Tzu Chi Entrepeneur Conference : Kaya Materi Sekaligus Kaya Batin

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Erli Tan, Marianie (He Qi Utara 1), Fotografer : Arimami SA, Henry Tando, Halim Kusin (He Qi Barat 1)


Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma berbagi kisah inspiratif dalam Konferensi Pengusaha Indonesia yang diadakan di Aula Jing Si Indonesia, Minggu 29 Juli 2018. Ia berharap para pengusaha yang hadir dapat bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi agar cinta kasih universal dapat tersebar lebih luas lagi.

Selalu ada yang bisa dipelajari setiap kali berkunjung ke Tzu Chi Indonesia. Itulah yang disampaikan Lin Xiao Shi, pengusaha sekaligus relawan Tzu Chi Malaysia saat berbicara di depan ratusan pengusaha Indonesia, Minggu, 29 Juli 2018. Konferensi Pengusaha Indonesia yang pertama kali digelar Tzu Chi Indonesia ini diadakan di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara dan dihadiri oleh 512 pengusaha dari berbagai bidang. Selain dari Jakarta, ada juga yang dari luar kota seperti Batam, Lampung, Palembang, Makassar, bahkan beberapa datang dari Malaysia.

“Saya ingat tahun 1998, Indonesia ada kerusuhan Mei, saya pernah bilang ke teman saya ‘tidak usah ke Indonesia. Saya selamanya tidak akan ke Indonesia.’ Ini pikiran saya waktu itu. Tidak terpikir kalau ternyata saya datang ke Indonesia untuk relawan Tzu Chi yang dengan cinta kasih mengurai kebencian. Mereka menolong tanpa membeda-bedakan ras. Mereka mengubah Kali Angke, karena Master Cheng Yen pesannya adalah bahwa hidup di negara orang harus bersumbangsih di negara tersebut,” ujarnya.

Bagi Lin Xiao Shi, Tzu Chi Indonesia makin berkembang karena para pengusaha yang bergabung di dalamnya tak hanya menyumbang materi namun juga terjun langsung di Misi-misi Tzu Chi.

“Saya juga lihat Pak Eka Tjipta, beliau pengusaha sukses di Indonesia, beliau terjun ke lapangan. Pak Aguan (Sugianto Kusuma) juga sumbang tanahnya untuk Aula Jing Si ini. Beliau cerita bahwa dengan Anthony Salim waktu itu menyumbangkan lahan ini. Mendengarnya saya terharu. Saya akhirnya melihat apa yang namanya orang yang kaya materi sekaligus kaya batin,” tambah Lin Xiao Shi.

Melihat langsung bagaimana Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng dalam kunjungan-kunjungan ke Indonesia berikutnya, makin mengubah pola pikir Lin Xiao Shi. Menyaksikan totalitas para relawan Tzu Chi dalam bersumbangsih, membuat Lin Xiao Shi makin bersemangat juga turut menguatkan batin Lin Xiao Shi yang kala itu baru bangkit dari segala keterpurukan batinnya.

“Mengubah cara saya berusaha. Saya seperti disetrum. Saya lihat Kali Angke, dari tempat yang sangat miskin, kumuh, banyak orang yang kekurangan pada saat itu tak terbayangkan. Itu mengubah diri saya karena melihat juga relawan Tzu Chi yang menyumbang untuk mereka,” tambahnya.

Lika-liku hidup Lin Xiao Shi, pengusaha sekaligus relawan Tzu Chi Malaysia memotivasi 512 pengusaha yang hadir untuk selalu mencari nafkah dengan melibatkan hati nurani.

Kisah hidup Lin Xiao Shi berliku. Sebelum menjadi relawan Tzu Chi, ia lekat dengan minuman keras, perilaku buruk, dan gila harta. Pada tahun 1990, Lin Xiao Shi membuka usaha karaoke yang bukan sekadar tempat bernyanyi, namun juga menjadi tempat peredaran obat-obatan terlarang. Tahun 1996 usaha karaokenya berkembang pesat dan berubah menjadi klub malam terbesar di Malaysia. Hampir tiap malam ia mabuk-mabukan, keluarga pun tak lagi jadi prioritasnya.

Titik balik kehidupan Lin Xiao Shi terjadi pada tahun 2004, saat Ci Lu, Ketua He Qi Malaysia mendatanginya dan meminta izin untuk menggunakan salah satu tempat milik Lin untuk digunakan insan Tzu Chi. Ia pun langsung setuju karena tahu kegiatan-kegiatan Tzu Chi. Ci Lu juga mengajaknya ke Hualien, Taiwan, dan menginap di Griya Jing Si. Mendengar ajaran Master Cheng Yen, batinnya pun luluh, ia tersadar, ia telah salah langkah. Setelah mengenal Tzu Chi ia menutup usahanya yang telah mencelakakan banyak orang. Ia sangat bersyukur dapat mengenal Tzu Chi.

“Saya merasa kehidupan saya sangat bahagia. Master juga bilang orang yang penuh berkah dan bijaksana barulah orang yang bahagia. Sekarang saya sudah menemukan arah kehidupan saya, arah kehidupan yang bahagia. Saya juga mau mau mewariskan semangat ini kepada generasi mendatang. Harus jadi orang kaya tapi juga bijaksana,” pungkas Lin Xiao Shi.

Menjadi Bagian dalam Barisan Menyebarkan Cinta Kasih

Dalam sharing yang disampaikan Franky O. Widjaja, seorang pengusaha harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Dua pembicara lainnya dalam kamp ini adalah Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia yakni Franky O. Widjaja dan Sugianto Kusuma. Franky O. Widjaja sendiri adalah Chairman Sinar Mas Agribusiness and Food yang menjalin jodoh baik dengan Master Cheng Yen dan Tzu Chi pada tahun 1998. Saat itu ia belajar kepada Master Cheng Yen salah satunya tentang “Manajemen dengan cinta kasih dan menjadikan sila sebagai pedoman”.

Di tahun yang sama sebagaimana yang disinggung Lin Xiao Shi di Indonesia terjadi kerusuhan. Franky menemui Master Cheng Yen dan mendapatkan petunjuk agar “mengubah kebencian dengan cinta kasih. saat itu Franky mengajak karyawan Sinar Mas untuk bersama-sama mendistribusikan paket cinta kasih sebanyak 100.000 ton dengan kehangatan dan ketulusan tanpa melihat perbedaan agama, suku, dan ras.

Pada tahun 2002, Jakarta mengalami banjir besar. Franky dan relawan Tzu Chi Indonesia kembali menemui Master Cheng Yen untuk meminta petunjuk. Master Cheng Yen kemudian meminta relawan Tzu Chi Indonesia untuk melakukan 5P yaitu Pembersihan Sampah, Penyedotan Air, Penyemprotan Hama, Pengobatan, dan Pembangunan Perumahan. Franky kembali mengajak 1.000 karyawan Sinar Mas untuk bersama-sama membersihkan Kali Angke.

Dalam berbuat kebaikan di tengah masyarakat, Franky selalu mengingat nasihat Master Cheng Yen bahwa “Air sumur jika tidak diambil maka sumber akan tersumbat, maka air sumur itu harus diambil supaya airnya terus mengalir”. Semenjak mengenal Tzu Chi, Franky banyak belajar dan mengerti akan makna kehidupan. Dalam kamp pengusaha ini ia juga mengajak para peserta untuk menjadi bagian dalam sebuah misi untuk menyebarkan cinta kasih universal.

“Semoga dengan kekuatan kita bersama, kita bisa saling membantu. Indonesia akan tenang, tenteram, dan cerah kembali sehingga dunia pun akan lebih baik. Seperti yang Master Cheng Yen harapkan semoga kita semua bisa melaksanakan kebajikan di bumi tercinta kita ini,” ujarnya disambut tepuk tangan para peserta. 

Pemukulan genderang berkah oleh anak-anak para relawan yang juga para pengusaha.

Paduan suara yang dibawakan oleh para relawan Tzu Chi membuat suasana makin semangat.

Pengusaha dari Malaysia, Lee Peng Sian (48) yang bergerak di bidang electrical dan mechanical mengaku salut dengan apa yang telah dilakukan Franky O. Widjaja. Baginya, ungkapan dari satu menjadi tak terhingga, dari satu benih bisa menjadi benih-benih yang lain sangat pas disematkan dengan apa yang sudah dilakukan Franky. Dari satu orang bisa membimbing lebih banyak orang lagi.

“Masuk ke Aula Jing Si saya langsung terharu. Indonesia sangat bisa mengajak pengusaha untuk masuk ke dalam Tzu Chi. Sharing Pak Franky sangat menyentuh. Jadi benar-benar dapat membuat benih baik ini, sedikit dengan memaksa, membujuk, mengajak karyawan di perusahaannya untuk menjadi relawan Tzu Chi, jadi membuat saya sangat kagum,” kata Lee Peng Sian.

Totalitas Terjun di Bidang Kemanusiaan

Sementara itu totalitas Sugianto Kusuma, pendiri dari Agung Sedayu Group dalam mewujudkan Misi-misi Tzu Chi membuat para peserta kamp hanyut dalam kisah yang dibagikannya. Dari mulai pembangunan Rusun Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng hingga memberikan bantuan yang menyeluruh di Pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang ada di Parung, Bogor.

Pertama kali survei di Pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, ia sangat tersentuh dengan keadaan di sana. Para santri belajar dengan kapasitas ruangan yang tidak memadai dan juga kebutuhan makanan yang sangat besar. Tzu Chi Indonesia pun membangun sekolah di sana. Tzu Chi juga mengajak murid-murid dapat hidup mandiri dengan mengajarkan bercocok tanam, membuat roti, membuat sabun, dan lain-lain. Tzu Chi juga sangat memperhatikan kesehatan dengan rutin menggelar bakti sosial.

Sugianto Kusuma juga bercerita bagaimana rintangan-rintangan yang ia temui saat membagikan bantuan bagi korban bencana tsunami di Aceh pada Desember 2004. Apa yang dilakukannya dalam hidup setelah mengenal Tzu Chi sangat besar bedanya. Sebelum mengenal Tzu Chi, Sugianto hanya fokus ingin membesarkan dan membahagiakan anak-anaknya. Tapi setelah mengenal Tzu Chi, ia ingin melakukan banyak hal untuk orang banyak.

“Harta dan nyawa tidaklah kekal. Jadi kalau ada waktu cepat-cepat berbuat kebajikan,” ujarnya sambil mengela nafas panjang. Tak hanya memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pola pikir dan prioritas hidupnya, Sugianto Kusuma juga merasakan ketenangan batin.

“Kalau hati kita yang tenang maka dapat mengambil keputusan yang benar dan hokkie baru bisa datang,” tambahnya.

Sebanyak 512 pengusaha datang dari berbagai bidang ini datang dari berbagai daerah. Selain dari Jakarta, ada juga yang dari luar kota seperti Batam, Lampung, Palembang, Makassar, bahkan beberapa datang dari Malaysia.

Mendengar kisah yang dibagikan Sugianto Kusuma, Pemilik PT Gistex Bandung, Henking Wargana merasa terharu karena Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia ini seperti tak kenal kata menyerah dalam melakukan kegiatan sosial.  

“Ini juga menguatkan niat saya untuk melakukan lebih banyak lagi sesuai kemampuan saya,” kata Henking.

Begitu juga dengan Esty Lawrence (55), peserta lainnya yang berkecimpung dalam usaha importir mesin alat teknik.Kalau hari ini saya tidak di sini, saya tidak akan pernah tahu bahwa Pak Aguan, Pak Franky adalah manusia-manusia yang peka (berperasaan humanis). Mereka juga adalah orang yang berhasil dan bisa menjadi contoh panutan bagi kita. Kita bisa mencontoh kepada mereka bahwa kita harus punya empati, punya perasaan, dan kita harus kerja dengan keras, disiplin, tekun.”

Melihat banyak peserta yang larut dalam keharuan dengan apa yang sudah Tzu Chi lakukan bagi masyarakat di berbagai pelosok di Indonesia, Sugianto Kusuma berharap para peserta dapat bergabung menjadi relawan Tzu Chi, melakukan sumbangsih nyata untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan damai.

“Mau jadi relawan, mau penyumbang, itu kan mulai dari situ, tinggal jodohnya yang mana duluan saja. Saya rasa bagaimana pun bisa mengetuk hati mereka. Jadi sangat berguna untuk diri sendiri juga,” harapnya.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Kamp Pengusaha: Tergugah untuk Bersumbangsih

Kamp Pengusaha: Tergugah untuk Bersumbangsih

16 Oktober 2018
Sharing para pengusaha tentang bagaimana bersumbangsih membantu masyarakat setempat bersama Tzu Chi memberikan energi positif kepada ratusan peserta yang hadir. Tak sedikit dari para peserta yang menghadiri acara ini pun tergugah untuk turut berbagi.
Kamp Pengusaha: Kebahagiaan dalam Memberikan Pelayanan

Kamp Pengusaha: Kebahagiaan dalam Memberikan Pelayanan

16 Oktober 2018

Dalam rangka menyambut acara Kamp Pengusaha Indonesia Malaysia pada 13 dan 14 Oktober 2018, para relawan Tzu Chi berkoordinasi satu sama lain untuk menyukseskan acara.

Kamp Pengusaha: Tekad Praktik Kebajikan

Kamp Pengusaha: Tekad Praktik Kebajikan

17 Oktober 2018

Misi kemanusiaan Tzu Chi memiliki dua tujuan utama: "Mendidik mereka yang mampu untuk membantu yang kurang mampu" dan "Membantu mereka yang kurang mampu untuk mewujudkan kekayaan batin mereka." Semuanya adalah sarana yang tepat untuk membimbing dan menjernihkan hati manusia, dengan mempertimbangkan berbagai perbedaan antara orang yang kaya dan mereka yang kurang mampu.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -