Suatu Jalan untuk Ditempuh

Jurnalis : Christine Desyliana ( Relawan He Qi Barat), Fotografer : Christine Desyliana ( Relawan He Qi Barat)

fotoKumuda Shixiong membabarkan Dharma yang bertema “Sulit Untuk Mempelajari Sutra-Sutra Buddha” yang merupakan salah satu kesulitan yang tercantum di buku karangan Master Cheng Yen yang berjudul “20 Kesulitan Dalam Kehidupan”.

Pada era ini musibah kerapkali terjadi seperti bencana alam, perang saudara, wabah penyakit, krisis keuangan, dan meningkatnya tingkat kriminalitas sehingga diperlukan adanya kebijaksanaan dan welas asih pada diri setiap insan manusia agar tetap optimis dalam menghadapi permasalahan yang timbul di dunia ini. Di tahun 2011 ini, Master Cheng Yenmenganjurkan supaya setiap orang berusaha untuk menyucikan hati melalui melatih kebijaksanaan dalam diri dan kemudian berusaha menciptakan masyarakat yang harmonis dan dunia terhindar dari bencana.

 

 

Selain melakukan kebajikan, salah satu upaya lain Tzu Chi dalam membantu para insan Tzu Chi untuk  mengembangkan kebijaksanaannya ialah dengan menyelami ajaran kebenaran hakiki universal (Dharma). Salah satu caranya seperti yang dilakukan relawan He Qi Barat yang secara rutin melaksanakan kegiatan bedah buku setiap 2 minggu sekali pada hari Rabu, pukul 18.30 – 21.00 WIB di Kantor Sekretariat He Qi Barat.

Di kegiatan bedah buku tanggal 12 Oktober 2011 ini, Kumuda Shixiong membabarkan Dharma yang bertema “Sulit Untuk Mempelajari Sutra-Sutra Buddha” yang merupakan salah satu kesulitan yang tercantum di buku karangan Master Cheng Yen yang berjudul “20 Kesulitan Dalam Kehidupan”. Sutra-sutra Buddha yang dimaksudkan di sini adalah Dharma.

Materi awal dari Kumuda Shixiong berkisah mengenai masa sebelum kehadiran Buddha. Pada masa itu banyak kepercayaan yang berkembang, salah satunya adalah kepercayaan untuk berdoa pada batu atau pohon. Selain itu berkembang pula dua paham tentang kehidupan yaitu mengenai manusia yang hidup hanya 1 kali jadi kehidupan harus dinikmati sepuasnya. Paham ini menimbulkan banyak akibat negatif yang terjadi di masa itu dan paham lainnya adalah hidup terus menderita, jadi harus ada jalan untuk menuju akhir sehingga terjadi keekstriman seperti puasa atau tidak makan berhari-hari.  Dapat dikatakan bahwa pada masa tanpa Dharma adalah masa kegelapan.

foto  foto

Keterangan :

  • Kumuda Shixiong membabarkan Dharma yang bertema “Sulit Untuk Mempelajari Sutra-Sutra Buddha” (kiri)
  • Para relawan berkumpul di sore itu untuk mempelajari Dharma guna mengembangkan kebijaksanaan dan welas asih mereka. (kanan)

Lalu peserta diberitahukan terdapat beberapa penyebab seseorang sulit mendengar Dharma yaitu karena memiliki kendala fisik (sakit atau cacat); berada dalam keadaan bencana, kelaparan, dan lain-lain; tidak ada guru yang membabarkan Dharma; berada di negara yang sedang perang; dan tinggal di tempat yang memang tak ada Dharma.

Selain perihal di atas juga dikarenakan pada masa Buddha ajaran disampaikan secara lisan, kemudian dikumpulkan dan disalin setelah mengenal tulisan. Berhubung adanya kendala bahasa dan tafsiran isi sutra, tebalnya noda batin serta karma penghambat, maka sulit untuk mempelajari Dharma.

Dalam bentuk perumpamaan, Buddha bagaikan dokter yang mendiagnosa penyakit dan tahu pasti jenis penyakit. Dharma bagaikan obat penawar sakit yang diberikan seorang dokter ahli untuk membebaskan diri dari penyakit. Sangha bagaikan juru rawat yang dengan cinta kasih memberi kadar obat yang sesuai kebutuhan dan jika seseorang tidak mendapatkan guru yang memuaskan, pelajarilah Dharma lalu laksanakanlah. Karena Dharma adalah pasti (kebenarannya), dan bila dilaksanakan dengan benar, Dharma akan membawa ketenteraman dan kebahagiaan untuk selamanya.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan yang hadir mencatat setiap intisari yang disampaikan oleh Kumuda Shixiong (kiri)
  • Handaya Shixiong, relawan Tzu Chi yang datang ke acara bedah buku mencatat setiap kata-kata penting yang dapat ia pelajari saat di rumah nanti. (kanan)

Tetapi pada era sekarang dimana teknologi dan informasi semakin canggih, seharusnya mencari dan mempelajari Dharma ataupun materi positif tidak lagi menjadi suatu kendala. Misalnya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang merupakan yayasan yang lintas agama, suku, bangsa, ras, negara dan status sosial, menggunakan berbagai media dan menawarkan program-program yang  mengandung unsur kebenaran, kebajikan dan keindahan untuk masyarakat umum dan para relawan Tzu Chi dengan menonton DAAI TV; mem-browsing Website Tzu Chi; membaca buletin, majalah, buku karangan Master Cheng Yen; mendengar dan menonton CD dan DVD produksi Tzu Chi; ataupun mengikuti kegiatan-kegiatan Tzu Chi.

Apabila seseorang ingin mencoba mengikuti salah satu media ataupun program yang disebut di atas maka banyak keuntungan yang akan diperoleh. Seperti yang diberitahukan oleh Kumuda Shixiong, ada 5 keuntungan dari belajar Dharma, antara lain seseorang dapat mendengarkan hal-hal yang belum pernah didengar sebelumnya, menambah pengertian tentang hal-hal yang sudah didengar sebelumnya, menghilangkan keraguan, meluruskan pandangan, dan batin menjadi tenang.

Bahkan untuk seseorang yang bersungguh-sungguh belajar banyak hal, pasti akan ada yang tertinggal dan terselip dari hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu hal-hal yang indah pada awalnya, pertengahannya, dan pada akhirnya. Semua dipelajari, disimpan dalam pikiran, dipahami melalui diskusi, dipertimbangkan dan diungkapkan oleh pandangan benar. Inilah manfaat belajar Dharma.

Dharma bagaikan pelita kehidupan. Kehidupan tanpa Dharma, bagaikan hidup dalam kebutaan atau kegelapan. Seringkali ada orang memandang yang benar sebagai salah dan yang salah sebagai benar. Akan tetapi , memang mudah berbuat kesalahan tapi sulitlah hidup dengannya (kesalahan). Sulit berbuat kebajikan, tetapi nyamanlah hidup dengannya (kebajikan). Dan materi terakhir dari Kumuda Shixiong adalah sutra (Dharma) itu seperti sebuah jalan menuju pencerahan dan kebijaksanaan. Biarlah seorang yang dapat mendengar, menjawab dengan keyakinan. Para Buddha hanya menunjukkan jalan, diri sendirilah yang harus berjalan.

Keterbatasan Fisik Bukan Halangan
Materi yang dijelaskan oleh Kumuda Shixiong ini mungkin untuk kalangan tertentu agak “dalam”, tetapi jika dilihat dari sudut pikiran universal maka materi ini sangat universal. Dan penulis melihat banyak peserta bedah buku yang berasal dari berbagai latar belakang suku bangsa, agama, ras, keadaan fisik, dan status sosial, selain mendengar juga mencatat intisari dari materi tersebut. Contohnya Handaya Shixiong dan Komariah Shijie. Mereka adalah relawan Tzu Chi yang juga merupakan sepasang suami-istri yang beragama Islam dan mereka berdua memiliki keterbatasan mendengar (penyandang tuna rungu), tetapi tak melihat perbedaan dan keterbatasan tersebut sebagai rintangan untuk mengikuti bedah buku karena mereka masih bisa membaca gerakan bibir Kumuda Shixiong dan menggunakan alat bantu mendengar. Mereka telah melaksanakan salah satu Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Biarpun fisik seseorang kurang sempurna, asal ia memiliki batin yang sehat, ia pun dapat mengembangkan kemampuan intuitifnya seperti orang lain.“

Melihat para peserta bedah buku yang begitu antusias mendengar penjelasan Kumuda Shixiong, seolah berkata bahwa sebenarnya tak sulit untuk mempelajari sutra-sutra Buddha (Dharma) di saat ini. Selama ada pikiran universal dan tekad, maka pasti ada jalan untuk menuju kebijaksanaan. Dan yang terpenting adalah setelah mendengar Dharma dan mencatat intisari dari kegiatan bedah buku, maka diharapkan para peserta mempraktikkan Dharma secara nyata. Seperti salah satu bunyi dari Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Sutra menunjukkan jalan untuk ditempuh; jadi jangan hanya melekat pada sutra tanpa mau mempraktikkannya secara nyata.”

  
 

Artikel Terkait

MTsM Pangkalan Koto Baru Siap Menghadapi UNBK

MTsM Pangkalan Koto Baru Siap Menghadapi UNBK

09 November 2018
Seluruh aset yang ada di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah (MTsM) di Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, habis, setelah musibah kebakaran bulan September lalu. Tzu Chi Padang memberikan bantuan berupa 22 laptop untuk mereka.
Tindakan Sederhana Membawa Kebahagiaan

Tindakan Sederhana Membawa Kebahagiaan

30 September 2015

Relawan Tzu Chi membagikan suvenir kepada para anggota TNI yang bertugas, relawan, dan para orang tua pasien yang sedang menunggu anak-anak mereka menjalani operasi bibir sumbing pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-108 di Krakatau Medika Hospital, Cilegon, Serang, Banten pada tanggal 19 September 2015. Sebanyak 14 pasien anak bibir sumbing, 153 pasien operasi katarak berhasil ditangani.

Cinta Besar Bermula dari Cinta Kecil

Cinta Besar Bermula dari Cinta Kecil

27 Mei 2015
Interaksi manusia satu dengan yang lainnya semakin menjauh meski perkembangan teknologi semakin pesat. Bahkan, ketegangan sering terjadi antara orang tua dengan anaknya. Sikap anak-anak jua semakin tidak peduli terhadap orang tua mereka sendiri.
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -