Freida dan Mabel membimbing anak-anak dalam belajar membaca jam.
Perbuatan baik harus dilakukan bersama-sama, dengan demikian baru bisa membangkitkan kekuatan untuk saling memotivasi dan menginspirasi. Master Cheng Yen
Pada 13 Juli 2025, relawan dari komunitas He Qi Muara Karang bersama Tzu Ching (relawan muda-mudi Tzu Chi) kembali hadir untuk membimbing anak-anak yang tinggal di Rusun Muara Angke. Sebanyak 27 relawan dari komunitas Muara Karang, Tzu Chi School, Tzu Chi Hospital, DAAi TV, dan Agung Sedayu Group (ASG) turut serta dalam kegiatan ini. Kehadiran para relawan disambut hangat dan penuh sukacita oleh anak-anak rusun.
Selain memperkenalkan Kata Perenungan Master Cheng Yen, anak-anak juga diajak untuk mengenal dan mempraktikkan lima kata ajaib, yaitu permisi, maaf, silakan, tolong, dan terima kasih. Kelima kata ini dituangkan dalam bentuk kerajinan tangan yang dibuat dari bahan daur ulang seperti kardus dan tutup botol.
Daniel mendampingi Yasir dalam menyelesaikan kerajinan tangan.
Dendi menjawab pertanyaan dari Olivia (relawan) mengenai perbedaan antara keinginan dan kebutuhan.
Kegiatan ini dibimbing oleh para relawan Tzu Ching dan relawan komunitas yang dengan penuh semangat mendampingi anak-anak dalam membuat kerajinan tangan tersebut. Kata-kata sederhana yang sering terlupakan itu diajarkan tidak hanya secara teori, tetapi juga ditekankan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan di masyarakat.
“Kita hari ini melihat sesuatu yang luar biasa. Kalau kita orang dewasa biasa mengenal celengan bambu, tadi saya lihat anak-anak di sini punya celengan beras. Ini mengajarkan mereka untuk belajar berbagi sejak dini,” ujar Faisal Munawar, relawan ASG yang baru pertama kali mengikuti kegiatan Kelas Budi Pekerti di Rusun Muara Angke.
Faisal melanjutkan, “Kita harus banyak belajar dari kegiatan-kegiatan seperti ini. Ini bukan hanya kegiatan bakti sosial atau pelestarian lingkungan, tapi kegiatan yang menyentuh hati karena menyangkut edukasi dan pembentukan karakter. Semoga kami juga bisa ikut berkontribusi dalam kegiatan edukatif lainnya,”Harap Faisal.
Elaine (relawan Tzu Ching) membantu anak-anak Rusun Muara Angke menuangkan beras dari celengan beras sebagai bentuk kepedulian kepada sesama.
Maria Hermi membimbing Inara dan Indira dalam kegiatan memilah barang-barang yang bisa di daur ulang seperti botol plastik dan kardus dan kertas.
Sementara itu, Nicholas Salim, relawan Tzu Ching ini hadir karena rasa penasaran terhadap anak-anak rusun, membagikan kesannya. “Saya merasa anak-anak di sini cara bicaranya beda, jadi butuh usaha lebih untuk memahami cara berpikir mereka. Harus sabar,” ungkap Nicholas.
Nicholas pun terkejut saat mengetahui bahwa anak-anak Rusun Muara Angke setiap hari menyisihkan segenggam beras untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. “Saya jujur sangat salut. Mereka bukan dari keluarga mampu, tapi masih mau berbagi. Keren banget, dan mereka masih anak-anak. Saya sangat tersentuh,” tambahnya. Ia juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para relawan yang dengan sepenuh hati mendampingi anak-anak rusun.
Foto kebersamaan seluruh relawan dan anak-anak dalam kegiatan Budi Pekerti di Rusun Muara Angke.
Regina Lucky Surjadi berharap relawan Tzu Ching terus hadir dalam kegiatan Kelas Budi Pekerti di Rusun Muara Angke. “Kenapa tidak sekalian memberi mereka kesempatan untuk belajar dan mengajar anak-anak yang masih kurang secara akademis?” ujarnya saat ditanya alasan mengundang Tzu Ching. Menurut Regina, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan karakter dan budi pekerti anak-anak rusun.
Editor: Anand Yahya