Suara Kasih : Menghargai Semua Makhluk

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menghargai Semua Makhluk
di Enam Alam Kehidupan
 

Makhluk hidup di enam alam kehidupan adalah keluarga
Membunuh hewan menciptakan karma buruk
Semua makhluk  hidup memiliki benih kebuddhaan
Memahami hukum karma dan melindungi makhluk hidup

Kehidupan tidaklah kekal. Beberapa hari lalu, di Keelung, Taiwan, tiba-tiba terjadi tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi. Warga yang tinggal di daerah pegunungan sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Setelah menerima berita ini, insan Tzu Chi segera bergerak untuk mengimbau warga yang tinggal di sekitar pegunungan agar mengevakuasi diri sekaligus menenangkan hati mereka. Para relawan juga menyediakan makanan hangat bagi regu penyelamat.

Kita harus meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana longsor yang terjadi secara tiba-tiba. Setiap orang harus mengintrospeksi diri. Saya selalu berkata kepada kalian bahwa kita sungguh harus bertobat. Dalam kehidupan sehari-hari, proses pengadaan sandang, pangan, dan papan yang kita nikmati menciptakan karma buruk tanpa kita sadari. Kita sungguh harus mengintrospeksi diri.

Buddha berkata bahwa semua makhluk di 6 alam kehidupan adalah keluarga kita. Di dalam lingkaran enam alam kehidupan, baik makhluk alam manusia maupun alam hewan, semua pernah menjadi keluarga kita. Hubungan ini tercipta karena budi, cinta kasih, rasa dendam, dan lain-lain. Di dalam hubungan antar manusia maupun hubungan dengan hewan terdapat karma yang mengikat sehingga kita saling berhubungan satu sama lain. Meski terdapat cinta kasih, bukan berarti tidak ada dendam, rasa benci, dll. Hal inilah yang menciptakan jalinan jodoh di antara kita pada kehidupan ini sehingga kita bertemu kembali. Tak hanya pada kehidupan sekarang, jalinan jodoh ini akan terus berlangsung pada kehidupan berikutnya.

Di dalam Sutra terdapat banyak kisah tentang hukum karma dan bagaimana seseorang menuai hasil perbuatannya pada kehidupan berikut. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus senantiasa waspada. Kita dapat melihat kerusuhan yang terjadi di beberapa negara mengakibatkan masyarakat tak dapat hidup tenang. Inilah akibat ulah manusia.

Manusia memiliki kekuatan untuk menciptakan kerusuhan dalam suatu negara. Manusia juga dapat mengganggu kehidupan hewan hingga mereka tidak dapat hidup dengan tenang. Saat dipenuhi ketamakan, manusia akan melukai bahkan membunuh hewan yang tidak berdosa demi mengambil kulit dan bulu mereka.

Bukankah sangat sulit terlahir sebagai manusia? Mengapa kita ingin berdandan seperti hewan? Mengapa kita harus duduk di atas kursi yang dilapisi kulit harimau? Mengapa kita harus mengenakan kulit kelinci pada tubuh kita? Terhadap kelinci yang lembut, manusia menyetrumnya hingga pingsan dan mengulitinya hidup-hidup. Bayangkan betapa sakitnya ia saat siuman. Penderitaan itu jauh lebih besar dibanding kematian. Orang-orang yang kejam seperti itu, apakah masih layak disebut sebagai manusia? Karena itu, Buddha berkata bahwa sungguh menyedihkan melihat manusia terbelenggu kegelapan batin.

Lihatlah, hewan juga memiliki perasaan. Contohnya, gajah. Seekor anak gajah tersengat aliran listrik ketika sedang mencari makanan. Sang induk yang ingin menolong anaknya pun tersengat listrik hingga mati. Ada pula sekelompok orang yang berburu di atas gunung. Saat mereka membidik seekor anak kera dengan senjata, ibu kera segera keluar untuk menolong anaknya. Namun, karena peluru sangat cepat, anak kera itu pun mati tertembak. Ibu kera yang berada di atas pohon menghampiri anaknya dan menangis penuh kesedihan. Suara tangisnya sungguh memilukan. Tiba-tiba saja, ia berhenti menangis dan tidak bernapas lagi. Sekelompok pemburu tersebut melihat dan terkejut dengan kematiannya. Mengapa ibu kera tersebut mati? Setelah membedah tubuh ibu kera itu, mereka mendapati bahwa organ tubuhnya telah pecah semua. Tiba-tiba para pemburu tadi menyadari bahwa bahkan hewan pun memiliki perasaan dan kasih sayang terhadap keluarganya.

Buddha datang ke dunia ini demi membabarkan prinsip kebenaran kepada semua makhluk. Kita sungguh harus segera sadar. Kita sungguh harus memerhatikan kehidupan manusia dan hewan di sekitar kita dengan sungguh-sungguh. Sungguh, manusia maupun hewan adalah makhluk hidup yang terlahir dalam lingkaran 6 alam kehidupan. Hubungan yang tercipta dapat berupa jalinan jodoh yang penuh cinta kasih atau penuh dendam. Inilah hubungan antarmanusia.

Sebagai manusia, kita harus menghargai hewan dan tidak menganggu kehidupan mereka. Janganlah melukai maupun memelihara hewan agar mereka dapat hidup di habitatnya. Dengan begitu, bukankah dunia akan sangat indah? Jika hewan berada dalam bahaya dan kita menolongnya, maka ia akan membalas budi kita. Namun, jika kita sengaja memisahkan mereka dari keluarganya dan menjadikannya sebagai peliharaan, maka kebebasannya akan terbatasi dan ia akan kehilangan kemampuan untuk bertahan hidup di alam. Hal ini membuatnya menderita. Jadi, kita sungguh harus memahami kehidupan makhluk lain.

Tujuan Buddha datang ke dunia adalah agar kita dapat memahami dan merenungkan hal ini secara lebih mendalam. Banyak orang masa kini yang demi menjaga kehangatan tubuh, melukai hewan dan mengambil kulitnya. Akibat karma buruk ini, kelak mereka mungkin akan terlahir di alam hewan. Inilah hukum karma. Sungguh, kita harus memahami hukum karma. Intinya, setiap makhluk hidup di dunia memiliki benih kebuddhaan. Karena itu, kita harus menghargai mereka. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Tetesan yang Tak Ternilai

Tetesan yang Tak Ternilai

12 Juni 2014 Kesembuhan  buah  hatinya   dari pedonor  darah,  membuat   Ani    ingin  menolong   sesama  tanpa  pamrih. ‘’Insya Allah  selama  badan  saya  masih  sehat, saya akan selalu  medonorkan  darah,‘’  kata  Ani   yang  juga  menyemangati   keluarganya  untuk  menjadi pedonor  darah.
TIMA Global Forum 2023: Membawa Harapan Baru di Dunia Kesehatan

TIMA Global Forum 2023: Membawa Harapan Baru di Dunia Kesehatan

16 Juni 2023

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin membuka TIMA Global Forum 2023 yang diselenggarakan di Aula Jing Pantai Indah Kapuk, 16 – 17 Juni 2023. Pembukaan ini ditandai dengan pukulan gong dan bunyi angklung yang digoyangkan oleh beberapa relawan yang diiringi kibaran bendera dari para dokter yang merupakan delegasi dari 9 negara.

Bersyukur, Menghormati, dan Cinta Kasih

Bersyukur, Menghormati, dan Cinta Kasih

17 Mei 2009 Di bulan Mei setiap tahunnya, seluruh relawan Yayasan Buddha Tzu Chi di dunia merayakan ”Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia”. Demikian pula dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Bali yang ikut merayakannya pada tanggal 17 Mei 2009.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -