Tim relawan tiba di Jl. Gaharu Komplek PJKA Blok B5, Medan, kawasan padat penduduk yang menjadi lokasi kebakaran, guna melihat kondisi rumah warga yang terbakar sekaligus mencatat kebutuhan mendesak para korban, mereka juga memastikan koordinasi bantuan berjalan dengan baik.
Pada Sabtu, 27 September 2025, sekitar pukul 10.30 WIB, terjadi kebakaran cukup besar di kawasan padat penduduk, Jl. Gaharu Komplek PJKA Blok B5, Medan. Bangunan yang saling berdekatan dan terbuat dari bahan mudah terbakar membuat api cepat merambat hingga menghanguskan empat rumah sekaligus. Selain empat rumah yang terbakar habis, ada empat rumah lain terdampak mayor (rusak pada bagian atap) dan tiga rumah terdampak minor (sebatas dinding yang hangus).
Ketika api melahap rumah, yang hilang bukan hanya bangunan dan harta benda, tetapi juga tempat di mana cerita kehidupan keluarga dibangun. Di balik asap dan reruntuhan, tersisa harapan yang rapuh dan hati yang terluka. Musibah kebakaran bukan hanya ujian fisik, melainkan juga ujian kemanusiaan. Di saat-saat seperti inilah, kepedulian dan bantuan nyata dari sesama menjadi cahaya kecil yang mampu menghangatkan jiwa serta memberi kekuatan untuk bangkit kembali.
Tim Relawan Tanggap Darurat Tzu Chi membawa perlengkapan bantuan, mulai dari kebutuhan pokok hingga peralatan sehari-hari, untuk segera diserahkan kepada korban yang terdampak.
Mendengar kabar bencana tersebut, pada hari yang sama, Sabtu, 27 September 2025, tim relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Perintis segera menuju lokasi untuk melakukan survei. Mereka berkoordinasi dengan Tim Tanggap Darurat dan tim logistik Tzu Chi Medan dalam menyiapkan paket bantuan kebakaran. Keesokan harinya, Minggu, 28 September 2025, sebanyak 10 relawan komunitas Hu Ai Perintis membagikan paket bantuan kepada warga yang tertimpa musibah guna meringankan penderitaan mereka. Pemerintah setempat juga telah membuka posko bantuan untuk membantu korban yang kehilangan tempat tinggal dan barang-barang berharga.
Sabtu pagi itu, 27 September 2025, akan selalu diingat oleh Ida Parhusip sebagai salah satu hari paling mengejutkan dalam hidupnya. Sekitar pukul 10.30 WIB, ia menerima telepon dari tetangganya yang mengabarkan rumahnya terbakar. “Saya sempat tidak percaya. Rasanya seperti mimpi buruk,” ujarnya dengan suara lirih.
Koordinator kegiatan, Susanto Musim, membacakan berita acara penyerahan bantuan sebagai bentuk pertanggungjawaban sekaligus simbol kepedulian Tzu Chi kepada warga.
Saat kejadian, Ida sedang tidak berada di rumah karena bekerja. Begitu mendapat kabar, ia langsung bergegas pulang dengan harapan masih bisa menyelamatkan sesuatu. Namun, api sudah lebih dulu melalap hampir seluruh bagian rumah. Barang-barang berharga, surat-surat penting, dan kenangan yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun tak lagi bisa diselamatkan. “Tidak ada yang bisa saya selamatkan, hanya pakaian di badan,” katanya, menahan kesedihan.
Meski kehilangan harta benda, Ida tetap bersyukur karena dirinya dan keluarga berhasil selamat dari musibah ini. “Harta masih bisa dicari, yang penting kami masih diberi keselamatan. Itu yang paling berharga sekarang,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Kini, Ibu Ida dan keluarganya menumpang sementara di rumah kerabat. Meski duka masih terasa, semangatnya untuk bangkit tidak padam.
Ida juga menyampaikan terima kasih kepada Tzu Chi yang telah peduli membantu warga terdampak kebakaran.
Proses penyerahan bantuan secara langsung kepada korban kebakaran dilakukan dengan penuh empati, diharapkan dapat sedikit meringankan duka dan beban yang dialami warga.
Kita memang tidak bisa mencegah semua bencana, tetapi kita bisa memilih untuk peduli. Gerakan kecil yang dilakukan dengan hati penuh cinta dapat menjadi cahaya di tengah gelapnya musibah. Seperti yang diajarkan Master Cheng Yen, “Di tengah penderitaan, kita harus membangkitkan cinta kasih. Dengan cinta kasih, kita bisa meringankan beban orang lain dan memberi mereka harapan.”
Editor: Metta Wulandari