Tangan Kita yang Menyelamatkan

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
foto

Antusias peserta terlihat sangat besar dalam setiap sesi pelatihan yang diberikan. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki ketertarikan tinggi pada pertunjukan bahasa isyarat tangan (shou yu) Tzu Chi.

“Selama ini saya tidak pernah ngeh sama sampah. Jadi informasi tentang pengelolaan sampah yang diberikan tadi, benar-benar membuka mata saya tentang pentingnya program daur ulang sampah bagi kelangsungan bumi kita ini,” ucap Jalu Satria Alamsyah, Ketua OSIS SMA Negeri 23 Jakarta.

Meskipun sudah sering menjadi buah bibir di beberapa seminar, dan menghiasi sampul muka (headline) beberapa media massa di Indonesia, pada kenyataanya pengetahuan akan dampak buruk sampah dan pengolahannya masih belum dapat tersosialisasikan dengan baik. Bahkan, sejumlah generasi penerus bangsa yang berasal dari lebih kurang 50 sekolah di Jakarta Barat ini, mengaku masih belum ngeh akan pentingnya isu tersebut.

Melalui sebuah Pelatihan Pembinaan Adiwiyata Siswa SMA/SMK Jakarta Barat, yang diadakan pada tanggal 22 – 24 Juni 2009, di aula pertemuan Hotel Naratas, Cisarua, Bogor, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali melakukan road show pelestarian lingkungan. “Kerjasama ini berawal dari pertemuan kami dengan Bapak Budi, dari Suku Dinas Pendidikan Menengah (Sudin Dikmen) Jakarta Barat,” ucap Suriadi, salah satu insan Tzu Chi. Saat itu, pertemuan yang tidak disengaja telah melahirkan jodoh yang baik. Karena mengaku tertarik dengan program daur ulang sampah yang dilakukan oleh Tzu Chi, akhirnya pihak Sudin Pendidikan Menengah Jakarta Barat, mengundang Tzu Chi sebagai narasumber dalam Pelatihan Pembinaan Adiwiyata Siswa SMA/SMK Jakarta Barat, untuk membawakan materi “Daur ulang Limbah Nonorganik.”

Dengan mengangkat tema “Melestarikan lingkungan dimulai dari diri sendiri dan dimulai dari sekarang”, sesi pertama diisi dengan pemaparan fakta mengenai dampak buruk sampah terhadap kelangsungan bumi. Setelah itu, Suriadi yang bertugas menyampaikan materi tersebut juga mengimbau anak-anak agar mereka mulai mengubah kebiasaan konsumtif, yang akan berujung pada produksi sampah, “Dari 5 R (Re-think, Reduce, Re-use, Repair, dan Recycle), hal utama yang harus kita perhatikan adalah Re-Think (memikirkan kembali –red).” Berpikirlah terlebih dahulu sebelum kita membeli sesuatu, tambah Suriadi. “Jangan membeli apa yang kita mau, tetapi beli apa yang kita butuhkan. Tidak hanya itu, untuk mengurangi sampah plastik maupun kertas pembungkus makanan, ada baiknya kita selalu menggunakan tempat makan pribadi. Selain higienis, tentunya juga bisa mengurangi sampah bukan,” jelas Suriadi.

foto  foto

Ket : - Melalui Pelatihan Pembinaan Adiwiyata Siswa SMA/SMK Se-Jakarta Barat, 22 – 24 Juni 2009, Yayasan
           Buddha Tzu Chi Indonesia melakukan sosialisasi pelestarian lingkungan dengan tujuan menumbuhkan
           kesadaran siswa-siswi akan pentingnya menjaga lingkungan. (kiri)
         - Betty Theresia, seorang guru dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi membagikan sharing mengenai kegiatan
           daur ulang yang dilakukan oleh anak-anak di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. (kanan)

Himbauan ini disambut dengan penuh antusias oleh para peserta. Terlebih, ketika sesi kedua dimulai, tidak ada satu anak pun yang memalingkan sejenak mata mereka dari layar proyektor. “Melakukan daur ulang itu ternyata nggak susah,” ucap Jalu. Jalu yang awalnya mengaku tidak ngeh dengan sampah ini, menyadari bahwa hanya tangan kita yang akan menyelamatkan bumi ini. “Ini akan menjadi sebuah program yang sangat baik dan bermanfaat,” tegas Jalu.

Kebiasaan yang dimulai dari diri sendiri, rumah sendiri, yang akhirnya secara tidak langsung akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari, tentunya akan membawa pengaruh positif bagi lingkungan. “Seperti yang dikatakan oleh guru dari Tzu Chi, Betty Theresia, ketika kita terbiasa membuang sampah di tong sampah, maka ketika kita melihat sampah dan membiarkannya, maka akan ada yang terasa ganjal. Oleh sebab itu, habbit daur ulang harus ditanamkan terlebih dahulu,” tegas Jalu.

Tidak sekadar ucapan, diakhir acara Jalu dan beberapa anak-anak lainnya mengungkapkan keinginan mereka kepada Betty untuk belajar daur ulang dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. “Kalau tidak ada halangan, dalam jangka waktu dekat ini, kami dari SMA 23 akan melakukan kunjungan dan studi banding ke Sekolah Cinta Kasih,” jelas Jalu, yang mengaku tidak memiliki waktu lama untuk mewujudkan keinginannya, karena harus menyerahkan jabatan ketua osisnya.

foto  foto

Ket : - Walaupun sudah menjadi isu dunia, informasi tentang sampah dan pengolahannya selalu menjadi topik
           yang menarik dan harus terus mendapatkan perhatian yang serius dari seluruh masyarakat, terutama para
           generasi penerus bangsa. (kiri)
         - Helmi Nelvis dan siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, dengan penuh semangat berbagi keterampilan
           gerakan bahasa isyarat tangan Tzu Chi (shou yu) kepada lebih kurang 85 peserta yang berasal
           dari 50 SMA/SMK di Jakarta Barat. (kanan)

Selain tertarik dengan program daur ulang Tzu Chi, para peserta terlihat sangat antusias ketika siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih memperagakan pertunjukan bahasa isyarat tangan. Beberapa siswi pun turut serta menggerakkan beberapa anggota tubuh mereka. Maka, ketika Helmi Nelvis mengajak peserta untuk belajar gerakan bahasa isyarat tangan, kontan anak-anak langsung riuh menyambutnya dengan tepukan tangan. “Belajar isyarat bahasa tangan sangat menyenangkan. Selain indah, ternyata dengan bahasa isyarat tangan kita juga bisa berbagi kepedulian dengan mereka yang kekurangan (tunarungu -red),” tutur Sheren Surya, salah satu siswi SMAN 19 Jakarta.

Banyak hal yang bisa dilakukan dengan tangan kita. Dalam hitungan detik, kita bisa merusak bumi ini atau bahkan sebaliknya. Dalam hitungan detik pula kita bisa menyelamatkan bumi ini dari kepunahan. “You are what you do, and you are what you think.”

 

Artikel Terkait

Inspirasi Menuju Ketahanan Pangan Keluarga

Inspirasi Menuju Ketahanan Pangan Keluarga

07 Oktober 2019

Bukan hanya relawan yang sudah lama saja loh yang semangat menyambut Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini, di Xie Li Cikarang, Darma Kumara, seorang relawan kembang (relawan yang baru bergabung) juga tengah menyiapkan sumbangsihnya untuk Pekan Amal Tzu Chi 2019.


Internasional : Liputan The Wall Street Journal

Internasional : Liputan The Wall Street Journal

01 April 2010
Pada bagian akhir artikelnya, ditulis pendapat salah seorang relawan Tzu Chi Indonesia Chen Fengling yang mengatakan,”Ini adalah suatu keharusan.” Dan yang menjadi suatu yang patut dipuji yakni sebuah budaya kemanusiaan dari Tzu Chi itu sendiri.
Membina Generasi yang Bertata Krama

Membina Generasi yang Bertata Krama

25 Juli 2017

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan penyambutan tahun ajaran baru Kelas Budi Pekerti 2017-2018. Sebanyak 56 anak Xiao Tai Yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Para orangtua tampak menggandeng buah hatinya untuk mengikuti kelas budi pekerti.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -