Suara Kasih : Tiga Bentuk Dana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
Judul asli: 
Menjalankan Tiga Bentuk Dana

Noda batin yang terakumulasi bermula dari pikiran
Kita harus bertobat atas segala kesalahan kecil
Menggarap ladang batin warga Myanmar
Berdana dan menuai berkah

Empat unsur alam sedang berjalan tak selaras. Karena itu, hidup di bumi ini meningkatkan kewaspadaan saja tidaklah cukup. Kita juga harus giat melatih diri. Bagaimana cara kita memulainya? Kita harus fokus dan pantang mundur. Fokus berarti menjaga batin agar tetap murni tanpa noda. Karena adanya noda batin, kita menjadi makhluk awam.

Sejak masa tanpa awal, kita terus menciptakan karma buruk akibat ketamakan yang berbeda-beda. Jadi, sejak masa tanpa awal, noda batin yang terakumulasi selama berkalpa-kalpa bermula dari pikiran. Selama berkalpa-kalpa, karma buruk kita terus terakumulasi. Sudah berapa lama kita melakukannya? Tak terhitung. Tak tahu berapa lamanya. Inilah yang disebut masa tanpa awal. Kita sangat sulit untuk menentukan awalnya karena titik awal setiap orang berbeda.

Jadi, noda batin yang terakumulasi bermula dari pikiran. Saat ini, hendaknya kita tak hanya bertobat atas segala perbuatan kita yang dapat dilihat, didengar, maupun dirasakan orang lain. Janganlah kita berkata, “Kalian telah melihat atau mendengar tentang kesalahan saya, jadi saya ingin meminta maaf dan bertobat.” Sesungguhnya, kita juga harus bertobat atas setiap kesalahan kecil. Saat timbul kegelapan batin, kita harus segera mengakuinya dan bertobat.

Dengan demikian, barulah kita dapat senantiasa mengingatkan diri sendiri. Kita juga harus bertobat atas ketamakan yang kita miliki. Ketamakan timbul dari rasa ingin memiliki. Jika nafsu keinginan ini tidak terpenuhi, orang akan merasa tidak bahagia. Ini semua akibat nafsu keinginan telah menjadi kebiasaan. Nafsu keinginan akan ketenaran, kekayaan, dan kekuasaan. Setiap hari saya berkata bahwa konflik antarmanusia berawal ketamakan demi memperoleh kekuasaan, keuntungan, dan ketenaran. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak tenteram dan harmonis.

 

Manusia bertindak bodoh karena tidak memahami hukum sebab akibat. Mengapa manusia tak pernah sadar? Mereka terus hidup di tengah ketersesatan. Inilah hidup yang jauh dari kesadaran dan jauh dari pemahaman hukum karma. Untuk sungguh-sungguh menciptakan berkah, masyarakat harus hidup harmonis. Saat setiap orang hidup tenteram dan damai, barulah masyarakat dapat penuh keharmonisan.

 

Dua hari yang lalu adalah tanggal 2 Mei. Apakah kalian masih ingat pada tanggal 2 Mei 2008 lalu Badai Nargis melanda Myanmar? Bencana ini mendatangkan kerusakan yang parah. Pemerintah setempat mengumumkan bahwa korban jiwa mencapai lebih dari 100.000 jiwa sedangkan korban luka-luka mencapai lebih dari 24 juta orang. Kita dapat membayangkan betapa parahnya kondisi setempat. Namun, pemerintah Myanmar sangat ketat sehingga mereka merahasiakan segala informasi. Pada tanggal 5 Mei, salah satu media dari Amerika Serikat melaporkan kondisi bencana di Myanmar.

Sejak itu, kita mulai memerhatikan dampak dari bencana ini. Myanmar dan Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik. Namun, Myanmar dan Malaysia memiliki hubungan ini. Pada saat itu, pascabencana tsunami yang melanda Sri Lanka pada tahun 2005, kita menggarap proyek pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi dan gedung sekolah bagi para korban bencana. Tanggal 6 Mei 2008 diadakan upacara serah terima gedung sekolah. Setelah acara selesai dan 2 staf Tzu Chi yang menghadiri acara itu dalam perjalanan pulang, tiba-tiba saya teringat bahwa mereka adalah warga Malaysia.

Mereka dapat menggunakan paspor Malaysia untuk masuk ke wilayah Myanmar. Jadi, kedua anak muda tersebut pun berangkat ke Myanmar. Inilah awal jalinan jodoh Myanmar dan Tzu Chi. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi Malaysia yang tak pernah berhenti memerhatikan warga Myanmar selama 3 tahun. Negara Myanmar adalah negara Buddhis aliran Theravada. Selain memberikan bantuan yang mereka perlukan, yaitu benih padi, kita juga membimbing mereka untuk bersumbangsih bagai Bodhisatwa dunia dan mempraktikkan Dharma dalam keseharian. Bila yakin akan ajaran Buddha, kita harus mempraktikkannya dalam keseharian. Semua orang harus membangkitkan niat baik saling memerhatikan, dan bersumbangsih. Warga setempat dapat menerima ajaran ini. Selain memberikan penghiburan, kita juga memberikan bantuan materi dan membabarkan Dharma. Bagaimana cara kita membabarkan Dharma? Melalui Kata Perenungan Jing Si yang singkat dan sangat sederhana.

Mereka semua dapat menerimanya. Selain itu, kita juga memberikan dukungan kepada mereka. Setelah bencana berlalu, semua orang harus segera bangkit kembali. Mereka menanam benih padi yang kita berikan dengan penuh kesungguhan hati dan mendonasikan hasil panennya. “Tahun ini kami sungguh beruntung. Dengan bantuan benih padi dari Tzu Chi, kehidupan kami semakin membaik sehingga kami bisa membayar utang. Saya juga akan giat menggarap ladang agar kehidupan saya semakin membaik. Meski benih padi saya tidak banyak, namun saya tetap ingin mendonasikannya karena saat kami membutuhkan bantuan, Tzu Chi datang untuk membantu kami. Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Saya juga berdoa agar Tzu Chi dapat terus membantu orang yang membutuhkan,” kata salah satu petani di Myanmar.

Inilah jalinan jodoh antara Myanmar dan Tzu Chi yang sangat dalam. Pada Festival Songkran tahun ini, insan Tzu Chi membantu lebih dari 1.000 siswa dengan membagikan sepatu baru kepada mereka sebagai hadiah tahun baru. Insan Tzu Chi membeli sepatu-sepatu tersebut dari sebuah toko sepatu.

Sesungguhnya, toko sepatu tutup pukul 8 malam, namun saat melihat insan Tzu Chi yang masih membahas dan memilih ukuran sepatu anak-anak, pemilik toko merasa sangat tersentuh. Insan Tzu Chi memberinya poster Kata Perenungan Jing Si.

”Saya menjualnya dengan harga paling rendah yang berarti saya juga turut berdana dan beramal bersama kalian. Saya menempel poster Kata Perenungan Jing Si di tempat yang mudah terlihat agar setiap orang yang melihatnya dapat terinspirasi untuk berbuat baik,” kata pemilik toko sepatu.

Untuk menciptakan masyarakat yang baik tidaklah sulit. Asalkan setiap orang paham akan kebajikan dan mencurahkan cinta kasihnya melalui tindakan nyata, maka orang yang kurang mampu pun dapat membantu orang lain dan orang yang mampu akan bertekad untuk senantiasa bersumbangsih. Untuk itu, kita harus membimbing semua orang untuk menapaki jalan ini. Baiklah, singkat kata, setiap orang harus menapaki jalan yang sama, yakni jalan yang penuh kesadaran dan kebenaran. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

BEM FIB Universitas Indonesia Kembali Kunjungi Tzu Chi Center

BEM FIB Universitas Indonesia Kembali Kunjungi Tzu Chi Center

11 Juni 2019

Tim Departemen Pengabdi Masyarakat dan Lingkungan BEM FIB Universitas Indonesia pun kembali berkunjung ke Tzu Chi PIK. Ini merupakan kedatangan mereka yang kedua kalinya. Kedatangan kali ini berbeda dari sebelumnya, sekarang Sphatika mengajak 43 teman-teman komunitas BEM dari berbagai jurusan.

Zhen Shan Mei Day 2023: Mencatat Sejarah, Menjadi Mata dan Telinga Master Cheng Yen

Zhen Shan Mei Day 2023: Mencatat Sejarah, Menjadi Mata dan Telinga Master Cheng Yen

27 November 2023

Zhen Shan Mei Day digelar pada 25-26 November 2023 dengan tema “Mewariskan Jejak Bodhisatwa”. Sebanyak 94 relawan dari seluruh wilayah Indonesia antusias mengikuti kegiatan ini.

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -