Suara Kasih: Meringankan Penderitaan Sesama

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menghimpun Cinta Kasih untuk Meringankan Penderitaan Sesama

 

Tiga racun batin memicu terjadinya bencana
Wabah penyakit mulai menyebar
Perbuatan buruk tidak dilihat besar ataupun kecilnya
Semua akan membuahkan penderitaan

Setiap hari kita melihat kondisi di seluruh dunia. Kita dapat melihat bencana gempa bumi di Haiti telah berlalu lebih dari setahun, namun kondisi di sana masih belum pulih. Banyak warga setempat yang masih tidak memiliki tempat tinggal. Bahkan, ada warga yang hidup lebih menderita dibandingkan dengan saat baru dilanda bencana. Tadi pagi saya melihat siaran berita Da Ai TV yang melaporkan tentang wabah penyakit kolera di Haiti. Saya sungguh mengkhawatirkan mereka, entah kapan penderitaan di Haiti baru akan berakhir, saya sungguh khawatir melihatnya.

Selain itu, hujan deras mengakibatkan bencana banjir di wilayah utara dan selatan Thailand. Hal ini juga sangat mengkhawatirkan. Beberapa hari lalu, insan Tzu Chi baru menyalurkan bantuan ke Thailand Selatan. Dalam waktu kurang dari setengah bulan, bencana kembali melanda. Saya sungguh mengkhawatirkan para korban bencana banjir. Entah apakah ada tempat bagi mereka untuk berteduh. Kita juga dapat melihat ledakan yang mengguncang sebuah gudang di Rusia yang di dalamnya tersimpan 10.000 ton amunisi. Akibatnya, warga yang tinggal di sekitarnya segera dievakuasi. Bila dunia berada dalam kondisi damai, apakah amunisi masih diperlukan? Ini karena manusia saling menyerang dan bertikai.

 

Bencana ini timbul akibat ulah manusia. Bila kita tidak memiliki ketamakan dan senantiasa menunaikan kewajiban, maka tidak akan ada bahaya yang mengancam. Kini senjata yang diciptakan semakin mematikan. Bumi ini terus terancam bahaya besar, bukankah ini semua akibat perbuatan manusia? Saat bencana terjadi, belum tentu yang terluka adalah musuh, mungkin saja diri sendiri. Lagi pula, siapa musuh kita di dunia ini? Kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Bukankah kita adalah satu keluarga?

Krisis terbesar yang kita hadapi sekarang adalah masalah pencemaran lingkungan. Belakangan ini, makanan juga bermasalah. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Tadi kalian sudah melihat dampak dari makanan yang tidak sehat. Cara yang paling sehat adalah membawa air minum yang dimasak sendiri di rumah. Inilah cara yang paling sehat, makanan tidak datang dengan mudah, lebih baik kita mengonsumsi tanaman lokal daripada mengonsumsi makanan impor yang mungkin telah terkontaminasi. Hal ini sungguh menakutkan. Kini wabah penyakit akibat bakteri E.coli telah mulai menyebar. Bila terinfeksi, maka tidak ada obat yang bisa mengobatinya. Karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih makanan. Suhu udara yang tinggi bisa membunuh bakteri E.coli. Jadi, asalkan dimasak hingga matang, maka bakterinya akan mati dan makanan akan aman untuk dikonsumsi. Di Jepang, ada orang yang terinfeksi bakteri E. coli karena mengonsumsi daging sapi mentah, di antaranya ada yang meninggal. Penyakit berasal dari makanan yang kita konsumsi, karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih makanan. Kita hendaknya bervegetarian, kita harus meningkatkan kewaspadaan.

Setelah Jepang diguncang gempa bumi pada tanggal 11 Maret lalu yang disusul dengan bencana nuklir, banyak warga dari negara lain segera meninggalkan Jepang. Pada saat yang sama, insan Tzu Chi justru masuk ke lokasi bencana untuk menyediakan makanan hangat, membagikan selimut dan syal yang hangat. Mereka juga menyurvei lokasi bencana berulang kali untuk mengumpulkan informasi meski gempa susulan terus terjadi. Suatu kali, saat mereka sedang mengadakan rapat dengan walikota daerah setempat mengenai cara penyaluran bantuan, tiba-tiba saja terjadi gempa susulan berkekuatan 6,5 skala Richter. Saat sedang rapat, saya menerima kabar tersebut. Saya segera menelepon mereka untuk menanyakan keberadaan mereka. Mereka menjawab, "Kami sudah lari keluar." Saya bertanya, "Apa kalian selamat?" Mereka pun menjawab, "Kami selamat." Mereka berkata bahwa mereka melanjutkan diskusi dengan walikota di luar gedung karena di dalam gedung tidak aman.

Hal ini pernah terjadi. Belakangan ini, mereka telah selesai melakukan pendataan. Selama jangka waktu yang panjang ini, kita terus menggalang dana untuk Jepang. Kini kita akan membagikan bantuan dana tunai kepada para korban bencana. Tanggal 7 Juni, tim bantuan dari Taiwan yang berjumlah 50 orang bergabung dengan insan Tzu Chi Jepang berangkat ke lokasi bencana untuk melakukan penyaluran bantuan yang pertama.

Insan Tzu Chi Taiwan sangat bersungguh hati dalam memilih kertas dan mendesain kemasan dalam memilih kertas dan mendesain kemasan agar saat korban bencana menerimanya, tak peduli berapa pun isinya, mereka akan merasa dihormati.

Selain itu, kita juga memberikan dokumentasi tentang bencana di Jepang kali ini agar mereka tidak segera melupakannya dan dapat memetik hikmahnya. Kita berharap mereka dapat mengetahui dengan jelas tentang wilayah mana yang diguncang gempa, bagaimana gempa bisa terjadi, dan kapan tsunami terjadi. Kita membuatnya menjadi hadiah yang indah agar mereka dapat menyimpannya sebagai kenangan dan tidak melupakan bahwa Jepang pernah dilanda oleh bencana besar.

Paket ini bertujuan agar para warga Jepang beserta generasi penerus mereka dapat senantiasa mengingatkan diri sendiri. Selain itu, kita juga ingin memberi tahu mereka bagaimana insan Tzu Chi di seluruh dunia berdoa dan menggalang dana bagi mereka. Bahkan orang yang kurang mampu pun mendonasikan satu-satunya koin yang dimilikinya. Kita berharap mereka dapat memahami betapa banyak orang di dunia yang turut bersumbangsih dengan penuh cinta kasih untuk mereka. Meski dilanda bencana, namun mereka tidak sendirian karena ada banyak orang yang mengasihi mereka. Ini semua tercakup dalam paket yang indah yang kita kemas dengan penuh hormat bersama dengan bantuan dana tunai agar mereka senantiasa mengingatnya.

Singkat kata, cinta kasih universal yang tak terhingga menginspirasi kita untuk bersumbangsih bagi para korban bencana. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi yang telah berkontribusi bagi warga Jepang. Semoga mereka dapat memahami bahwa segala bencana yang terjadi adalah buah karma masa lampau. Perbuatan buruk yang besar maupun kecil akan membawa buah penderitaan, karena itu kita harus meningkatkan kewaspadaan. Sumbangsih kalian yang penuh cinta kasih kini akan mulai disalurkan kepada mereka. Baiklah, setiap hari saya berterima kasih kepada kalian. Saya mendoakan kalian agar lebih bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 

Artikel Terkait

Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

12 Oktober 2023

Program Bebenah Kampung kerja sama antara Tzu Chi Indonesia dengan Pemprov DKI Jakarta di Palmerah, Jakarta Barat dimulai hari ini (12/10/2023). Kegiatan diawali dengan pembongkaran 2 rumah yang akan dibangun.

Kontribusi Keluarga Besar Tzu Chi Hospital untuk Diri dan Bumi

Kontribusi Keluarga Besar Tzu Chi Hospital untuk Diri dan Bumi

22 Agustus 2022

Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge Road to Healty Living with Plant Based Meal sudah selesai dilaksanakan. Melalui program ini, sebanyak 179 peserta melakukan aksi vegetarisme dengan mengonsumsi makanan vegetaris selama 21 hari.

Menebar Cinta Kasih Dengan Kunjungan kasih

Menebar Cinta Kasih Dengan Kunjungan kasih

25 September 2017

Relawan Tzu Chi mengunjungi Panti Asuhan Bhakti Mitra Utama dan penerima bantuan lainnya pada Selasa, 19 September 2017. Kunjungan kasih ini bertujuan agar para penghuni panti dapat merasakan kehangatan perhatian dari satu keluarga.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -