Berbuat Kebajikan dan Menumbuhkan Akar Kebijaksanaan

Saya sungguh sedih merasakan ketidakkekalan hidup. Relawan Tzu Chi senior pasti mengenal Jing Ci. Pada masa awal berdirinya Tzu Chi, dia selalu bersemangat menyiapkan makanan saat pembagian bantuan setiap bulan. Pada tahun-tahun awal, setengah tahun sekali, saya selalu melakukan perjalanan keliling Taiwan untuk memahami kondisi setiap keluarga penerima bantuan Tzu Chi. Dia selalu mendampingi saya selama perjalanan. Dia sangat senang bergabung dengan tim konsumsi. Ketika tahap pertama pembangunan RS Tzu Chi Hualien rampung, dia bergabung dengan departemen gizi setiap hari.

Dia selalu melakukan segala sesuatu dengan saksama. Karena itu, jika hasil pekerjaan orang tidak sesuai dengan keinginannya, dia selalu mengkritik secara langsung. Itulah kesan setiap orang terhadapnya. Setiap orang sangat hormat dan segan kepadanya.


Sudah hampir 20 tahun, penyakit yang dideritanya membuatnya terpaksa berhenti dari kegiatan Tzu Chi. Hingga kemarin, saya baru bisa mengunjunginya. Saya berkata padanya, “Walaupun sudah sakit sekian lama, tetapi kamu sudah termasuk sangat beruntung.” “Kamu selalu ingin terlihat cantik, dan mereka telah menjaga tubuhmu hingga demikian bersih.” “Setelah mengganti tubuh baru, kamu cepatlah kembali.”

Setelah meninggalkan tempat itu, saya menerima kabar bahwa dia telah meninggal. Saya sungguh merasa kehilangan. Namun, dia telah terbebas dari penderitaan. Saya juga berdoa untuknya. Banyak anggota komite senior yang pergi ke rumah sakit kemarin. Dengan cinta kasih yang berkesadaran, mereka berada di sana untuk mendampinginya.

 

Kehidupan ini tidak kekal. Kehidupan manusia sangat singkat dan penuh penderitaan. Bencana akibat ketidakselarasan unsur alam sungguh membuat orang merasa sedih. Saya terus mengatakan bahwa kita sudah tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan banyak hal yang harus dilakukan di dunia karena unsur alam dan unsur tubuh sudah tidak selaras. 

Ketidakselarasan unsur alam mendatangkan bencana gempa bumi, banjir, kebakaran, dan badai. Ketidakselarasan unsur tubuh membuat kita tidak tahu entah bisa melewati hari ini dengan selamat atau tidak. Karena itu, selama masih bisa, kita harus segera berkontribusi baru bisa memperoleh.

Ada orang bertanya, “Memperoleh apa?” Memperoleh sukacita. Kita harus bersumbangsih tanpa pamrih. Bukankah menolong orang adalah hal yang paling menggembirakan? Setiap orang mempunyai tanggung jawab terhadap masalah di dunia. Hidup di dunia ini, setiap orang hendaknya ikut mengemban tanggung jawab atas dunia ini dan bersumbangsih bagi seluruh umat manusia. Jika kita bisa melaksanakannya, maka kita bisa hidup tanpa merasa bersalah pada dunia dan hubungan antarsesama manusia akan selalu damai dan tenang. Dengan hati yang damai, kita bisa menjadi penyelamat bagi orang lain. Kehidupan seperti itu sungguh bernilai.

 

Sejak bulan 7 Imlek, kita terus berusaha menginspirasi orang-orang agar mengubah kepercayaan terhadap takhayul dan memahami bahwa bulan 7 Imlek adalah bulan sukacita bagi Buddha. Pada zaman Buddha hidup, dimulai dari tanggal 15 bulan 4 Candrasangkala, Buddha meminta para murid-Nya berkumpul di satu tempat untuk berfokus mendengar Dharma dan memahami kebenaran. Seperti murid yang tengah menghadapi ujian, mereka tidak boleh keluar. 

Para anggota Sangha berkumpul di satu tempat untuk mendengar ajaran Buddha. Setelah memperoleh pemahaman, mereka harus berbagi dengan Buddha supaya Buddha mengetahui seberapa dalam pemahaman mereka terhadap Dharma dan prinsip kebenaran di alam semesta ini. Karena itu, dari tanggal 15 bulan 4 hingga tanggal 15 bulan 7 Candrasangkala, selama tiga bulan itu, semua murid Buddha berkonsentrasi melatih diri. 

Pahala (gong de) yang mereka peroleh adalah yang paling membuat Buddha bersukacita. “Gong” adalah pelatihan ke dalam diri. Setelah berusaha keras melatih ke dalam diri, baru kita bisa menampilkan “de” (keluhuran). Jadi, inilah pelatihan ke dalam diri dan praktik ke luar. Dengan berusaha keras melatih ke dalam diri, baru kita bisa menunjukkan tata krama dan bersikap rendah hati terhadap orang lain. Selama tiga bulan itu, melihat murid-murid-Nya melatih diri dengan sungguh-sungguh, Buddha merasakan sukacita. Itulah hari sukacita bagi Buddha.

 

Kisah seperti ini sangatlah banyak. Jadi, Buddha mengajarkan orang-orang untuk saling mengalah, saling berpengertian, bertoleransi, dan lain-lain. Beliau juga mengajarkan orang-orang untuk berbakti kepada orang tua dan berbuat baik. Berbakti dan berbuat baik adalah dua hal yang tak bisa ditunda. Kita juga harus menyelamatkan semua makhluk hidup, bukan menyembelih hewan untuk dijadikan persembahan. Bukan. Makna dari upacara Ullambana adalah “menolong makhluk yang digantung terbalik”. Buddha memandang semua makhluk dengan cinta kasih dan welas asih yang setara. 

Beliau juga mengajarkan kita untuk memiliki cinta kasih dan welas asih. Cinta kasih dan welas asih yang tertinggi adalah memandang semua makhluk secara setara. Jadi, kita hendaknya menyayangi dan melindungi hewan. Namun, akibat terjerumus dalam takhayul, sebagian orang membunuh hewan-hewan yang tidak bersalah. Karena itulah, Buddha memberi tahu kita untuk menyelamatkan semua makhluk yang menderita atau menolong makhluk yang digantung terbalik. Sebelum hewan dibunuh, mereka digantung terbalik. 

Kita harus membuat orang-orang memahami hal ini. Karena itu, selama bulan 7 Imlek ini, di Griya Jing Si, kita melantunkan tiga bagian dari Sutra Ksitigarbha. Insan Tzu Chi dari 22 negara ikut serta untuk melantunkan Sutra Ksitigarbha melalui konferensi video. Ini membuat saya merasa sangat gembira. Berkat kecanggihan teknologi, lebih dari 10.000 orang di dunia bisa bersama-sama melantunkan Sutra Ksitigarbha pada waktu yang sama. 

Dari Sutra Ksitigarbha, kita bisa memahami semangat Bodhisatwa. Bodhisatwa Ksitigarbha adalah Bodhisatwa yang sangat dipuji Buddha karena Bodhisatwa Ksitigarbha berikrar untuk tidak mencapai kebuddhaan sebelum neraka kosong. Dalam jangka waktu yang tak terhingga, Beliau menjalankan ikrar dan bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah tujuan pelatihan kita. Kita hendaknya bersumbangsih tanpa pamrih. Kita pasti bisa melaksanakannya. Dengan demikian, baru kita bisa menciptakan kehidupan yang paling bernilai. Saya sangat berterima kasih melihat ketekunan dan semangat para relawan di setiap tempat. 

 

Melakukan kebaikan dan mengubah tabiat buruk

Mempertahankan niat baik dan membangun tekad untuk kehidupan mendatang

Bulan 7 Imlek adalah bulan penuh sukacita dan berkah

Meneladani Bodhisatwa Ksitigarbha untuk menyelamatkan semua makhluk yang menderita

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Agustus 2014.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -