Suara Kasih : Teladan dan Karma Baik

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menjadi Teladan demi Terciptanya Karma Baik
 

Jalan Bodhisatwa Tzu Chi dimulai dari masa-masa sulit
Terus menyebarkan benih cinta kasih
Menjadi teladan demi terciptanya karma baik
Sungguh-sungguh menyelami makna ajaran Buddha

 

“Saat membangun Rumah Sakit Tzu Chi di Hualien, kami harus menunjukkan lokasi proyek kepada para donatur, namun sangat sulit untuk mendapatkan tiket kereta api. Master Cheng Yen dan beberapa biksuni datang ke kantor saya untuk memberi dukungan kepada saya. Karena itu, saya berikrar untuk berusaha sekuat tenaga membantu biksuni yang luar biasa ini,” kata Tuan Chen.

Saat itu Tuan Chen menjabat sebagai kepala stasiun kereta api. Berkat bantuannya, stasiun ini mengoperasikan kereta tambahan untuk Tzu Chi sehingga kita dapat mengajak lebih banyak orang ke Hualien. Jika orang-orang tidak datang ke Hualien untuk melihat proyek kita, mereka tidak akan mengerti mengapa kita harus berkontribusi. Jadi, untuk lebih memahami segala kegiatan Tzu Chi, banyak orang yang berkunjung ke Hualien untuk melihat apakah kegiatan kita berjalan seperti yang kita katakan.

Inilah yang diusahakan semua insan Tzu Chi. Untuk itu, kita memerlukan sarana transportasi guna mengangkut orang ke Hualien. Hal ini telah lama berlalu, yakni pada masa awal Tzu Chi didirikan.  Tzu Chi sudah berjalan selama 45 tahun. Pada bulan 3 Imlek nanti, Tzu Chi akan berulang tahun yang ke-45. Kalian pasti tahu bahwa saat pertama kali didirikan, Tzu Chi disebut “Ke Nan Tzu Chi Association”. Saat itu sebanyak 30 orang ibu rumah tangga menyisihkan uang 50 sen setiap hari dan menghimpunnya untuk menolong orang lain.

Memberikan bantuan bulanan pada saat itu merupakan tantangan yang besar bagi kita. Saat Tzu Chi berulang tahun yang ke-3 yaitu pada tahun 1969, kita mulai menyalurkan bantuan musim dingin dengan memberikan selimut dan pakaian baru. Pakaian baru yang kita berikan kepada anak-anak setiap tahun berupa seragam sekolah. Kita memberikan seragam sekolah dengan kualitas baik kepada para siswa.

Ada orang berkata kepada saya, “Master, kita sudah kekurangan dana, tetapi Anda masih membeli seragam yang mahal.” Saya pun menjawab,  “Janganlah kita menganggap para penerima bantuan sebagai orang miskin. Kita harus menganggap para lansia bagai orang tua kita dan anak-anak bagai anak kandung kita. Mereka adalah keluarga kita.  Jika ingin memberi, berikanlah yang juga kita sukai dan inginkan. Kita harus memilih yang berkualitas baik.” Hal ini telah kita terapkan hingga kini.

Tahun ini, kita mengadakan penyaluran bantuan musim dingin di 23 kabupaten di 7 provinsi di Tiongkok. Barang bantuan yang kita berikan semuanya berkualitas baik. Relawan Walter Huang bertanggung jawab dalam pengadaan barang bantuan. Ia yang memastikan kualitas kain yang kita beli dan apakah pakaiannya nyaman dipakai. Untuk selimut, kita juga memilih bahan yang berkualitas baik. Beginilah proses pengadaan barang bantuan. Beras yang kita bagikan juga merupakan beras baru.

Saya selalu berkata untuk tidak membagikan beras lama, karena kalori yang terkandung pada beras baru lebih tinggi dan orang-orang yang hidup dalam kondisi minim memerlukan gizi. Kini, setiap tahun Tuan Chen, pemilik perusahaan beras di Taiwan, akan berangkat ke Tiongkok bersama kita untuk membantu memilih beras. Ia sangat bersungguh hati. Barang bantuan yang kita berikan harus berkualitas baik dan membawa manfaat bagi kesehatan mereka.

Pada penyaluran bantuan musim dingin kali ini, saya sangat berterima kasih kepada Perusahaan Makanan Master Kong yang telah menyediakan minyak masak dan bahan makanan lain seperti biskuit dan sebagainya. Dalam menolong warga kurang mampu maupun korban bencana, kita harus memberikan barang berkualitas baik. Kita harus menempatkan diri di posisi mereka. Inilah yang sering saya katakan kepada para relawan. Kita harus menghadapi setiap orang dengan tulus dan jujur. Kita harus sungguh-sungguh memerhatikan orang-orang yang menderita dan bersumbangsih dengan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus.

Saya sering berkata bahwa kita harus mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Kita semua harus menjadi Bodhisatwa dunia. Untuk itu, kita harus memiliki hati Bodhisatwa. Kita memiliki hakikat yang sama dengan Buddha. Hanya saja Buddha telah tercerahkan dan mampu melihat segala kebenaran, sedangkan pikiran kita masih tertutup oleh kegelapan batin.

Dari mana kegelapan batin berasal? Berasal dari ketamakan. Ketamakan masyarakat kini semakin lama semakin besar. Mereka terus mengejar kenikmatan hidup dan makanan yang lezat. Untuk itu, mereka pergi ke restoran atau menjamu tamu. Mereka akan memesan banyak makanan, namun hanya menghabiskan sepertiganya dan membuang sisanya. Sungguh boros. Orang-orang zaman dahulu tidak demikian. Sebutir nasi pun tak boleh dibuang. Sikap membuang-buang makanan adalah tindakan yang pemborosan.

Pada awal bulan Januari 2010, Brasil dilanda bencana banjir di beberapa wilayah. Saya sungguh khawatir melihatnya. Pascabencana, insan Tzu Chi segera bergerak untuk menghibur dan membantu para korban. Namun, kini beberapa wilayah Brasil menjadi sangat kering. Wilayah Brasil sangatlah luas. Selain hutan, awalnya mereka memiliki lahan yang cukup untuk bercocok tanam demi menopang hidup. Namun, kini seluruh pohon di hutan telah habis ditebang sehingga tanah tak dapat lagi menyerap air. Akibatnya, terjadilah krisis air dan mereka kesulitan untuk bercocok tanam. Inilah akibat dari ketamakan manusia. Ketamakan manusia mengakibatkan mereka tidak memahami cara melestarikan lingkungan. Bencana yang terjadi merupakan akibat dari karma buruk kolektif semua makhluk.

Kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus. Demi masa depan yang lebih baik, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia dan menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari dengan mawas diri dan tulus. Janganlah kita saling membohongi ataupun saling bertikai. Janganlah demikian. Kita harus saling mengasihi, bersyukur, dan menghormati.

Ada orang berkata, “Master, jika setiap orang di dunia menciptakan karma buruk, apa yang harus kita lakukan?” Saya menjawab, “Kita harus menjadi teladan bagi orang lain agar mereka dapat melihat warga Taiwan dan insan Tzu Chi senantiasa bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan demikian, mereka akan menyadari pentingnya melestarikan lingkungan.” Meski seluruh negara di dunia tengah  mengimbau orang untuk melestarikan lingkungan, namun banyak orang hanya bicara dan tidak benar-benar melakukannya. Di Taiwan, insan Tzu Chi telah melakukan daur ulang selama 20 tahun. Karena itu, kini kita dapat melihat banyak orang dari luar negeri yang datang ke Taiwan untuk belajar dari Tzu Chi. Jadi, kita harus tahu bahwa kita telah melakukan hal yang benar. Karena telah berada di jalan yang benar, kita harus terus melangkah maju dengan mantap. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Bantuan untuk Pelayanan Kesehatan

Bantuan untuk Pelayanan Kesehatan

23 September 2021

Tzu Chi Medan memberikan bantuan 150 tempat tidur untuk RSUD dr. Pirngadi Medan. Bantuan ini disambut baik oleh pihak RSUD dr. Pirngadi Medan yang diterima langsung oleh dr. Suryadi Panjaitan selaku direktur pada Kamis, 9 September 2021.

Lima Kebajikan untuk Bumi Setiap Hari

Lima Kebajikan untuk Bumi Setiap Hari

19 September 2016

Tzu Ching Universitas Prima Indonesia Medan kembali melakukan kegiatan WAVES dengan tema Give Me Five (berikan lima kebajikan untuk bumi). Kegiatan yang digelar pada Minggu, 28 Agustus 2016 ini berlangsung meriah dan dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai universitas dan perguruan tinggi di Medan.

Pelayanan Kesehatan di Kelurahan 13 Ilir

Pelayanan Kesehatan di Kelurahan 13 Ilir

09 Mei 2016

Tzu Chi Palembang mengadakan baksos degeneratif untuk warga Kelurahan 13 Ilir, Palembang. Sebanyak 315 pasien mendapatkan pelayanan dari tim medis Tzu Chi. Selain pemeriksaan kesehatan juga ada penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan, sehingga masyarakat tidak menganggap ringan suatu penyakit.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -