Tiga Ribu Rumah: Berdana dengan Sukacita

Jurnalis : Erli Tan , Fotografer : Erli Tan


Sabtu, 20 Oktober 2018, relawan komunitas He Qi Utara 1 melakukan penggalangana dana untuk membantu korban gempa di Palu dan Lombok di Pasar Muara Karang, Jakarta Utara.

Sejak penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam pembangunan 3.000 unit rumah untuk masyarakat Lombok (Nusa Tenggara Barat), Palu, Sigi, dan Donggala (Sulawesi Tengah), yang dilaksanakan pada 15 Oktober 2018 lalu, relawan Tzu Chi pun mulai menggalang dana untuk itu.

Sabtu, 20 Oktober 2018, sebanyak 30 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 menggalang dana di Pasar Muara Karang, Jakarta Utara. Sejak jam 7 pagi relawan berkoordinasi dan kemudian terbagi menjadi 10 tim. Ada yang di dalam gedung, sekitar toko, di gang, dan jalanan. Tiap tim memegang kotak dana, sebuah poster, seulas senyum, dan ketulusan.

“Pagi Ce, pagi Ko…”

“Untuk Palu Lombok…!”

“Pagi, Bu.. (Ayo) bantu sesama, yukk...!”

“Dana bangun rumah di Palu dan Lombok!!”

Demikian sahutan-sahutan relawan kepada orang yang lalu-lalang di tengah hiruk-pikuk pasar. Saat ada yang mencemplungkan uang ke dalam kotak dana, mereka pun tetap senyum dan membungkukkan badan seraya mengucapkan, “Gan en. Terima Kasih.”

Saat ada yang hanya lewat dan cuek, bahkan memperlihatkan telapak tangan tanda menolak, relawan juga tetap senyum dan mengucapkan terima kasih.


Yuli Natalia (kedua dari kiri) bersyukur dan turut gembira melihat antusias warga yang menyumbang. Ia juga terharu karena banyak pedagang kecil yang bersedia menyumbangkan uangnya.


Malam di hari yang sama, pukul 18.00 WIB, relawan berjalan kaki dari Tzu Chi Center menuju mal PIK Avenue dan Food Plaza untuk menggalang dana.

Selain pengunjung pasar yang berdana, ada juga pedagang besar maupun pedagang kecil yang ada di pasar tersebut. Salah satunya Pak Sukim. Ia sudah 2 tahun berdagang buah lontar di pasar ini. Ia berdana karena merasakan penderitaan para korban. “Perasaan saya turut sedih melihat banyak korban di Palu dan Lombok,” katanya sambil merenung membayangkan para korban. Ia pun bersyukur karena dirinya ada dalam keadaan aman dan memiliki kesempatan menyumbang. “Bagaimana kalo nasib kita seperti itu, untung aja di sini nggak seperti di Lombok. Mudah-mudahan jangan ada lagi bencana di sana,” harapnya.

“Warga tampak antusias menyumbangkan dana, menyalurkan cinta kasihnya. Yang membuat kami terharu adalah banyak pedagang-pedagang kecil yang juga bersedia menyumbangkan uangnya. Kami juga turut gembira melihatnya,” ujar Yuli Natalia, koordinator kegiatan galang dana yang juga adalah Ketua Komunitas He Qi Utara 1 ini.

Kemurnian Hati, Berempati, dan Sukacita

Usai dari Pasar Muara Karang, hari yang sama pada malamnya pukul 18.00 WIB, relawan lanjut berkumpul di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, untuk kemudian menggalang dana lagi di mall PIK Avenue dan Food Plaza. Dari Tzu Chi Center, sebanyak 66 relawan terbagi menjadi 2 kelompok dan berjalan kaki menuju lokasi masing-masing. Di dua lokasi tersebut relawan juga dibagi lagi menjadi beberapa tim.

Salah satu pengunjung mall yang ikut berdana adalah Maurice Reagan Liauw, ia datang bersama 7 orang teman sekolahnya. Saat melihat ada relawan memegang kotak dana, ia tanpa ragu memasukkan uang yang dirogoh dari sakunya.


Tidak sedikit pengunjung mal yang berdana melalui tangan anak-anaknya. Terhadap anak kecil, relawan juga menunjukkan sikap yang sama, ramah dan tersenyum tulus.


Maurice Reagan Liauw (belakang paling kanan, baju hitam) datang ke mall bersama teman sekolahnya. Ia tidak ragu memasukkan uang ke dalam kotak dana.

“Aku merasa kasihan mereka tidak ada rumah, tidak ada tempat tinggal, soalnya rumah mereka gara-gara gempa jadi tidak ada lagi. Saya mau ikut berdana soalnya mereka tidak ada uang untuk membayar kebutuhan mereka. Harapan aku, mereka bisa kembali hidup normal dan mempunyai rumah-rumah lagi,” tutur Maurice yang saat ini duduk di bangku kelas 7.

Anak-anak memiliki hati yang murni, mereka juga bisa berempati dan merasakan penderitaan orang lain. Di Food Plaza, sangat ramai dengan orang yang makan malam. Aimi, gadis kecil berusia 9 tahun ini juga tiba-tiba menghampiri dan memasukkan uang ke kotak dana. Ternyata Mama Aimi adalah pedagang minuman di sana. Aimi tergerak melihat relawan, lalu meminta uang ke mamanya untuk didonasikan.

“Soalnya aku kasihan dengan orang di sana (Palu dan Lombok),” tutur Aimi. Menurut penuturan mamanya, Aimi memang gemar membantu orang. Di toko mamanya ini Aimi memang terlihat lincah dan mahir saat menyiapkan minuman, menyimpan uang dan memberikan kembalian ke pelanggan.

Setelah memasukkan dana ke kotak, Aimi pun ikut-ikutan relawan berdiri dan beranjali menunggu orang menyumbang. “Soalnya aku senang, aku bahagia. Aku suka bantu orang,” ujarnya. Aimi terlihat senang dan mengagumi sosok relawan Tzu Chi, ia pun meniru relawan saat anjali, senyum, dan membungkukkan badan. Akhirnya Aimi pun berdiri bersama relawan hingga penggalangan dana selesai. Saat ada yang menyumbang, ia turut bersukacita karena peluang para korban tertolong menjadi lebih besar.


Aimi (baju kuning) ikut berdiri bersama relawan dan menggalang dana di Food Plaza. bukan saja senang membantu orang, ia juga senang saat ada orang yang memasukkan uang ke kotak dana.

Malam minggu ini, semuanya merasakan sukacita, baik orang yang mendonasikan uangnya maupun para relawan. Di malam minggu ini, selain pengunjung mal yang datang sekeluarga, relawan Tzu Chi juga sama, membawa anak-anak mereka untuk sama-sama melakukan kebajikan. Anak-anak relawan dari yang masih SD, SMP hingga yang sudah SMA dan kuliah, ada semua. Relawan dari yang pengusaha hingga karyawan, juga ada. Namun semuanya datang dengan satu niat yang sama, menggalang dana demi para korban bencana di Palu dan Lombok.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -