Tua Hanyalah Usia, Semangat Tidak Akan Menua
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Melakukan kebajikan untuk diri sendiri dirasakan belum cukup untuk menambah karma baiknya, sampai ia mencari dan menemukan apa yang ia inginkan. Siang yang tak begitu terik itu membawa langkah kaki Tjiu Foeng Tjen yang bertempat tinggal di daerah Jakarta Utara ini menuju salah satu areal perbelanjaan. Bukan untuk melakukan aksi shooping seperti para wanita lain, ia mendatangi tempat ini karena ketertarikannya untuk menjadi relawan Tzu Chi. Sabtu, 4 Februari 2012 lalu bertempat di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, gedung ITC Lt. 6 tengah berlangsung Sosialisasi Calon Relawan Tzu Chi. Berawal dari mendengarkan Dharma, Tjiu Foeng Tjen mencari cara bagaimana untuk mempraktikkannya, hingga akhirnya jodoh mempertemukannya dengan Tzu Chi. “Buat apa cuma dengerin tapi enggak dipraktekkin? Ya percuma,” ujarnya. Keinginannya untuk bergabung ternyata telah terukir sejak lama, sehingga ia pernah melakukan kegiatan baksos pribadi. Selain itu, wanita ini juga tak jarang membantu pasien penderita katarak untuk mengurus segala keperluan operasi. Ia mengaku senang bergabung menjadi relawan, “Karena kita hidup tidak hanya di dunia ini. Jadi kita tidak hanya menabung untuk kehidupan di dunia, tapi juga harus bersiap-siap untuk selanjutnya. Ya dengan tabungan karma baik kita,” tambahnya. Pembinaan orang tualah yang mendasari jiwa sosialnya sekarang ini.
Keterangan :
Semangat yang tak menua Pertanyaan tersebut dijawab dengan begitu bijaksana oleh Erna Shijie, relawan Tzu Chi yang menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut, “Menjadi relawan tidak harus selalu bekerja yang berat-berat. Hanya dengan menggandeng tangan pasien dan mengantarkannya ke ruang dokter itu sudah merupakan pekerjaan relawan. Atau hanya dengan duduk manis memilah sampah juga sudah merupakan kebajikan. Yang penting kita mengerjakannya dengan hati senang.”
Keterangan :
Sama halnya dengan Tjiu Foeng Tjen, Phang Keng Sin juga telah lama memerhatikan Yayasan Tzu Chi. Saat ditanyai mengapa dirinya tertarik menjadi relawan, ia mengaku bahwa Tzu Chi lain dari yayasan kemanusiaan lainnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan pemberian bantuan yang selalu berkesinambungan dan tidak putus hanya sampai orang tersebut mendapatkan bantuan. Dia juga menyatakan perasaan harunya melihat begitu tulusnya insan Tzu Chi dalam melakukan kebaikan dan memberikan bantuan dengan rendah hati. Dalam usianya yang senja, tidak ingin ada waktu yang menjadi sia-sia baginya. Umur boleh tua, namun semangat tidak akan membuatnya menjadi tua. Dengan tekad yang tak kalah dengan para anak-anak muda, Phang Keng Sin menorehkan pena mengisi formulir relawan Tzu Chi. Erna Shijie menambahkan bahwa sosialisasi ini bukan hanya bertujuan untuk mensosialisasikan apa itu Tzu Chi, namun juga membangun hal yang paling mendasar dari diri para calon relawan yaitu niat untuk berbuat baik. Ia juga mempunyai harapan yang singkat namun mempunyai arti yang mendalam. “Hendaknya menjadi relawan bukan hanya merupakan niat yang tertanam di awal, namun juga harus selalu dibawa sampai selamanya.” | |||
Artikel Terkait

Mari Lakukan Bersama-Sama
26 Agustus 2010 Sepenggal bait lagu daerah yang berasal dari Provinsi Maluku tersebut menyemarakkan suasana di lantai dua RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Setiap hari Sabtu, pukul 10.00 WIB ada sebuah kegiatan menarik. Pasien dan relawan berkumpul dan menyanyi bersama.
Sumbangsih Bagi Penjaga Lingkungan
19 Maret 2015 Letkol Arm. Stefie Janeje, Dandim 0502/Jakarta Utara memberikan apresiasi kepada relawan Tzu Chi yang telah berpartisipasi menyediakan makan siang untuk para anggota TNI dan masyarakat yang telah membersihkan Kali Ciliwung.Perhatian Tzu Chi Sinar Mas pada Para Penyandang Tunanetra
12 Mei 2020Tzu Chi Sinar Mas mengulurkan tangan bagi teman-teman tunanetra yang saat ini kesulitan mencari nafkah dampak dari wabah corona. Pada 8 Mei 2020, Tzu Chi Sinar Mas memberikan paket sembako cinta kasih kepada 127 keluarga tunanetra.