Suara Kasih: Pementasan Sutra di Lembaga Pemasyarakatan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Pementasan Adaptasi Sutra di Lembaga Pemasyarakatan

Para narapidana membawakan pementasan adaptasi Sutra di lapas
Melenyapkan ketersesatan dan menyucikan batin
Menghimpun kekuatan untuk segera memberikan bantuan
Memberi penghiburan dan pendampingan agar para korban tidak kesepian

Pementasan adaptasi sutra di sebuah lembaga pemasyarakatan di Pingdong terlihat sangat khidmat dan sakral. Para narapidana yang membawakan pementasan itu. Siapa yang membimbing mereka menyelami sutra? Insan Tzu Chi.

Sejak tahun 2011 lalu, insan Tzu Chi sudah mulai mencurahkan perhatian bagi sebuah lapas di Pingdong. Insan Tzu Chi juga menggelar kegiatan bedah buku di sana. Satu hari dalam seminggu, insan Tzu Chi pergi ke lapas tersebut untuk memimpin kegiatan bedah buku. Kegiatan ini bertujuan agar para narapidana bisa menyelami sutra dan memahami akibat sebersit niat yang penuh ketamakan, kebencian, dan kebodohan, mereka bisa melakukan kesalahan dan terjerumus ke dalam penjara dan kehilangan kebebasan. Selain di penjara dan kehilangan kebebasan, sesungguhnya di antara mereka ada yang memiliki kebencian dalam hati. Mereka menyalahkan masyarakat, keluarga, dan masih banyak lagi. Meski fisik mereka berada dalam penjara, tetapi hati mereka tetap tidak berubah. Kita sering mendengar berita di masyarakat tentang narapidana yang tak lama setelah keluar dari penjara kembali ditangkap karena kembali melakukan tindakan kriminal. Karena itu, kita harus membersihkan kotoran batin mereka menggunakan dharma yang bagaikan air. Hanya ajaran Buddha yang bisa menyucikan hati.

Sejak pertengahan bulan Juli lalu, para narapidana mulai menyelami Sutra dan mempelajari isyarat tangan. Selain melantunkan sutra, mereka juga memperagakan isyarat tangan dengan mendalam. Tanggal 8 November 2012 kemarin, mereka mementaskan pertunjukan adaptasi sutra di atas panggung. Hari itu, demi mengikuti pementasan adaptasi Sutra, peserta di atas dan di bawah panggung, semuanya bervegetarian satu hari. Para partisipan membawakan pementasan dengan sangat rapi dan penuh energi di atas panggung.

Setiap orang bisa diajar karena pada dasarnya manusia memiliki sifat hakiki yang bajik. Saya bersyukur bisa kembali memulai hidup baru. “Saya lebih berterima kasih kepada Kakek Guru yang telah mengajari setiap muridnya dengan baik sehingga kami semua bisa belajar bagaimana memulai hidup baru. Itu semua bermula dari hati yang penuh syukur. Saya rasa setelah keluar dari penjara, saya ingin mengikuti Master untuk bersumbangsih dan menolong lebih banyak orang yang membutuhkan,” ujar salah seorang narapidana di Lapas.

Jadi, asalkan kita memiliki cinta kasih, kesabaran, ketelitian, dan kesungguhan hati dalam membimbing para narapidana, kita akan bisa membawa mereka keluar dari “penjara batin” dan membersihkan batin yang tercemar sehingga mereka bisa memulai hidup baru. Jika demikian, bukankah kelak mereka akan menjadi orang yang berguna dalam masyarakat? Intinya, pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat hakiki yang bajik.  Jika manusia memiliki hati yang bajik, maka di mana pun terjadi bencana, mereka akan pergi ke sana untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain.

Lihatlah, sekelompok insan Tzu Chi yang berada di New York, New Jersey, dan Long Island. Selama beberapa hari ini, saya terus mengadakan rapat dengan mereka melalui konferensi video dan saya memahami bahwa akibat padamnya aliran listrik, mereka belum bisa memperoleh daftar nama keluarga yang membutuhkan bantuan. Saya menyarankan kalian untuk mencatat manual. Kalian bisa langsung mengunjungi dan mendata nama mereka satu per satu secara manual. Setelah bantuan diserahkan, kita baru meminta mereka untuk tanda tangan. Bukankah dahulu kita juga mencatat secara manual? Seiring berjalannya waktu, kita pun menggunakan computer sehingga semua pekerjaan mengandalkan komputer. Saat terjadi pemadaman listrik, aktivitas pemerintahan pun menjadi lumpuh total. Kita harus mengandalkan manusia karena kemampuan manusia melampaui komputer. “Coba kalian buat semacam formulir untuk mereka tanda tangani. Data apa saja yang perlu diisi dalam formulir bisa kalian diskusikan bersama. Coba kalian buat dulu konsepnya. Untuk sementara gunakan cara manual. Kita harus segera menyalurkan bantuan,” ucap Master Cheng Yen dalam konferensi Video dengan insan Tzu Chi di New York.

Saat ini, yang paling dibutuhkan para warga adalah penghiburan batin dan barang kebutuhan sehari-hari. Setelah mengadakan rapat lewat konferensi video kemarin, mereka pun mulai mendata secara manual.  Insan Tzu Chi yang tidak terkena bencana juga segera turut membantu di lokasi bencana. Beberapa di antara mereka menempuh perjalanan dari Los Angeles ke New York. Berhubung terjadi badai salju, penerbangan mereka dialihkan ke tempat lain dan ditunda selama 24 jam. Setelah badai salju mulai reda, penerbangan baru dilanjutkan. Setibanya di New York, mereka langsung bergegas untuk turut menyurvei lokasi bencana. Mereka menyurvei tiga lokasi bencana kemarin.

Dalam perjalanan pulang ke Kantor Tzu Chi Cabang New York, mereka terus mengadakan konferensi video dengan saya demi melaporkan kondisi yang mereka lihat. Mereka berkata kondisi di sana sangat memprihatinkan. Beberapa rumah roboh dan ada pula rumah yang tak memiliki penghangat ruangan di tengah kondisi yang dingin.

Insan Tzu Chi berharap mereka bisa memberikan barang bantuan demi menjaga kehangatan para warga. Selain menyurvei lokasi bencana di New York, insan Tzu Chi juga memikirkan bagaimana cara menyalurkan bantuan dari Taiwan ke beberapa wilayah di Amerika Serikat. Mereka harus mengirimkan dan menyalurkan bantuan itu ke tempat yang membutuhkan seperti New York, Long Island, dan New Jersey. Merekalah yang bertanggung jawab untuk menyalurkan barang-barang itu. Dalam menyalurkan bantuan ini,  dibutuhkan banyak tenaga manusia. Terlebih lagi beberapa hari ini kondisi cuaca sangat dingin. Inilah semangat Bodhisatwa dunia. Di mana pun bencana terjadi, mereka segera bersumbangsih di sana.

Kita juga melihat berita tentang Malaysia. Salah satu tempat  di sana dilanda bencana angin dan  tempat lainnya dilanda banjir. Insan Tzu Chi setempat pun segera menyalurkan bantuan. Di sebuah sekolah, insan Tzu Chi beserta guru dan murid melakukan pembersihan lingkungan sekolah agar anak-anak bisa segera kembali bersekolah. Setelah melakukan pembersihan, tanpa istirahat,insan Tzu Chi setempat kembali menyurvei lokasi bencana dan mendata para warga agar bisa segera menyalurkan bantuan. Mereka bahkan melakukannya hingga tengah malam. Demikianlah dunia Bodhisatwa. Setiap orang bisa melakukannya. Asalkan kita bisa membangkitkan tekad untuk memberi manfaat bagi orang lain, maka dunia ini akan menjadi Tanah Suci. Jika kita menggunakan kemampuan kita untuk mencelakai orang lain, maka itu akan mendatangkan penderitaan bagi diri sendiri serta orang lain. Batin yang tak tenang bagaikan berada di “penjara batin” dan mengalami penderitaan yang tak terhingga. Saat menolong orang lain, kita mungkin merasa lelah, namun  hati kita harus senantiasa bersukacita dan damai.

Saat ini, selain insan Tzu Chi yang bersumbangsih di Amerika Serikat, berbagai organisasi di bawah FEMA juga turut membantu. Saya berharap insan Tzu Chi dan FEMA bisa bekerja sama untuk melakukan proses pemulihan, dll. Setiap hari, saya mendengar kisah yang sangat menyentuh. Baiklah, singkat kata, asalkan bersedia bersumbangsih, kita tidak akan sendirian. Orang-orang akan menghimpun kekuatan untuk turut bersumbangsih asalkan kita senantiasa bersungguh hati. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Berbagi dalam Semangat Cinta Kasih

Berbagi dalam Semangat Cinta Kasih

03 Juli 2018
Para relawan Tzu Chi Sinar Mas di Xie Li Downstream Lampung berbagi cinta kasih untuk anak-anak yatim di Rumah Yatim Al-Amanah Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, Kamis, 31 Mei 2018.
Suara Kasih : Berpuas Diri

Suara Kasih : Berpuas Diri

06 Juni 2011
Lihatlah bencana yang melanda Amerika Serikat. Janganlah kita berpikir bahwa kekuatan manusia melebihi kekuatan alam. Sesungguhnya, akibat karma buruk manusia yang terus terakumulasi, negara yang makmur dan kuat sekalipun tidak dapat terhindar dari kekuatan alam.
Pentingnya Relawan Pendamping (bagian 2)

Pentingnya Relawan Pendamping (bagian 2)

24 Agustus 2012 Lulu Shijie mengatakan bahwa  misi amal yang pertama kali di jalankan di Indonesia tahun 1993 sampai sekarang sudah semakin baik. Mulai dari dokumentasi sampai pada pendampingan relawan serta kunjungan kasih yang diadakan di semua wilayah membuktikan bahwa kinerja relawan yang semakin baik dan penuh perhatian terhadap Gan En Hu.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -