Waisak 2557: Keindahan dalam Langkah Dharma

Jurnalis : Harianto Achmat Lina K. Lukman (He Qi Pusat), Fotografer : Ciu Yen, Hansen Hioe (He Qi Pusat)
 
 

foto
Dengan khidmat, para relawan dan tamu undangan mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi yang diadakan 12 Mei 2013 lalu.

“Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.” Kata Perenungan Master Cheng Yen

 

Pekan kedua di bulan Mei, insan Tzu Chi selalu memperingati tiga hari besar sekaligus, yaitu Hari Suci Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Perayaan yang pada tahun ini dilaksanakan hari Minggu tanggal 12 Mei 2013, diikuti oleh sekitar 3.500 orang yang terdiri dari relawan, anggota Sangha, serta tamu undangan dan masyarakat umum. Seperti pada tahun sebelumnya, perayaan kali ini pun dilakukan pada sore hari pukul 17.00 WIB dan bertempat di lapangan Teratai, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.

Hari Waisak merupakan hari yang sangat bermakna bagi umat Buddha, dimana umat Buddha memperingati tiga peristiwa penting (Trisuci Waisak). Karena pada hari itu kita memperingati  kelahiran Pangeran Siddhārtha Gautama, lalu tercapainya pada Penerangan Agung dan menjadi Sang Buddha, kemudian wafatnya Sang Buddha Gautama. Kita juga perlu mengetahui bahwa peringatan Hari Ibu Internasional memang berbeda dengan hari Ibu Nasional yang memang ditetapkan pada bulan Desember. Karena sekitar 75 negara besar kecuali Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu memang diperingati pada pekan kedua pada hari Minggu di bulan Mei. Yayasan Buddha Tzu Chi yang bertempat di Hualien, Taiwan, secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Mei 1966. Oleh sebab itu mengapa bulan Mei merupakan bulan yang sangat istimewa bagi insan Tzu Chi, sebab begitu banyak hal-hal penting yang harus kita peringati. Oleh karenanya kita semua hendaknya sepakat untuk bertekad seperti tema perayaan ini, yaitu “Membalas Budi Luhur Buddha, Orang Tua Kita, dan Semua Makhluk Hidup.”

Namun ada yang berbeda pada perayaan tahun ini, karena untuk yang pertama kalinya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membuat 2 buah formasi daun Bodhi dengan jumlah peserta barisan sekitar 960 orang. Walaupun peringatan ini diadakan pada sore hingga malam hari, tetapi sejak siang hari relawan dan peserta barisan daun Bodhi sudah hadir di lokasi. Mengingat formasi daun Bodhi yang melibatkan cukup banyak peserta terdiri dari relawan komite, Biru putih, Abu putih, Tzu Ching dan juga masyarakat umum, karena itu diadakan latihan sebanyak empat kali dari tanggal 28 April – 11 Mei 2013. “Tujuan utama dari pemandian rupang Buddha dan perayaan Waisak kali ini adalah diharapkan kita semua bisa mendapatkan sukacita dalam Dharma,” ucap Liu Su Mei Shijie, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang menyampaikan kata sambutan kepada semua peserta pada saat briefing awal gladi resik tanggal 28 april 2013 yang diadakan di Guo Yi Ting, aula Jing Si lantai 2.

Perasaan ini pun seirama dengan Arifin Shixiong peserta barisan daun Bodhi yang mengikuti latihan dari awal gladi resik sampai perayaan Waisak kali ini. Berawal dari kegiatan donor darah yang diadakan di sekolah Bhakti Utama, di mana pada waktu itu ia bertemu dengan Christine Kusnadi Shijie yang memberitahukan bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan perayaan tiga hari besar. Oleh karena itu Arifin Shixiong langsung mengajak istri dan 2 orang anaknya untuk turut berpartisipasi, dan bahagianya istri dan anaknya dengan bersemangat mengikuti latihan. Menurutnya acara ini memberikan arti yang lebih selain makna suci dari tiga perayaan, “Kegiatan besar ini pastinya akan menjadi kegiatan keluarga yang lebih spriritual dan positif. Di mana ada waktu luang ini bisa kita isi dengan sesuatu yang bermanfaat. Kita bisa belajar disiplin waktu, kebersamaan dan toleransi, sebab event ini diisi oleh ratusan orang. Jadi saya sangat berterima kasih kepada panitia, sehingga saya bisa turut berpartisipasi dalam event ini,” ujar Arifin Shixiong dengan suara yang mantap.

foto   foto

Keterangan :

  • Tahun ini Tzu Chi Indonesia membuat 2 buah formasi daun Bodhi dalam barisan dengan jumlah peserta barisan sekitar 960 orang yang tidak hanya berasal dari Jakarta dan sekitarnya saja, tetapi ada juga yang berasal dari luar daerah (kiri).
  • “Perayaan ini sangat bagus sekali, terasa sangat hikmat dan teratur, relawannya juga sangat baik dan ramah dalam melayani tamu yang memakai kursi roda seperti saya,” ujar Oma Lelyana Sukarahardja (76) mengunggkapkan kesannya (kanan).

Peserta yang menjadi bagian dari barisan daun Bodhi, bukan hanya peserta yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya saja, tetapi ada juga yang berasal dari luar daerah. Mery Shijie wanita paruh baya dan berasal dari Jambi ini, setiap 3 bulan selalu datang ke Jakarta untuk menengok anak-anaknya yang berjumlah 4 orang. Di kedatangannya kali ini, ia diberitahu oleh saudaranya kalau Tzu Chi memerlukan banyak orang untuk menjadi bagian dari barisan daun Bodhi. Maka ia pun langsung mengiyakan dan kemudian mengikuti latihan dengan bersemangat. “Saya sangat senang bisa ikut dalam barisan daun Bodhi ini. Walaupun latihannya diulang-ulang, tapi itu memang perlu dilakukan supaya kita menjadi lancar waktu melakukannya di hari ini,” ucap Mery Shijie.

Walaupun banyak dari tamu undangan dan juga masyarakat umum yang baru pertama kalinya mengikuti prosesi pemandian rupang Buddha, tetapi mereka semua terlihat begitu khusyuk mengikuti seluruh prosesi. “Saya sangat terkesan dengan prosesi ini, karena di sini bisa terlihat perbedaan dari prosesi yang dilakukan ditempat lain. Mulai dari lagu doa serta ajakan-ajakannya untuk berbuat baik.  Relawan disini juga sangat terkoordinir dengan baik, sehingga prosesi ini menjadi begitu teratur dan rapi,”ucap Madan seorang pengunjung yang datang bersama mama dan juga keluarganya.

Begitu pula dengan Oma Lelyana Sukarahardja (76) yang datang bersama anak dan cucunya, juga merupakan pengunjung yang baru pertama kali mengikuti perayaan Hari Waisak ini. “Kalau mengikuti prosesi pemandian rupang Buddha yang diadakan di Tzu Chi, saya baru pertama kali ikut yang seperti ini, karena saya biasanya ikut yang di Wihara. Perayaan ini sangat bagus sekali, terasa sangat hikmat dan teratur, relawannya juga sangat baik dan ramah dalem melayani tamu yang memakai kursi roda seperti saya,” kata Oma Lely sambil tersenyum.

Tak ada kata istimewa yang bisa menggambarkan lebih dari kehikmatan dan kebahagiaan setelah melakukan permandian rupang Buddha, juga memberi penghormatan serta lantunan doa yang menenangkan batin tersebut. Segala daya upaya dan kerjasama yang telah di persiapkan oleh tim panitia serta dukungan dari semua relawan, baik di bagian penertiban, pelayanan, dokumentasi dan juga kesediaan para peserta barisan dalam mensukseskan perayaan ini. Walaupun semua relawan yang terlibat merasakan lelah, namun mereka pasti merasa sangat bahagia dan bersukacita.

  
 

Artikel Terkait

Tangan yang Indah Mewujudkan Bumi yang Indah

Tangan yang Indah Mewujudkan Bumi yang Indah

22 Oktober 2013 Warga sekali lagi menunjukkan dukungannya terhadap kegiatan ini dan berharap dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa/I serta warga sekitar dapat menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Suara Kasih: Lingkaran Cinta Daur Ulang

Suara Kasih: Lingkaran Cinta Daur Ulang

02 Oktober 2010 Apakah yang dimaksud dengan hati yang murni? Yakni hati yang jauh dari ego, kekotoran batin, dan kegelapan batin. Hati yang demikian adalah hati yang paling murni. Apa yang bisa timbul dari hati yang murni ini? Welas asih dan cinta kasih.
Sebuah Dukungan untuk Kemanusiaan

Sebuah Dukungan untuk Kemanusiaan

30 Oktober 2018

Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) di Kantor BCA Pantai Indah Kapuk, Jumat, 26 Agustus 2018 sedikit berbeda dari biasanya.  Andre Zulman dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia kali ini lebih banyak menyampaikan informasi tentang apa yang sedang Tzu Chi upayakan bagi warga korban gempa di Palu dan Lombok NTB.


Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -