Training Relawan: Menjadi Saksi Cinta Kasih

Jurnalis : Widya (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Anand Yahya
 
 

foto
Salah satu relawan Taiwan yang menjadi trainer pada training kali ini adalah Xie Xiang Yu, yang berbagi kisah kepada relawan Indonesia mengenai “Menjadi Saksi Jejak Cinta Kasih”.

 

“Seberapa banyak cinta kasih yang kita berikan, sebegitu banyak pula cinta kasih yang akan kita terima.” - Kata Perenungan Master Cheng Yen -

 “Semua hal akan terasa bermakna ketika kita rela menjalaninya.” Sharing ini dibawakan oleh Xie Xiang Yu Shijie dengan topik “Menjadi Saksi Jejak Cinta Kasih” yang datang dari Taiwan untuk berbagi pengalamannya kepada relawan Tzu Chi Indonesia dalam Training Relawan Tzu Chi Indonesia pada hari Minggu, 24 Maret 2013 yang diikuti oleh sekitar 470 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Xiang Yi Shijie, sebelum menjalin jodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi, ia melewati hidupnya dengan neneknya berdua tanpa kedua orang tuanya. Baginya, kasih sayang neneklah yang mewakili kasih sayang kedua orangtuanya. Sang nenek juga yang mengajarkannya untuk menjadi insan yang lebih kuat dan tabah sehingga tidak menjadikannya sebagai seorang yang berkeluh kesah pada nasib.

Ia mulai menjalin jodoh dengan Tzu Chi pada saat mengantarkan anaknya ke sekolah dan bertemu dengan salah satu guru anaknya yang ternyata adalah seorang relawan Tzu Chi. Ia mulai sering mendengarkan Dharma Master. Saat mendengarkan Dharma Master, ia terharu dan bertekad untuk segenap hati berjalan di jalan Bodhisatwa, mengikuti jejak langkah Master dan mempraktikkan langkah Master.

foto   foto

Keterangan :

  • Xiang Yi Shijie juga mengajak relawan Tzu Chi Indonesia untuk lebih mendalami struktur 4 in 1 yang terdiri dari He Xin, He Qi, Hu Ai dan Xie Li (kiri).
  • Harapan Xiang Yi Shijie kedepannya, semoga relawan Tzu Chi Indonesia bisa menggalang lebih banyak Bodhisatwa baru untuk membentuk kekuatan cinta kasih di Indonesia (kanan).

Menurutnya, kerukunan organisasi dapat dibina dengan adanya rasa bersyukur, menghormati,cinta kasih dan “San Xin” yakni hati yang memaafkan, sederhana dan mampu menyatukan hati.  

Dalam mengikuti jalan Bodhisatwa di Tzu Chi Taiwan selama belasan tahun dan menjadi bagian Fang Shi Bu atau kunjungan kasih yang bertugas untuk memeriksa dan memastikan setiap orang yang membutuhkan pertolongan Yayasan Buddha Tzu Chi. Sebelum memulai sharing, beliau terlebih dahulu memperlihatkan foto- foto relawan Tzu Chi yang peduli terhadap gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Jepang pada 3 Maret 2011 lalu. Ia pun bercerita, pada saat gempa bumi di Jepang terjadi, relawan Tzu Chi Taiwan segera bergegas mengemas semua keperluan dan obat-obatan yang diperlukan oleh warga Jepang. Sesampainya mereka disana, mereka segera membangun tenda dan memberikan selimut kepada warga setempat. Saat relawan Tzu Chi membagikan selimut, ada seorang nenek yang menangis dan memeluk relawan Tzu Chi. Walaupun tidak mengerti nenek tersebut berkata apa, tetapi relawan Tzu Chi itu dengan hangatnya memberikan bahunya kepada nenek tersebut. Setelah melihat foto tersebut, Xie Xiang Yi Shijie pun menambahkan, “Apakah kalian relawan Tzu Chi siap untuk memberikan bahu kalian kepada yang membutuhkan?” Menurutnya, relawan Tzu Chi harus siap setiap saat dalam memberikan pertolongan, asalkan dengan hati yang tulus dan ikhlas maka semua yang kita perbuat akan terasa bermakna.

Dalam kesempatan ini, Xiang Yi Shijie juga mengajak relawan Tzu Chi Indonesia untuk lebih mendalami struktur 4 in 1 yang terdiri dari He Xin, He Qi, Hu Ai dan Xie Li. Struktur ini dibentuk untuk memudahkan cara kerja Tzu Chi dalam misi amal dan sosial. Xiang Yi Shijie pun mulai berbagi pengalamannya dalam melakukan kunjungan kasih, salah satunya adalah seorang anak muda yang bernama Ye Yang Lun. Ia divonis oleh dokter bahwa umurnya tidak akan melebihi 12 tahun karena penyakit langka yang diidapnya sejak bayi, kakinya mengalami kelainan(bengkak sebelah). Penyakit ini disebabkan oleh pembuluh darahnya yang lebih banyak dibandingkan dengan orang normal. Awalnya, ia sangat membenci mamanya karena telah melahirkannya dengan keadaan yang tidak normal dan tidak ingin semua orang untuk bersimpatik atas dirinya. Setiap kali relawan Tzu Chi datang mengunjunginya, ia selalu mengurung dirinya sendiri di kamar hingga berbulan-bulan. Tetapi melihat kesungguhan relawan Tzu Chi dalam membantunya, ia pun membuka pintunya. Xiang Yi Shijie pun melanjutkan, “Seperti Yang Lun yang memberikan orang lain kesempatan untuk membantunya, sebenarnya sama saja dengan ia sedang memberikan kesempatan kepada dirinya sendiri. Semenjak pintu kamar itu dibuka, ia pun mulai membuka pintu hatinya dan lebih menerima kondisinya secara bersuka cita.” Yang Lun yang kini sudah berusia 21 tahun pun berhasil melewati masa-masa sulitnya karena adanya dukungan dari relawan Tzu Chi dan orang-orang yang disayanginya. Ia juga mengaku ia belajar banyak dari relawan Tzu Chi yang selalu memberi pertolongan tanpa mengharapkan balasan.

Setiap orang dapat menjadi saksi cinta kasih. Master Cheng Yen selalu berpesan kepada kita agar duo yong xin (bersungguh-sungguh) dalam melakukan misi amal dan sosial, sehingga kita dapat menciptakan berkah dan membina akar kebijaksanaan kita. Harapan Xiang Yi Shijie kedepannya, semoga relawan Tzu Chi Indonesia bisa menggalang lebih banyak Bodhisatwa baru untuk membentuk kekuatan cinta kasih di Indonesia.  Semoga Indonesia dengan adanya Yayasan Buddha Tzu Chi dapat merasakan cinta kasih dari insan Tzu Chi.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Membalas Budi Orang Tua dengan Menjadi Orang yang Berkesadaran

Suara Kasih: Membalas Budi Orang Tua dengan Menjadi Orang yang Berkesadaran

29 Mei 2013 Berhubung sudah banyak benih relawan Tzu Chi yang bertunas di Sichuan, maka biarlah mereka yang mengemban tanggung jawab kali ini. Ini karena lima tahun lalu, Sichuan pernah diguncang gempa bumi dahsyat.
Bantuan AirAsia QZ8501: Dukungan Moril

Bantuan AirAsia QZ8501: Dukungan Moril

01 Januari 2015 Pencarian pesawat AirAsia nomor penerbangan QZ 8501 telah membuka titik terang setelah lokasi serpihan dan penumpang ditemukan oleh tim pencari. Hingga Rabu, 31 Desember 2014 tujuh jenazah yang diduga penumpang korban telah ditemukan di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Internasional: Alat Tulis untuk Anak-anak Haiti

Internasional: Alat Tulis untuk Anak-anak Haiti

26 Mei 2010
Persiapan distribusi diwarnai dengan cuaca yang panas dan lembab dengan suhu mencapai 32 derajat Celsius. "Tahun lalu kami mengangkut beras dan tepung jagung," kata relawan Xing Min, "sekarang kami membawa alat tulis, dan cuaca tetap sama panasnya."
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -