Waisak di Pulau Batam

Jurnalis : Budianto (Tzu Chi Batam), Fotografer : Anas, Budianto, Djaya Iskandar, Mina (Tzu Chi Batam)
 
 

fotoPara relawan dengan sepenuh hati mempersembahkan lilin, air, dan bunga dalam gladi resik perayaan Waisak. Ini memperlihatkan keindahan budaya kemanusiaan Tzu Chi yang rapi dan khikmad.

 

Setiap hari Minggu kedua di bulan Mei adalah Hari Ibu (di Taiwan), juga adalah hari baik Tzu Chi mengadakan Hari Raya Waisak, dan juga Hari Tzu Chi sedunia, tiga hari raya menjadi satu. Pada tanggal 9 Mei 2010, perayaan Hari Waisak Tzu Chi di seluruh dunia dimulai dari Hualien, Taiwan, seterusnya pada hari yang sama serentak diadakan oleh insan Tzu Chi di berbagai belahan dunia.

 

 

Merayakan Hari Waisak, Membalas Budi Buddha, dengan Tulus Menghomati Para Buddha
Kantor Perwakilan Tzu Chi Batam pada hari yang sama mengadakan dua sesi acara perayaaan Hari Waisak, dimulai pada pukul 09.30 dan 13.30 WIB. Karena para donatur Tzu Chi Batam yang semakin banyak, kantor yayasan tidak dapat menampung lebih dari 500 orang, maka diputuskan acaranya akan dilangsungkan di aula Planet Holiday Hotel.

Ketua kordinator acara, Nelly Shijie mengatakan bahwa persiapan acara sudah dilakukan sebulan yang lalu. Acara perayaan Waisak kali ini juga dibuka untuk umum, agar lebih banyak masyarakat lebih memahami arti dari perayaan Waisak. Sebelum acara dimulai, para relawan sudah mulai menyiapkan tempat dan menempelkan tanda jalur. Saat itu, demi menghemat energi, para relawan sengaja tidak menyalakan AC. Para relawan semuanya bercucuran keringat, tetapi di dalam hati mereka terasa sejuk. Ini semua demi suksesnya acara. Mereka berpadu hati bergotong royong menyelesaikan persiapan, semuanya bersukacita. Sebelumnya, para relawan juga sudah susah payah mengadakan gladi resik. Terhadap para pengusaha dan relawan baru, Nelly Shijie dan Budianto Shixiong dengan sabar membimbing mereka agar dapat mengikuti perayaan Waisak ini dengan tertib dan khidmat.

Tanggal 9 Mei, acara perayaan Waisak dimulai. Para relawan sambil menglafalkan nama Buddha dengan langkah yang rapi menuju altar, dengan hati yang tulus mempersembahkan lilin, air suci dan bunga. Suasananya begitu khidmat. Semuanyamembungkukkan badan memberi hormat pada Buddha dan menerima bunga. Semoga hati manusia bisa tersucikan, masyarakat bisa hidup harmonis, dan dunia terhindar dari bencana. Doa dari 498 orang peserta dari seluruh acara ini dapat didengar oleh para Buddha. Kedua sesi acara perayaan Waisak pada hari ini berakhir dengan memuaskan.

 

foto  foto

Ket : - Perayaan Waisak dimulai, relawan dengan tulus menyentuh air di altar Rupang Buddha, mengibaratkan             budi, Dharma dan hati Buddha yang harum membekas di hati yang paling dalam. (kiri)
       - Perayaan Waisak Tzu Chi Batam diikuti oleh 539 peserta, yang terdiri dari relawan, donatur, dan             masyarakat umum.(kanan)

Salah seorang peserta yang bernama Amini berkata bahwa ini kali pertama dia mengikuti acara perayaan Hari Waisak yang diselengarakan oleh Tzu Chi. Ia merasa perayaan ini sangat spesial. Saat memberi hormat kepada Buddha dan menyirami Rupang Buddha, ia merasa seperti sedang menyucikan hati sendiri, yaitu mencuci kekotoran batin. Yang paling membuat dia terharu saat malakukan pradaksina dan juga dengan tulus mengucapkan 3 ikrar, terasa mengetarkan hati. Dia juga berkata sangat senang dapat menghadiri perayaan Waisak hari ini.

Berterima Kasih Kepada Ibu yang Telah Mengandung dan Membesarkan Kita
Setelah perayaan Hari Waisak adalah acara perayaan Hari Ibu. Para peserta yang datang bersama ibunya semuanya mengikuti acara ini. Dengan mempersembahkan teh penghormatan, mereka berterima kasih kepada ibu yang telah membesarkannya selama ini. Ada lebih dari 80 ibu yang mendapat persembahan teh dari anak-anaknya. Peserta yang selama ini tidak pernah mempersembahkan teh kepada sang ibu, hari ini melakukannya untuk pertama kali,  membuat suasana menjadi sangat mengharukan. Banyak yang tak dapat menahan air matanya.

foto  foto

Ket : - Wu Su Xin (74) adalah peserta tertua. Para relawan mengundangnya ke atas panggung, meniup lilin dan             memotong kue tar untuk membuka perayaan Hari Ibu. (kiri)
       - Pada Hari Ibu membalas budi orang tua. Seluruh peserta yang membawa ibunya bersujud di depan             ibunya, dan mempersembahkan teh kehormatan, untuk berterima kasih kepada ibu atas asuhan dan             bimbingannya selama ini.(kanan)

Pada awal acara, relawan mendoakan para mama yang hadir: ”Selamat Hari Ibu”. Relawan juga mengajak para peserta melakukan isyarat tangan ”Tangan Ibu”, agar semuanya lebih memahami bahwa tangan ibu tidak hanya bisa mengerakkan ayunan, tapi juga bisa menggerakkan seluruh dunia. Relawan ingin agar para hadirin lebih memahami jerih payah seorang ibu dalam merawat dan mendidik anaknya. Setelah ini, seorang Bodhisatwa kecil mendorong keluar sebuah kue tar besar. Para relawan mempersilakan peserta yang berusia paling lanjut, Wu Su Xin untuk meniup lilin membuka acara perayaan Hari Ibu. Relawan juga membawakan satu ikat bunga ucapan selamat. Bodhisatwa berumur 74 ini berkata, ”Hari ini saya sangat gembira, juga merasa senang karena ada banyak ibu yang mengikuti acara ini. Saya juga sangat beryukur anak saya telah mempersembahkan teh penghormatan untuk saya.” Anak perempuanya, Cheng Mei Li, merasa mendapat kehormatan bisa mengikuti perayaan Hari Ibu pada hari ini, ia pun merasa berterima kasih kepada Tzu Chi.

Dewi, seorang peserta yang lain berkata, ”Dengan diadakannya acara ini, selain ingin mempersembahkan teh penghormatan untuk mama, saya juga ingin mengucapkan terima kasih.” Selama ini kata-kata itu tidak pernah diungkapkannya. Hari ini semuanya akan diberitahukan mama. ”Sangat berterima kasih pada saat saya sedang susah, mama selalu mendampingi dan memberi batuan,” ungkapnya. Acara ini membangkitkan rasa berbakti Dewi, membuat sang mama bisa tenang hatinya.

Di hari ketiga hari raya yang menjadi satu, selain membalas budi luhur Buddha dan orangtua, juga harus membalas budi semua mahkluk hidup. Demi menggalang Bodhisatwa dunia, pada acara perayaan hari Waisak kali ini relawan juga memampilkan papan jadwal kegiatan Tzu Chi dan menerangkanya kepada para peserta, agar mereka bisa lebih memahami Tzu Chi dan bisa turut di dalam barisan cinta kasih universal ini.

 

 

  
 
 

Artikel Terkait

Kasih Seorang Ibu

Kasih Seorang Ibu

10 Januari 2017
Pada gathering pembagian bantuan pada awal tahun 2017, relawan Tzu Chi menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan para Gan En Hu atas hal yang tidak dapat ditunda dalam kehidupan ini—bakti terhadap orang tua. Kegiatan diadakan pada tanggal 8 Januari 2017.
Ketajaman dan Asa

Ketajaman dan Asa

03 Juli 2010
Foto dapat berbicara kepada yang melihat. Masuk kepada kejurnalistikkan, berita foto adalah suatu kegiatan melihat, mengamati, menggali, melaporkan, dan menyampaikan suatu peristiwa dalam bentuk foto agar dapat menyentuh emosi pembaca.
Perlahan-Lahan Pulih dari Penyakit

Perlahan-Lahan Pulih dari Penyakit

22 Maret 2019

Ibu Saroh yang kini berusia 50 tahun, merasa keadaannya membaik setelah ikut baksos. Sebelumnya ia mengeluhkan penyakit darah tinggi, pusing, dan susah tidur. Tapi begitu mengikuti anjuran dokter dan meminum obat dengan sesuai, ia merasakan perubahan karena keluhannya sudah tidak lagi terasa.

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -