Suara Kasih: Menapaki Jalan Bodhisattva dari Kehidupan ke Kehidupan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Menapaki Jalan Bodhisattva dari Kehidupan ke Kehidupan

Silent Mentor menjadi teladan dalam membimbing dokter humanis
Berakhirnya upacara untuk mengenang para Silent Mentor
Mendonorkan sumsum tulang untuk menolong kehidupan orang lain
Menapaki Jalan Bodhisattva dari kehidupan ke kehidupan

Kelas anatomi untuk siswa kedokteran Tzu Chi sudah berakhir kemarin. Upacara untuk mengenang para Silent Mentor terlihat berlangsung dengan khidmat. Melihat ketertiban upacara tersebut, saya bisa merasakan kesungguhan hati dan ketulusan para siswa kita. Mereka berterima kasih atas sumbangsih yang tulus dari para Silent Mentor. Dari tayangan ini, kita dapat melihat banyak Silent Mentor yang patut kita puji, patut kita kenang, dan patut kita syukuri. Di antara 14 Silent Mentor kali ini, ada anggota Tzu Cheng, anggota komite, anggota komisaris kehormatan, dan donatur Tzu Chi. Meski donatur bukanlah anggota Tzu Cheng atau komite, tetapi mereka bersedia mendonorkan tubuh mereka. Saya sungguh berterima kasih kepada keluarga Silent Mentor yang telah membantu memenuhi harapan terakhir mereka. Karena itu, kita harus berterima kasih.

Saya lebih berterima kasih kepada para murid saya yang baik. Mereka adalah anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi. Contohnya Bapak Li Kuo-ming. Dia sangat mendedikasikan diri, penuh kehangatan, sangat sopan, dan dikasihi oleh semua orang. Dia adalah teladan bagi kita semua. Terlebih lagi, dia juga merupakan teladan yang baik bagi para siswanya karena dia berprofesi sebagai guru. Semasa hidupnya, dia adalah guru sekolah menengah dan setelah meninggal dunia, dia menjadi Silent Mentor. Sepanjang hidupnya, dia berprofesi sebagai guru dan mengajar di Pulau Kinmen. Sebagian besar guru berharap bisa dimutasikan kembali ke Taiwan, dia malah enggan meninggalkan Kinmen karena dia menganggap pendidikan adalah misinya. Dia bertekad untuk menjadi seorang guru yang baik dan mengajar di tempat yang tidak ingin dikunjungi guru lain. Dia ingin tinggal di tempat yang tidak ingin dihuni oleh guru lain. Dia sungguh telah melakukannya. Setiap liburan musim dingin atau musim panas, dia selalu menjadi relawan di Rumah Sakit Tzu Chi Hualien.

Setelah kembali ke Kinmen, dia tetap melakukan daur ulang setelah pulang kerja. Baik saat melakukan kunjungan kasih atau melakukan daur ulang, dia selalu giat berpartisipasi. Dia sungguh adalah teladan yang baik. Saya masih ingat saat dirawat di RS Tzu Chi Taichung, dia masih mengenakan rompi relawan untuk memberikan penghiburan bagi pasien lain. Saat terakhir kali dirawat inap, dia datang bertemu saya begitu tahu saya berada di RS Tzu Chi Taichung. Saya berkata padanya, “Saya baru berpikir ingin menjenguk Anda.” Dia menjawab, “Saya tahu. Saya tahu Master ingin menjenguk saya, makanya saya datang agar Master bisa melihat saya. Master jangan khawatir.” Dia meminta saya agar jangan khawatir.

Kemudian, dia meninggalkan ruangan karena saya sedang rapat. Sebelum keluar, dia berkata, “Master, Anda tidak perlu datang menjenguk saya lagi, karena saya sudah datang untuk dilihat oleh Anda.” Saya menjawab, “Ya. Jika begitu, saya tidak ke kamar pasien lagi.” Inilah percakapan kami yang terakhir. Usai melakukan perjalanan dan beberapa hari setelah kembali ke Hualien, saya mendengar dia telah meninggal dunia. Dia meninggal dunia dengan damaidan sambil tersenyum. Sang istri dan anaknya segera mengantarkan jenazahnya ke Hualien pada tengah malam. Hari itu, usai pertemuan pagi relawan, istrinya telah menunggu saya di samping. Saya bertanya “Segala urusan Relawan Li sudah selesai?” Dia menjawab, “Ya.” Meski sang istri masih menitikkan air mata, tetapi dia tetap tersenyum. Dia biang, “Saya telah kembali ke sisi Master.” Lalu, dia terus tersenyum sendiri. Saya berkata, “Jadi, kamu sudah tahu apa yang ingin kamu lakukan.” Dia bilang, “Kamu cepat kembali untuk terus melakukan daur ulang.” Saya menjawab, “Ya.”

Lihatlah betapa damai hatinya. Relawan Li datang dan pergi dengan damai. Hingga masa-masa akhir hidupnya, dia tetap bebas dari kemelekatan, bebas dari kerisauan, dan bebas dari rasa takut. Batinnya begitu damai dan tenang. Setiap kali mengingat murid saya ini, saya sungguh merasa kehilangan. Bayangan dirinya masih sangat jelas dalam ingatan saya. Silent Mentor yang lain adalah Chen Sheng-feng. Dia adalah anggota Tzu Cheng yang sangat senior. Dia sangat bersungguh hati dan selalu mendedikasikan dirinya. Kita juga melihat Xiu-zhen. Dia dan suaminya memiliki satu hati dan satu tekad. Dia dan suaminya telah menjadi Silent Mentor. Mereka adalah relawan yang sangat senior. Xiu-zhen mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mengemban misi Tzu Chi. Jalinan jodoh kami dengan Tzu Chi sangat baik.

“Nama Dharma suami saya adalah Ji Zhou dan nama Dharma saya adalah Ci Xiang. Jika nama kami digabung, maka menjadi Ci Ji Zhou Xiang (Tzu Chi yang sempurna). Karena itu, saat tidak berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi, saya selalu merasa bersalah karena ia menjadi tak sempurna. Tak peduli banyak atau sedikit kontribusi saya, asalkan ikut berpartisipasi, saya sudah merasa senang.” Saya masih ingat saat ingin membangun Bank Data Donor Sumsum Tulang, banyak orang yang berbeda pendapat. Karenanya, saya sulit untuk membuat keputusan. Kemudian, saya mulai melakukan perjalanan. Di setiap tempat yang saya kunjungi, saya membahas tentang donor sumsum tulang.

Setiap orang merespon, “Apa pun yang ingin dilakukan oleh Master, kami pasti akan melakukannya.” Respon positif itu memberikan saya kekuatan yang sangat besar. Saat tiba di Taichung, saya kembali membahas Bank Data Donor Sumsum Tulang. Relawan Mei-lan bertanya kepada saya, “Kami akan mengadakan sebuah bazar amal di Zhanghua selama dua hari.” “Bagaimana jika kita mendirikan sebuah stan untuk mensosialisasikan hal ini?” Saya menjawab, “Boleh juga.” Pada saat itu, Xiu-zhen merupakan salah satu pengurus untuk kegiatan di Zhanghua tersebut. Sejak saat itu, dia dan suaminya sangat mendedikasikan diri untuk mensosialisasikan donor sumsum tulang. Selain menjadi ibu asuh Tzu Chi, mensosialisasikan donor sumsum tulang. Xiu-zhen juga ikut.

Singkat kata, di dalam Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi, semuanya ada bayangan dirinya. Ini semua sungguh membuat orang tersentuh. Setelah harapan terakhir suaminya terwujud, kini tibalah gilirannya. Putranya juga sangat mendukungnya. Ibu selalu berkata kepada kami untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Jadi, saya ingin berbagi kata-kata ini dengan para siswa kedokteran yang sangat luar biasa di sini. Semoga para siswa yang mengikuti kelas anatomi ini bisa mengingat para Silent Mentor selama-lamanya. Janganlah melupakan setiap sayatan dan pengetahuan yang kalian dapatkan. Ingatlah selalu budi luhur mereka. Dengan memiliki rasa syukur dan hormat, kelak kalian pasti bisa melayani pasien dengan penuh cinta kasih. Dengan demikian, saya yakin pada kehidupan-kehidupan mendatang, para Silent Mentor akan tetap berada dalam dunia Tzu Chi. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Menjadi Mata Air yang Menjernihkan Hati Manusia

Menjadi Mata Air yang Menjernihkan Hati Manusia

16 Maret 2015

Sedikitnya 500 hadirin yang terdiri dari donatur dan pemirsa DAAI TV mengikuti acara ini. Memang, menurut Linawaty, koordinator acara, Malam Keakraban DAAI TV ini ditujukan untuk menjalin silaturahmi para donatur, dan pemirsa DAAI TV.

Menjadi Sahabat Bagi Bumi

Menjadi Sahabat Bagi Bumi

10 September 2019

Mengawali bulan September yang orang bilang September Ceria, muda-mudi Tzu Chi atau Tzu Ching Medan mengadakan pelestarian lingkungan dari rumah ke rumah di sekitar Kampus Universitas Prima Indonesia, Medan. Apa saja yang mereka lakukan? 

Empati untuk Keluarga Penumpang Lion Air JT 610

Empati untuk Keluarga Penumpang Lion Air JT 610

31 Oktober 2018

Delapan orang relawan Tzu Chi hadir menemani keluarga penumpang pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-610 di Posko Keluarga, Rumah Sakit Bhayangkara TK. I R. Said Sukanto (RS Polri), Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa 30 Oktober 2018.

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -