Waisak 2556: Berdoa Bersama Bagi Dunia

Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Anand Yahya, Budiharjo (He Qi Barat), Stephen Ang (He Qi Utara),
 
 

fotoPada hari Minggu, 13 Mei 2012, Tzu Chi mengadakan perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia pukul 18.00 - 20.00 WIB di Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara.

Lapangan Aula Jingsi yang luas dipadati oleh hampir 4000 orang pada malam hari tanggal 13 Mei 2012. Meski ramai, hadirin tetap khidmat dan menjaga kerapihan dalam mengikuti seluruh prosesi acara peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Setiap insan bersatu hati melantunkan nyanyian dan berdoa supaya dunia dapat terbebas dari bencana.

 

 

Acara yang bertemakan “Membalas Budi Baik Buddha, Membalas Budi Baik Orang Tua, dan Membalas Budi Baik Semua Makhluk,” ini turut dihadiri oleh para bhiksu dan bhiksuni Sangha, pimpinan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo serta para relawan, dan masyarakat umum. “Atas nama warga Jakarta, saya mengucapkan selamat Hari Waisak,” kata Fauzi Bowo.

Dalam prosesi yang berlangsung lebih kurang dua jam, para perwakilan relawan melakukan persembahan pelita, bunga, dan air. Masing-masing peserta pun mendapat kesempatan untuk melakukan sendiri pemandian Buddha Rupang. Melalui panduan dari MC, setiap peserta juga mengikuti pradaksina (meditasi berjalan) dan memanjatkan ikrar. Dalam kesempatan ini, masyarakat kembali diingatkan mengenai pertobatan, karena hanya dengan hati yang murni, dapat tercipta kebijaksanaan, sehingga masyarakat aman tenteram.

Menurut Chia Wen Yu, relawan komite yang sekaligus berperan sebagai MC, dalam bulan dan hari yang baik ini, seluruh prosesi diharapkan dapat mengharukan langit dan bumi, sekaligus hati manusia sehingga dapat menyucikan hati manusia dan dunia tanpa bencana. Acara ini dipandu dalam dua bahasa, Mandarin dan Indonesia, dan setiap ritual dijelaskan maknanya, “Jangan sampai hanya tahu ritual, tanpa tahu maknanya,” ujar Wen Yu.

foto  foto

Keterangan :

  • Acara ini diikuti oleh sekitar 4 ribu orang, yang terdiri dari relawan Tzu Chi, donatur, dan masyarakat umum (kiri)
  • Untuk pertama kalinya perayaan Waisak, Hari Tzu Chi, Hari Ibu Internasional diadakan pada malam hari di Indonesia (kanan)

Aula Jingsi pada malam hari yang diterangi dengan cahaya lampu, menjadi daya tarik sendiri bagi peserta. Seusai acara, seluruh peserta mendapat buah tangan berupa roti berbentuk buah persik yang merupakan tradisi masyarakat Tionghoa ketika berulang tahun. Wen Yu juga mengungkapkan, kegiatan ini sekaligus bertujuan untuk memperkenalkan Aula Jing Si kepada lebih banyak lagi masyarakat, dengan demikian, lebih banyak lagi Bodhisatwa yang dapat terbina. 

Perayaan di Berbagai Kota
Relawan Tzu Chi dari berbagai kantor penghubung di Indonesia juga mengadakan perayaan 3 Hari Besar (Hari Waisak, Hari Ibu Sedunia, dan Hari Tzu Chi Internasional) pada hari ini (13 Mei 2012). Tercatat ada 8 Kantor Perwakilan/Penghubung di Indonesia, yaitu Medan, Tebing Tinggi, Surabaya, Pekanbaru, Bandung, Batam, Tanjung Balai Karimun, dan Makassar.

 

  
 

Artikel Terkait

Belajar dari Semangat Albert

Belajar dari Semangat Albert

04 November 2016 Divonis dengan talasemia tidak membuat Albert, seorang anak yang tengah beranjak remaja itu menjadi putus asa. Ia malah mencoba menjadi seseorang yang penuh semangat untuk menguatkan orang-orang di sekelilingnya.
Ketulusan dan Cinta Kasih

Ketulusan dan Cinta Kasih

25 Juni 2014 Kamp tersebut berlangsung dari tanggal 8-12 Juni 2014 di Jing Si Tang Banqiao - Taipei, Taiwan. Haryo Shixiong berangkat bersama 87 relawan Tzu Chi Indonesia lainnya, dan saat tiba di Banqiao bergabung dengan relawan dari 20 negara.
Sentuhan Cinta Kasih yang Menghangatkan Hati

Sentuhan Cinta Kasih yang Menghangatkan Hati

07 Mei 2013

Cinta kasih merupakan bahasa universal yang dimengerti oleh setiap orang. Melampaui perbedaan budaya dan latar belakang, bahasa cinta kasih bahkan dimengerti oleh orang buta dan orang tuli sekalipun.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -