan warga setempat pun terjalin.

“Selimut ini sungguh luar biasa. Begitu hangat dan ringan. Saya punya kebiasaan membuang selimut saat tidur. Selimut ini sangat hangat dan bagus. Saya pernah menerima bantuan dari orang lain dan kini saya juga ingin ikut membantu orang-orang yang kekurangan,” ucap seorang penerima bantuan. Insan Tzu Chi setempat juga pergi ke sekolah-sekolah untuk mengajarkan Kata Perenungan Jing Si kepada anak-anak. Para orangtua murid merasa senang dan kepala sekolah setempat juga mendukung. Setelah itu, melalui telepon mereka mengundang warga setempat untuk mengikuti adaptasi Sutra. Awalnya mereka menganggap ini merupakan penipuan melalui telepon. Namun, para relawan berkata, “Kami adalah relawan Tzu Chi yang mendaur ulang botol plastik menjadi selimut.” Setelah mendapat pernyataan tersebut, mereka akhirnya yakin bahwa kita adalah Tzu Chi. Mereka semua tahu bahwa Tzu Chi tak hanya mengasihi sesama, namun juga mengasihi bumi ini. Selimut yang kita bagikan tersebut telah membawa kesan positif.

Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma mengandung ajaran Buddha yang dapat menginpirasi sesama. Selain menyelamatkan manusia dan dunia, kita juga harus membimbing orang menyerap Dharma agar dapat menapaki jalan yang benar. Dalam melestarikan lingkungan, kita tak hanya mengumpulkan dan menyortir barang daur ulang. Kita harus memahami asal-usul barang-barang tersebut. Segala benda yang berwujud di dunia ini disebut benda materi. Sekecil apapun ia tetap mengandung prinsip kebenaran. Kita harus tahu cara mendaur ulang yang benar agar bisa bermanfaat bagi kelestarian bumi. Prinsip yang sangat mendalam ini harus kita singkapkan. Sungguh, setiap barang mengandung prinsip kebenaran.

Buddha membabarkan Dharma agar semua orang paham dan jelas akan 4 fase alam. Buddha ingin kita semua memahami semua fase pada benda materi juga tubuh manusia. Beliau juga ingin kita paham akan pikiran manusia. Untuk itu, Buddha mengajarkan tentang Empat Landasan Perenungan yang harus senantiasa ada dalam pikiran kita. Semua ajaran saling berkaitan. Tanpa Dharma, bagaimana kita membimbing orang lain untuk bersumbangsih tanpa mengharapkan pamrih?

Bagaimana caranya agar orang lain dapat menjaga hati dan menyayangi bumi kita ini? Untuk dapat mencapainya, kita memerlukan Dharma. Dharma ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran Buddha harus diselami dan dipraktikkan, barulah dapat memberi manfaat. Para Bodhisatwa sekalian, kita harus lebih bersungguh hati dalam mempraktikkan ini. Janganlah kita meremehkan Dharma. Lihatlah insan Tzu Chi di Australia. Mereka telah membuka hati warga setempat dan membabarkan Dharma ke dalam lubuk hati mereka sehingga mereka juga bisa turut bersumbangsih. Dalam Sutra Makna Tanpa Batas disebutkan bahwa “Para Bodhisatwa dapat membebaskan penderitaan semua makhluk”. Di mana ada makhluk yang menderita, para Bodhisatwa akan datang dan melenyapkan penderitaan tersebut. Setelah itu, barulah Dharma dibabarkan kepada mereka.

Selain memberikan bantuan materi, kita juga memberikan perhatian jangka panjang agar kehidupan mereka bisa kembali normal. Selain itu, kita juga menginspirasi mereka untuk dapat membantu sesama dengan cinta kasih. Kita memerlukan ajaran Buddha dan niat yang tulus untuk membangkitkan cinta kasih, menemani, serta menginspirasi mereka. Inilah cinta kasih yang berkesadaran. Sebagai insan Tzu Chi, kita harus memperluas jalinan cinta kasih. Meski tak kenal dengan orang yang menderita, namun asalkan ada jalinan jodoh, maka para Bodhisatwa akan datang untuk menolong. Selama ada kesempatan, kita harus menyebarkan cinta kasih ke seluruh penjuru dunia agar cinta kasih orang-orang terbangkitkan. Dengan begitu, barulah kita dapat menyelamatkan hati manusia dan dunia ini. Kita harus senantiasa menggenggam kesempatan. Di Australia, insan Tzu Chi juga mementaskan drama musikal Sutra Makna Tanpa Batas. Pertunjukan tersebut menyentuh banyak orang. Saya sangat berterima kasih kepada mereka. Setiap hari merupakan sejarah. Untuk itu, kita harus menggenggam kesempatan dan memanfaatkan waktu yang ada. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


 

 

Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun 2014 Batam : Melatih Enam Paramita

Pemberkahan Akhir Tahun 2014 Batam : Melatih Enam Paramita

03 Maret 2015 Para relawan Tzu Chi berusaha memperkenalkan Enam Paramita tersebut melalui pameran ini. “Melalui pameran Enam Paramita ini, kami mengharapkan para hadirin dapat mengenal enam paramita dan bagaimana cara untuk melatih enam paramita,” ujar Budi, relawan Tzu Chi sekaligus koordinator acara.
Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-96:  Memperdalam Akar Tzu Chi Bali

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-96: Memperdalam Akar Tzu Chi Bali

23 Desember 2013 Berkaitan dengan hal tersebutlah, Tzu Chi Bali yang kini telah berusia 10 tahun ingin bersumbangsih pada warga melalui sebuah kegiatan bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-96 yang bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Bali.
Menjalin Semangat Kekeluargaan Lewat Training Humanis

Menjalin Semangat Kekeluargaan Lewat Training Humanis

06 September 2023

Tahun 2023, DAAI TV Indonesia Indonesia genap menginjak usia 16 tahun. Sebagai salah satu rangkaiannya juga diadakan training humanis bagi karyawan DAAI TV Indonesia dengan mengusung tema “16 Tahun Perjalanan Cinta Kasih DAAI TV”.

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -