Suara Kasih: Menyelaraskan Hati

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

Menyelaraskan Hati untuk Menciptakan Tanah Suci di Dunia

      

Menyucikan fisik, mengasihi diri sendiri, dan menyelaraskan pikiran
Kita tidak boleh tamak dan merebut, melainkan harus giat bersumbangsih
Mengikuti upacara Waisak dengan tulus serta membersihkan noda batin
Di mana-mana terdapat Tanah Suci

Kita dapat melihat kebakaran hutan di Meksiko, kebakaran sudah berlangsung sejak tanggal 22 April hingga kini. Sesungguhnya, kebakaran itu terjadi akibat setitik api yang kecil. Orang yang keluar masuk di kawasan tersebut memiliki pikiran yang menyimpang sehingga menciptakan kerusakan bagi bumi.

Manusia tidak bisa mengendalikan pikiran karena adanya percikan api di dalam hati. Jika kita selalu melakukan kesalahan kecil, kita juga akan melakukan kesalahan besar. Secara perlahan-lahan hal ini tidak hanya akan merugikan orang lain. Sesungguhnya, orang yang akan mengalami kerugian terbesar adalah diri kita sendiri. Karena itu, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Janganlah menjadi “pencuri” di dalam hati sendiri. Pencuri di dalam hati kelak akan berubah menjadi “bandit”. Ini semua bergantung pada sebersit niat kita. Karena itu, kita harus mengendalikan pikiran dan jangan membangkitkan ketamakan. Saat ketamakan terbangkitkan, mungkin kondisi batin kita juga akan ternoda. Saat pikiran manusia ternoda, mereka akan melakukan banyak hal yang dapat merusak lingkungan. Jadi, kondisi batin manusia yang ternoda sangatlah mengkhawatirkan.

Kita juga dapat melihat laporan media massa tentang seorang anak di bawah umur di Jepang yang merampok bus sekaligus membunuh sang pengemudi. Saat diinterogasi oleh Polisi, “Mengapa kamu melakukan tindakan kriminal ini?” Dia menjawab bahwa dia ingin membuktikan dirinya sangat hebat karena teman-teman sekolah selalu menertawakannya. Akibat kondisi batin yang tidak selaras ini, dia melakukan kesalahan yang sangat besar.

Lihatlah ke seluruh dunia, banyak bencana akibat ulah manusia terjadi akibat percikan api di dalam hati manusia. Sebersit pikiran yang buruk akan mendatangkan bencana besar bagi dunia. Semua itu bermula dari pikiran manusia. Beruntung, insan Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Contohnya Kanada. Di negara yang makmur itu masih terdapat warga suku asli yang hidup kekurangan. Insan Tzu Chi merasa tidak tega melihat keterbatasan anak-anak  dalam bersekolah. Karena itu, mereka memberikan bantuan alat tulis, buku, dan lain-lain kepada anak-anak setempat. Mereka juga membimbing anak-anak untuk belajar dengan giat dan berjalan ke arah yang benar.

Melihat insan Tzu Chi membimbing anak-anak ke arah yang baik, saya sungguh merasa tersentuh. Kita juga dapat melihat instansi pelestarian lingkungan di Shanghai mengadakan kegiatan untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Mereka juga mengundang insan Tzu Chi untuk mensosialisasikan bagaimana cara melakukan daur ulang. Relawan Tzu Chi menunjukkan cara membuat mainan dari barang-barang daur ulang agar kreativitas anak-anak bisa terbangkitkan. Selain bisa memiliki mainan dari barang daur ulang, anak-anak juga bisa menabung.

Insan Tzu Chi juga berusaha mengimbau setiap orang untuk menghargai dan mengasihi segala sesuatu serta memperpanjang usia barang. Selain itu, insan Tzu Chi juga membimbing warga setempat untuk menjaga kebersihan mulai dari sumbernya. Setiap orang harus menyadari pentingnya pelestarian lingkungan serta mempraktikannya dalam keseharian agar lebih banyak orang mengetahui bahwa pelestarian lingkungan amat diperlukan.

Dimulai dari melakukannya sendiri, perlahan-lahan kita bisa memengaruhi orang lain. “Semoga melalui kegiatan kali ini, warga komunitas kami yang turut berpartisipasi bisa belajar bagaimana kalian melakukan daur ulang, kemudian turut melakukannya bersama-sama,” kata salah seorang peserta. Insan Tzu Chi di seluruh dunia selalu bekerja untuk mensosialisasikan daur ulang, serta bagaimana cara menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Semua ini sungguh membuat orang tersentuh. Akan tetapi, yang terpenting adalah membangkitkan cinta kasih setiap orang serta mengajak masyarakat untuk bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Selain tidak tamak, tidak merampas, tidak mencuri, tidak merampok, kita juga harus bersumbangsih bagi semua umat manusia.

Saat pikiran manusia selaras maka Tanah Suci di dunia pun akan tercipta. Kita tidak memerlukan polisi untuk menjaga keamanan. Saat setiap orang tidak tamak, tidak merampas, tidak mencuri, dan tidak merampok, serta bisa bersumbangsih bagi sesama maka akan terciptalah Tanah Suci di dunia.

Lihatlah, pada saat sekarang ini, insan Tzu Chi telah mulai mempersiapkan upacara pemandian Rupang Buddha. Insan Tzu Chi di Taiwan telah terjun ke tengah komunitas untuk mengundang warga. Mereka berharap setiap orang berkesempatan mengikuti upacara pemandian Rupang Buddha. Apakah makna dari upacara pemandian Rupang Buddha? Yaitu untuk menyucikan batin manusia sekaligus menyucikan fisik manusia. Karenanya, kita harus bervegetarian agar bisa melestarikan lingkungan, menjaga kebersihan udara, serta menyucikan batin dan menjaga kesehatan fisik kita. Jadi, untuk menyucikan fisik dan batin, setiap orang harus bervegetarian dengan hati yang paling tulus.

Kita dapat melihat insan Tzu Chi telah berkunjung ke rumah veteran. Lebih dari 300 Lansia bisa merasakan cinta kasih insan Tzu Chi terhadap mereka. Pada saat seperti ini, insan Tzu Chi selalu membimbing para Lansia kepada Buddha untuk memberi penghormatan dengan tulus semoga para Lansia juga bisa menyucikan fisik dan batin. Sungguh, bisa bersandar pada sebuah keyakinan adalah hal terbaik bagi para Lansia.

 

 

Ajaran Buddha yang sesungguhnya telah meresap ke dalam hati mereka. Ini adalah hal yang paling baik. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang mengadakan upacara Waisak di rumah veteran. Insan Tzu Chi sering mencurahkan perhatian serta berbagi tentang ajaran Buddha kepada para veteran. Mereka telah menyucikan batin manusia serta mencurahkan perhatian di rumah veteran. Saya sungguh berterima kasih. Inilah yang terjadi di Taiwan. Apakah kegiatan ini hanya ada di Taiwan? Tidak. Setahu saya insan Tzu Chi di Malaysia juga telah mulai mempersiapkan upacara pemandian Rupang Buddha.

Insan Tzu Chi di Filipina juga terus bekerja keras untuk meningkatkan ketulusan hati setiap orang. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Setiap hari saya melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia bekerja dengan kesungguhan hati dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Melihat dedikasi mereka setiap hari, saya sungguh merasa tersentuh. Semoga dunia tempat tinggal kita ini bisa menjadi Tanah Suci karena setiap orang  telah berjalan di jalan yang benar.

Semoga setiap orang bisa menghemat energi dan mengurangi emisi karbon agar bisa menciptakan Tanah Suci di dunia. Baiklah, singkat kata, Tanah Suci ada di sekitar kita. Bukankah kita pernah menggalakkan kegiatan bertajuk “Menciptakan Tanah Suci di Dunia”? Kegiatan yang kita adakan pada tahun 1991 lalu bukan bersifat sementara, melainkan bersifat jangka panjang. Inilah yang harus terus kita sosialisasikan. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus mempelajari sejarah Tzu Chi.

Dalam melakukan setiap pekerjaan, kita telah melangkah dengan mantap dan stabil serta telah membentangkan jalan cinta kasih. Karenanya, kita harus melihat kembali bagaimana awal mula membentangkan jalan. Tujuan menyucikan batin manusia, adalah menciptakan Tanah Suci di dunia. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 
 

Artikel Terkait

Menjadi Orang Miskin Yang Paling Kaya

Menjadi Orang Miskin Yang Paling Kaya

20 Mei 2011
Sebuah kata “bersyukur” memang terlihat sangat mudah untuk disebutkan, tetapi agak sulit untuk dilakukan bagi sebagian orang saat ini. Tema ini diusung kembali untuk mengingatkan kita semua dan anak–anak agar senantiasa bersyukur
Belajar Menghargai Pendapat Orang Lain

Belajar Menghargai Pendapat Orang Lain

24 Februari 2014 Jika ingin dihormati teman kita, maka kita harus menghormati teman terlebih dahulu. Jika ingin pendapat kita dihargai orang lain, maka kita terlebih dahulu menghargai pendapat orang lain.
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

23 April 2018
Anne Djasa, Dewi Janti, dan beberapa temannya memborong berbagai kebutuhan pokok di Pekan Amal Tzu Chi. Bukan untuk keperluan pribadi, bahan-bahan pokok yang dibeli itu mereka salurkan ke panti jompo. Bagaikan peribahasa sekali mendayung dua tiga tiga pulau terlampaui. Dalam satu kali berbuat kebaikan, mereka sekaligus memberikan manfaat ke banyak tempat.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -