Suara Kasih : Menyadari Penderitaan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menyadari Kebenaran Tentang Penderitaan
 

Penderitaan manusia disebabkan oleh kegelapan batin
Bencana mendatangkan penderitaan bagi banyak orang
Mengambil hikmah dari bencana yang terjadi
Cermin batin yang bersih dapat merefleksikan segala sesuatu dengan jelas

”Kini setiap bulan saya menjadi relawan di rumah sakit dengan penuh sukacita. Dengan menjadi relawan di sini, saya dapat merasakan fase kehidupan seperti lahir, tua, sakit, dan mati. Saya melihat berbagai penderitaan di dunia. Hal ini menyadarkan saya bahwa saya termasuk orang yang memiliki berkah,” kata salah seorang relawan.

Saya melakukan perjalanan selama 20 hari untuk Pemberkahan Akhir Tahun dan pelantikan relawan baru. Selama perjalanan kali ini, saya melihat banyak kisah relawan yang penuh penderitaan. Sungguh, Buddha berkata bahwa cinta adalah sumber penderitaan dan kemelekatan adalah belenggu kegelapan batin. Saat kemelekatan semakin dalam, ikatan belenggu ini akan semakin kuat. Semakin dalam kemelekatan kita, penderitaan kita pun akan semakin besar.

Dari kisah kehidupan manusia, kita dapat menyaksikan kebenaran tentang penderitaan. Ajaran pertama yang Buddha babarkan di dunia adalah kebenaran tentang penderitaan. Saya sungguh bersyukur karena telah mendirikan Tzu Chi dan mengemban misi Tzu Chi. Melalui segala kegiatan Tzu Chi, saya dapat menyaksikan kebenaran yang diajarkan oleh Buddha. Untuk memahami kebenaran tentang penderitaan, kita harus menyadari bahwa dunia sungguh penuh dengan penderitaan. Dari mana penderitaan berasal? Nafsu keinginan dan ketamakan akan membangkitkan kemarahan dan kebencian. Saat seseorang memiliki nafsu keinginan, maka dalam hubungan antarmanusia maupun keluarga, ia akan menderita.

Bukan hanya itu, ketika ketamakannya timbul, kebencian dan kemarahannya akan turut muncul. Ia akan marah ketika orang lain berbuat tidak sesuai keinginannya, kebencian dan rasa dendam ini akan membelenggu batinnya. Melihat hal ini, kita dapat menyadari bahwa nafsu keinginan adalah sumber penderitaan.

Segala kebencian, dendam, dan sebagainya ini memperlihatkan pada kita sebab penderitaan. Dari mana penderitaan berasal? Karena adanya sebab penderitaan. Sebab penderitaan ini bersumber dari kemelekatan, nafsu, ketamakan, kebencian, dan lain-lain yang ada dalam pikiran. Akumulasi pikiran-pikiran tersebut adalah sebab dari penderitaan. Penderitaan timbul bukan hanya karena kemelekatan saja, melainkan juga karena karma buruk yang tercipta akibat pikiran buruk tadi. Begitu karma buruk tercipta, maka tak hanya akan membawa penderitaan bagi orang-orang di sekitar kita, bahkan pada skala dunia pun, bencana alam dan bencana akibat ulah manusia juga berawal dari pikiran manusia. Inilah sebab dari penderitaan. Melihat orang-orang menderita akibat bencana yang terjadi, saya sungguh merasa sedih dan khawatir.

Bencana ini adalah akibat dari buah karma kolektif semua makhluk. Karena itu, banyak orang yang menderita. Sebab dari penderitaan adalah nafsu dan ketamakan. Saat dua insan sedang jatuh cinta, mereka akan saling melekat satu sama lain. Jika kini segala hal berjalan sesuai harapan, mungkin masalah dengan anak-anak mereka, sehingga datanglah penderitaan. Inilah sebab dari penderitaan. Penderitaan berasal dari nafsu keinginan dan ketamakan. Kita sungguh memiliki berkah karena berjodoh dengan ajaran Buddha. Saat melihat suatu bencana terjadi, kita harus sadar dan mengambil hikmahnya. Setelah menyadari ketidakkekalan hidup, kita harus mengetahui cara untuk melenyapkan penderitaan. Jika dapat meningkatkan kesadaran, kita akan dapat memahami cara untuk mengurangi bencana serta cara membuka belenggu batin dalam hubungan antarmanusia yang membawa banyak kerisauan. Kita harus memahami ketidakkekalan untuk dapat memahami cara untuk melenyapkan penderitaan.

Untuk melenyapkan penderitaan, kita harus memiliki cermin batin yang bersih. Dengan membersihkan cermin batin ini, kita baru dapat melihat faktor-faktor lenyapnya penderitaan dan melihat jalan menuju lenyapnya penderitaan. Dengan demikian, kita dapat berjalan di Jalan Bodhisatwa yang lurus, lapang dan penuh kedamaian. Dengan cermin batin yang bersih, kita akan memperoleh pencerahan sempurna dan mampu terbebas dari penderitaan.

Para Bodhisatwa sekalian, setelah kembali dari perjalanan kali ini, saya sungguh dapat lebih merasakan bahwa ajaran Buddha sungguh dapat membimbing kita untuk mencapai pencerahan. Perjalanan kali ini sungguh membuat hati saya merasa tenang, namun tetap merasa tiada waktu lagi. Yang membuat saya merasa tenang adalah melihat para insan Tzu Chi yang sangat teguh dalam memegang ajaran Buddha dan mempraktikkan kebajikan.

Mereka menjalankan Empat Misi Tzu Chi, memikul tanggung jawab sesuai prinsip 4 in 1, dan bekerja sama dengan harmonis. Yang lebih membuat saya merasa tenang adalah para relawan senior yang membimbing para relawan baru dengan sabar demi mewariskan ajaran Jing Si. Hal ini sungguh membuat saya tersentuh. Namun, melihat berbagai bencana yang terjadi di dunia, saya sungguh merasa khawatir. Setiap hari saya merasa seperti tiada waktu lagi. Saya melihat siaran berita Da Ai TV yang melaporkan bahwa bencana banjir telah menggenangi belahan bumi selatan seperti Brasil, Australia, Afrika Selatan, dan lain-lain. Bencana banjir ini terus menggenangi beberapa negara.

Beberapa hari lalu, Dr. Peng mengatakan bahwa di belahan bumi selatan kemungkinan akan terus turun hujan selama lebih dari 2 bulan dan mungkin mengakibatkan bencana banjir di lebih banyak daerah. Penderitaan makhluk hidup di dunia sungguh tak terkira. Beban hati saya sungguh berat karena air di belahan bumi selatan terus mengalami kenaikan. Cuaca di belahan bumi utara pun sangat dingin. Selain itu, melihat kisah para relawan yang hidup dalam penderitaan akibat kegelapan batin, saya sungguh sedih dan iba terhadap orang yang diliputi kegelapan batin. Saya sungguh tidak tahu kapan mereka akan sadar dan terselamatkan. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-119 di Cikarang

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-119 di Cikarang

29 Agustus 2017
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan bakti sosial kesehatan ke-119 di Cikarang, Jawa Barat. Kegiatan berlangsung pada tanggal 11-12 Agustus 2017 dan bertempat di RS Sentra Medika Cikarang ini berhasil menangani 394 pasien katarak, pterygium, bibir sumbing, benjolan, dan hernia yang berasal dari wilayah Cikarang dan sekitarnya.
Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-138

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-138

12 Juni 2023
Untuk pertama kalinya, Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia menggelar Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-138 di Tzu Chi Hospital. 
Kasih Tzu Chi Menyambut Imlek

Kasih Tzu Chi Menyambut Imlek

05 Februari 2018

Tzu Chi Makassar menggelar kegiatan bakti sosial berupa pembagian bingkisan sembako dan angpau untuk warga Tionghoa prasejahtera. Kegiatan ini diadakan Minggu 28 Januari 2018 dengan dua tahap yakni pagi dan sore. Sebanyak 640 kepala keluarga menerima bingkisan ini.

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -