Yuan Yuan

Jurnalis : Asokavati Ira (He Qi Barat), Fotografer : Bobby (He Qi Barat)

11 Januari 2015, hari penutupan Kelas Budi Pekerti (Qin Zi Ban) 2014, yang biasa juga disebut acara yuan yuan. Di sini para xiao pu sa akan pentas dan memberikan penampilan terbaiknya dihadapan para orang tua dan daai mamanya (relawan pendamping).

Pagi yang cerah seolah menyambut iringan para xiao pu sa (Bodhisatwa kecil), sebutan murid kelas budi pekerti menuju Aula Lt.2 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Pada Minggu yang ceria itu, tepatnya pada 11 Januari 2015 adalah hari penutupan Kelas Budi Pekerti (Qin Zi Ban) 2014, yang biasa juga disebut acara yuan yuan, dimana para xiao pu sa akan memberikan penampilan terbaiknya dihadapan para orang tua dan daai mamanya (relawan pendamping).

Qin zi ban adalah kelas budi pekerti yang diperuntukan untuk anak usia 5-8 tahun. Ini  merupakan salah satu misi pendidikan Tzu Chi untuk membekali nilai-nilai budi pekerti kepada anak sejak dini, pada periode 2014, terdapat 27 anak yang bergabung.

Tepat pada 09.10 WIB, Nelly, relawan Tzu Chi yang hari itu bertindak sebagai MC, dengan suara yang lantang mengajak para xiao pu sa bangkit berdiri, memberikan hormat kepada Shigong Shangren (Master Cheng Yen) sebelum dimulainya kegiatan kelas.

Para anak selalu didampingi relawan pembimbing dalam pembelajaran.

Pada hari itu juga, ada sesi Good Morning, sesi yang diperuntukan untuk para Papa Mama Xiao pu sa untuk berkumpul sama-sama. Karena hari itu adalah penutupan kelas di periode 2014, Ira mengajak para papa-mama xiao pu sa, sharing bersama, mengevaluasi  pembelajaran selama setahun itu, apakah ada perubahan pada diri xiao pu sa dan apa manfaat positif yang sudah dirasakan mereka. Dengan antusias para papa-mama juga tak lupa menuliskan sharing mereka.

Pada sesi yuan yuan ini, Elly Chandra, yang bertindak sebagai PIC, telah mempersiapkan acara selama satu bulan lebih, dan rasanya ia sudah tak sabar lagi menunggu para xiao pu sa untuk tampil, memberikan penampilan terbaik mereka. Para Xiao pu sa, dibagi dalam beberapa grup. Ada grup yang menampilkan bahasa isyarat tangan (shou yu), ada yang melafalkan Jingsi Yu (kata perenungan) dalam bahasa Mandarin sekaligus bahasa Indonesia. Ada juga yang menampilkan Senam dengan penuh semangat dan lincah, dan terakhir ada yang menarik, beberapa xiao pu sa dengan kompak nya ber-story telling di balik layar layaknya di studio, bercerita tentang Huan Huan, seekor Panda yang mencuri makan bambu yang bukan miliknya. Ada yang sebagai narator (pembaca cerita), kakek, mama, huan huan dan juga temannya. Dengan ciri khas suara masing-masing, para xiao pu sa begitu menghayati cerita tersebut, dengan penuh konsentrasi mereka membacanya.

Tak lupa juga ada sesi games yang sangat disukai oleh para xiao pu sa yang sangat aktif dan energik ini. Kali ini Nelly memberikan permainan interaktif yang melibatkan papa- mama, dimana papa-mama dengan mata tertutup, memanggul anaknya. Dengan dipandu xiao pu sa, mereka dipandu menuju arah untuk mengambil bola yang berisikan kata-kata kasih sayang penuh makna seperti; “Papa Mama sangat menyayangi diriku” Lalu mereka harus membuka penutup mata papa-mama nya dan memeluk dengan penuh kasih sayang. Makna dari permainan ini, untuk mengajak para xiao pu sa, untuk bisa menyayangi papa mama mereka di saat mereka sudah tak berdaya, dan tentunya akan mengingatkan mereka kelak untuk terus berbakti kepada orang tua.

Relawan juga melakukan evaluasi kegiatan belajar anak selama satu tahun dengan orang tua. Ini untuk meningkatkan program belajar untuk tahun pendidikan baru nanti.


Hendry Leo (baju biru), Papa dari Christofer, murid kelas budi pekerti yang telah mengikuti pembelajaran selama setahun ini, mengatakan jika Christofer (9), mengalami perubahan yang cukup berarti.

Acara demi acara terus bergulir, tanpa terasa sesi yuan yuan pun akan berakhir, Elly, dibantu oleh para Daai Mama pun bergegas ke depan, mempersembahkan tanda kenangan (souvenir) kepada sembilan orang xiao pu sa yang akan melanjutkan kelas budi pekerti ke jenjang berikutnya yaitu kelas Er Tong Ban, kelas budi pekerti yang diperuntukan untuk anak usia 9 - 12 tahun. Dan juga tak lupa kepada para xiao pu sa yang masih akan tetap lanjut di kelas qin zi ban, para tim Daai Mama juga memberikan mereka tanda kenangan, dan khususnya kepada para xiao pu sa yang tak pernah absen dan rajin mengerjakan tugas yang diberikan, ada reward apresiasi untuk mereka, dan semoga kelak para xiao pu sa akan tambah rajin dan semangat.

Sharing Orang tua

Seperti yang dituturkan oleh Hendry Leo, Papa dari Christofer, murid kelas budi pekerti yang telah mengikuti pembelajaran selama setahun ini, mengatakan jika Christofer (9), mengalami perubahan yang cukup berarti. Awalnya, Christofer merupakan anak yang apatis, tetapi sekarang sudah lebih bisa menghormati orang tua. Bahkan di sekolah, Christofer yang dulunya suka berhutang kepada teman-temannya kini sudah tak berani lagi.  Papa-mamanya sangat mendukung Christofer untuk terus ikut kelas budi pekerti, dimana mereka percaya bahwa nilai-nilai kebajikan akan lebih mudah diresapi sang anak saat masih usia pertumbuhan. Semoga kelak, Christofer yang akan melanjutkan ke kelas Er Tong Ban, seiring dengan bertambahnya usia, akan menjadi inspirasi bagi teman-temannya.

Begitu juga yang diutarakan oleh Yesi, yang kebetulan juga adalah relawan Tzu Chi, sangat berharap dengan bergabungnya Keishya, putri pertamanya di kelas budi pekerti, akan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk bersosialisasi dengan teman-teman, dan bisa meningkatkan rasa percaya diri.

Sesi penutupan kelas berakhir sudah, namun ini belum menjadi akhir tugas dari para relawan yang bergabung dalam Daai Mama Qin zi ban, seperti yang dituturkan oleh  Elly Chandra, bahwa ke depannya mereka akan berusaha memberikan yang lebih baik lagi kepada para xiao pu sa, membekali dan membimbing mereka dengan nilai-nilai budi pekerti, seperti harapan dari Shigong Shangren (Master Cheng Yen).


Artikel Terkait

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -