Tidak Hanya Sekedar Bekerja

Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Nadya Iva Nurdiani (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)
 
 

foto
Relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas melakukan kunjungan kasih ke rumah pasien penerima bantuan Tzu Chi.

“Hidup ini tidak kekal. Jadi, ketika masyarakat membutuhkan Anda, cepatlah bertindak. Jika Anda masih mampu berjalan hari ini, bergegaslah melangkah.”
Kata Perenungan Master Cheng Yen

 

 

Setiap harinya kita bekerja terus menerus, bahkan tanpa kita sadari banyak di antara kita yang porsi di kantor lebih besar daripada di rumah bersama keluarga. Pekerjaan yang kita tekuni saat ini merupakan pilihan hidup kita, tidak mungkin tidak ada pilihan lainnya hanya kadang kita lupa bahwa itu merupakan pilihan kita sendiri dan menjalaninya dengan rutinitas yang terpaksa. Jika sudah menganggap pekerjaan sebagai rutinitas yang membelenggu kadang kita perlu menelaah kembali apakah ini memang jalan yang diinginkan. Jangan-jangan tempat di mana kita berdiri saat ini merupakan dambaan banyak orang lainnya.

Orang lain bisa saja melihat kita sukses dengan melihat kita bekerja di perusahaan yang besar dan mendapat penghasilan rutin setiap bulannya. Di saat kita sibuk dengan rutinitas itu, ada sebagian orang yang rela meninggalkan kampung halamannya demi mencari sesuap nasi. Sebut saja para tenaga kerja antar daerah atau AKAD yang merantau ke Kalimantan untuk bekerja di perkebunan-perkebunan sawit. Salah satunya adalah pasangan suami istri Maniso asal Purworejo yang pindah dari kampungnya karena ingin membiayai operasi anak semata wayangnya Alvin Yudha Pratama yang menderita hipospadia, yakni suatu kelainan kongenital dimana letak meatus uretra terletak di bagian bawah dekat pangkal penis.

Tidak disangka ternyata jodoh mempertemukan keluarga Alvin dengan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas. Setelah melalui proses penanganan kasus, akhirnya Alvin berhasil dioperasi di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng pada bulan Juli lalu. Sebagai ayah, Maniso begitu lega dengan keberhasilan operasi ini. Sebagai seorang ayah, Maniso terus memikirkan nasib masa depan anaknya, ”Dulu khawatir sekali karena takut Alvin tidak bisa menjalani hidup sebagaimana laki-laki pada umumnya, kini saya lega setelah dia dioperasi dan dapat hidup sebagai laki-laki seutuhnya. Dengan ini saya semakin mantap untuk terus bekerja di sini dan tidak lagi mengkhawatirkan anak laki-laki saya. Terima kasih atas kepedulian yang diberikan perusahaan dan Yayasan Buddha Tzu Chi baik selama saya bekerja di sini maupun selama pengobatan Alvin di Jakarta” tuturnya dengan haru pada saat kunjungan kasih yang dilakukan pada selasa, 4 september 2012 lalu.

Selain kunjungan ke keluarga Alvin, kami juga mengunjungi salah seorang pasien rujukan baksos yang dilakukan pada 14 April 2012 lalu yakni Basran yang mengalami kelumpuhan. Pada waktu dikunjungi dokter dulu, dr. Mahendra menyarankan istri dan keluarganya untuk rutin melakukan pijatan pada kaki Basran untuk merangsang syaraf-syarafnya. Selain pijatan, diberikan juga bantuan kursi roda agar Basran dapat mandiri menjalani aktivitas sehari-hari seperti berjemur di bawah sinar matahari. Basran yang awalnya kehilangan semangat hidup karena kelumpuhannya itu, akhirnya menemukan kembali tujuan hidupnya. Dengan tekun setiap hari beliau melatih tangan dan kakinya hingga akhirnya dia bisa naik ke kursi rodanya secara mandiri tidak dibantu oleh anggota keluarga lainnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Kunjungan kasih ini masih dalam satu rangkaian training misi amal yang dilakukan bagi relawan yang berada di Region Kalimantan Tengah 2, 3, 4 dan 5 di kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah (kiri).
  • Kunjungan kasih yang dilakukan para relawan ini memberikan banyak pelajaran yang berguna, tidak hanya pada diri pasien namun juga para relawan sendiri (kanan).

Ketika kunjungan kasih dilakukan pada senin, 3 september 2012 lalu dengan bangganya dia memperlihatkan kemampuannya naik ke kursi roda dan meluncur di rumahnya kepada para relawan. Untuk mempermudah menaiki kursi rodanya, Basran melakukan beberapa inovasi dengan menambahkan papan untuk pijakan kakinya. Tidak hanya itu, Basran juga menciptakan alat untuk mempermudahnya melakukan aktivitas buang air kecil dengan menggunakan 2 botol bekas yang disambungkan selang. Di Desa Sebabi Kabupaten Seruyan ini masyarakat melakukan aktivitas MCK di pinggir sungai sehingga untuk kondisi seperti Basran tentu sangat sulit untuk melakukannya seperti orang normal lainnya. Setelah berhasil menaiki kursi roda, Basran juga mencoba untuk belajar jalan maka diberikanlah bantuan tongkat penyangga kaki empat. Ketika ditanya oleh relawan apa keinginannya ketika dapat berjalan lagi nanti, dia menjawab ”jalan-jalan keliling kampung bersama istri” dengan tawa yang keras.

Kunjungan kasih yang dilakukan para relawan ini memberikan banyak pelajaran yang berguna, tidak hanya pada diri pasien namun juga para relawan sendiri. Farry Surya Shixiong yang merupakan region controller kalimantan tengah 2 menuturkan, ”kunjungan dalam rangka follow up pasien baksos yang dilakukan di semilar pada april lalu ini, manfaatnya sangat dalam bukan hanya bagi si pasien. Implikasinya kepada diri kita pribadi bahwa dalam hidup ini kita merupakan makhluk sosial tidak selamanya hidup harus memandang ke atas. Masih banyak sesama yang butuh pertolongan dan itu tidak bisa kita lakukan sendiri tapi harus merupakan satu tim. Seperti hari ini ternyata apa yang kita lakukan yang kita anggap sepele ternyata berdampak besar pada hidup seseorang. Seperti Pak Basran yang walau lumpuh ternyata memiliki semangat yang berkobar-kobar. Di tengah sakitnya itu dia melahirkan sebuah ide yang cemerlang. Awalnya saya pikir kursi roda bisa membantu dia menjalani hidup yang lebih baik. Dari kursi roda itu ternyata membuat dia bersemangat lagi dan timbul ide dia tidak perlu kursi roda lagi, itu yang membuat saya terharu. Dia buat satu anakan tangga di kursi roda supaya dia bisa naik tanpa bantuan orang lain. Nah ini pelajaran buat kita yang normal bahwa jangan menyia-nyiakan kesehatan.”

Kunjungan kasih ini masih dalam satu rangkaian training misi amal yang dilakukan bagi relawan yang berada di Region Kalimantan Tengah 2, 3, 4 dan 5 di kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah. Total relawan yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 67 yang terdiri atas region controller, manager, asisten kepala dan asisten perkebunan. Materi yang disampaikan berupa prinsip-prinsip misi amal, proses pengajuan kasus pasien dan beasiswa, tata cara survei dan lain-lain. Selama ini telah begitu banyak pasien yang diajukan namun proses menjadi terhambat karena persyaratannya terkadang ada yang kurang, maka untuk memperbaiki hal tersebut diadakanlah training misi amal.

Selain materi training misi amal, juga disampaikan materi 3 in 1 agar para relawan bisa secara mandiri menjalankan liputan kegiatan misi Tzu Chi di komunitasnya masing-masing. Materi 3 in 1 yang disampaikan berupa prinsip dasar Zhen Shan Mei (Benar, Bajik, Indah) dan poin penting dalam mengambil gambar serta cara membuat dan mengirim naskah liputan. Ternyata cukup banyak relawan yang memiliki minat terhadap fotografi dan menulis.

Rangkaian training ini dilakukan selama seminggu penuh terhitung dari tanggal 3 hingga 7 september 2012. Training dilakukan dengan materi di kelas lalu sharing dan tanya jawab dilanjutkan dengan survey pasien dan kunjungan kasih. Ditekankan pula tentang pentingnya survey bagi kelangsungan pengobatan pasien. Hendra O. Mapasa Shixiong yang merupakan Region Controller Kalimantan Tengah 3, mengatakan ”Pada awalnya kami belum memahami cara menangani pasien dari proses awal hingga pengobatan di Jakarta. Selama ini hanya mendata saja di sekitar kita dan hanya menyerahkan kepada TCSM yang di Jakarta . Dengan training ini kami lebih memahami alur prosesnya dari mengusulkan hingga menjalankan pengobatan dan dirasakan manfaatnya untuk orang-orang di sekitar kita baik pasien maupun siswa-siswa yang kurang mampu. Manfaat yang didapat selaku pribadi banyak yang bisa dipelajari, selama ini hanya menjalani kewajiban kerja saja. Memang selama ini kami diharuskan untuk berinteraksi dengan masyarakat, interaksi yang kami bangun selama ini kami sebagai perusahaan dan masyarakat. Tapi dengan banyaknya program yang kami ikuti dari Tzu Chi seperti baksos kesehatan atau kegiatan lain kami jadi lebih bisa memahami apa yang dirasakan masyarakat dan kami juga menganggap ini sebagai latihan kami, pribadi saya dan kawan-kawan bagaimana kita harus berada di tengah masyarakat bahwa di sinilah ladang kita untuk berbuat kebaikan”. Diharapkan setelah training ini diadakan, cinta kasih bisa terus bergulir di tengah perkebunan sawit Kalimantan Tengah.

  
 

Artikel Terkait

Tak Khawatir Digigit Tikus Lagi

Tak Khawatir Digigit Tikus Lagi

23 Juni 2020

Hari itu menjadi hari istimewa bagi Sri Eti (74) dan keluarga.  Senin, 22 Juni 2020, relawan Tzu Chi berkumpul untuk meresmikan rumah Sri di Cengkareng, Jakarta Barat yang telah direnovasi oleh Tzu Chi. Usai penandatangan surat, relawan menyerahkan kunci rumah kepada Sri. 

Papa Jie, Ajang Melatih Kesabaran

Papa Jie, Ajang Melatih Kesabaran

15 Agustus 2011 Mengikuti Hari Ayah ini bagi lisawati merupakan ajang untuk melatih kesabarannya dan berjanji untuk selalu membahagiakan kedua orang tuanya. Keinginan Lisawati yang belum tercapai adalah mengajak kedua orang tuanya untuk pergi jalan-jalan.
Cinta Kasih Adalah Bahasa Universal

Cinta Kasih Adalah Bahasa Universal

11 Maret 2019

Dua biksuni dari Griya Jing Si, De Qian dan De Chen Shifu, serta beberapa staf Tzu Chi Taiwan berkunjung ke Indonesia. Dalam kesempatan ini, rombongan dari Taiwan berkesempatan berkunjung ke Perumahan Cinta Kasih, Sekolah Cinta Kasih, dan Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -