Bermawas Diri, Menghargai Berkah, dan Menolong Orang yang Menderita

Setiap orang di Taiwan berdoa dengan tulus semoga turun hujan. Dalam beberapa hari ini, meski air hujan yang turun sedikit membantu, tetapi di sebagian wilayah, air yang mengalir ke waduk tidak banyak, bahkan ada yang sama sekali tidak mendapat air. Jadi, janganlah kita berpikir bahwa setelah turun hujan, kita tidak perlu membatasi penggunaan air lagi. Jangan sampai kita berpikiran seperti ini. Kita harus menghemat air dalam keseharian.

Selama puluhan tahun ini, saya selalu menghemat air setiap hari. Dalam keseharian, kita harus menghemat semua sumber daya alam karena sumber daya alam di bumi ini terbatas, terutama sumber daya air. Selain itu, kini manusia terus menyedot dan menggunakan minyak bumi dalam jumlah besar. Persediaan minyak bumi sangat terbatas. Jadi, saya berharap setiap orang dapat berpola hidup hemat.

Dalam ajaran Buddha, kita menyebutnya menghargai berkah dan sumber daya alam. Kita harus menghargai berkah dalam hidup ini. Janganlah kita bersikap boros. Setetes minyak dan sebutir beras pun jangan kita boroskan. Kita sungguh harus menghargai berkah. Selain harus menghargai berkah, kita juga harus menciptakan lebih banyak berkah.

Kita juga bisa melihat ketidakkekalan hidup. Di Taiwan, satu unit rumah warga terbakar akibat seorang anak yang bermain-main dengan korek api gas. Melihat rumahnya terbakar, anak itu segera lari meninggalkan rumahnya. Karena mengira bahwa anak itu masih berada di dalam rumah, sang ayah pun masuk untuk menyelamatkannya. Namun, ayahnya malah terperangkap di dalam dan meninggal dunia. Keluarga ini adalah keluarga dengan orang tua tunggal. Selain harus menjaga anaknya, sang ayah juga harus menjaga sang nenek. Namun, kini sang ayah telah meninggal dunia dalam kebakaran itu. Rumah mereka juga mengalami kerusakan parah. Bagaimana sang nenek membersihkan rumahnya?

Para anggota komite di Taoyuan segera bergerak untuk membantu. Kita segera memperhatikan dan membantu mereka agar kehidupan mereka dapat pulih kembali. Insan Tzu Chi dapat segera bersumbangsih berkat kekuatan cinta kasih. Mereka mengasihi sesama tanpa membeda-bedakan dan memiliki rasa senasib sepenanggungan. Mereka mengasihi sesama tanpa membeda-bedakan dan memiliki rasa senasib sepenanggungan. Untuk membersihkan rumah itu, kita harus menggerakkan banyak orang. Insan Tzu Chi menghibur, mendampingi, dan membantu sang nenek membersihkan rumah. Meski merupakan ketidakkekalan, kebakaran ini juga menunjukkan kehangatan di dunia.

Selain itu, di Taichung juga ada seorang anak perempuan berusia 5 tahun yang tiba-tiba mengalami stroke pada akhir tahun lalu akibat penyakit langka yang dideritanya. Setelah menerima kasus ini, insan Tzu Chi mulai mencurahkan perhatian kepada keluarga ini. Biaya pengobatan anak ini tidak ditanggung oleh Asuransi Kesehatan Nasional Taiwan. Setiap bulan, keluarga ini harus mengeluarkan biaya pengobatan sebesar 400.000 dolar NT. Jadi, selain mencurahkan perhatian, insan Tzu Chi juga memberikan dana bantuan. Setelah menerima kasus dan tahu bahwa biaya pengobatannya merupakan beban yang berat bagi keluarganya, Tzu Chi telah memberikan dana bantuan sebesar 400.000 dolar NT kepada mereka. Bagaimana pun perkembangan anak ini, insan Tzu Chi akan terus mendampinginya.

Awalnya, keluarga ini hidup berkecukupan. Namun, setelah anak ini terserang penyakit pada akhir tahun lalu, sang ayah akhirnya menjual rumah mereka demi membayar biaya pengobatan anak ini. Kini mereka telah kehabisan biaya. Karena itu, kasus ini pun sampai ke tangan Tzu Chi. Saya yakin insan Tzu Chi akan mendampingi mereka dengan sepenuh hati. Hidup ini tidak kekal dan penuh penderitaan. Akan tetapi, ada pula hal yang membuat kita gembira meski semua itu berawal dari penderitaan.

Operasi pemisahan bayi kembar siam yang sukses merupakan kasus yang sangat bermakna bagi sejarah medis Taiwan. Mereka telah pulang ke Filipina beberapa hari dan menarik minat banyak reporter setempat untuk menyiarkan kisah mereka. Para reporter setempat berkata bahwa ini adalah semangat kemanusiaan dan pengobatan yang mengagumkan. Semangat kemanusiaan ini telah mendatangkan keajaiban. Inilah penilaian orang-orang luar negeri terhadap Taiwan, selalu penuh pujian. Apakah Tzu Chi tidak membantu warga Taiwan? Tentu saja Tzu Chi juga membantu warga Taiwan. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi selalu tiba di lokasi bencana dengan segera. Kita selalu menolong orang yang membutuhkan.

Ada pula seorang anak muda yang semua anggota geraknya tidak bertenaga tanpa diketahui penyebabnya. Sang ibu harus selalu berada di samping untuk menggendongnya naik dan turun dari ranjang. Sang ibu semakin tua dan anak tersebut semakin gemuk. Apa yang harus dilakukan sang ibu? Jadi, insan Tzu Chi memutuskan untuk membantunya. Bagaimana cara kita membantunya? Kita memberikan ranjang pasien elektrik bekas kepada mereka. Meski mengangkat ranjang itu ke lantai tiga dengan menaiki tangga sangatlah sulit, tetapi insan Tzu Chi selalu berusaha semaksimal mungkin. Dengan usaha keras, akhirnya insan Tzu Chi dapat mengangkat ranjang yang berat itu ke lantai tiga lewat tangga yang berliku-liku. Ini semua berkat cinta kasih. Dengan mengerahkan segenap hati dan tenaga, insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih. Ini menunjukkan bahwa dunia ini penuh cinta kasih.

Tentu saja, kita telah melihat bahwa orang yang benar-benar sangat membutuhkan bantuan insan Tzu Chi tidaklah sedikit. Setelah melenyapkan penderitaan mereka, kita juga harus berbagi Dharma dengan mereka agar mereka dapat membuka pintu hati meski hidup kekurangan. Meski masih menerima bantuan, mereka juga bisa menyisihkan sedikit uang untuk berbuat baik.

“Meski merupakan seorang penerima bantuan, tetapi kini saya juga merupakan donatur Tzu Chi. Kita harus berpikir bahwa kita mendonasikan uang ini untuk membantu orang yang membutuhkan. Kita cukup berpikiran seperti itu. Saya yakin uang yang saya donasikan akan digunakan di tempat yang tepat,”Kita bukan mengharapkan donasinya, melainkan ingin membuka pintu hatinya dan membimbingnya menapaki jalan kebajikan agar dia dapat menanam benih karma baik dan memperoleh buah karma yang baik.

Di dunia ini, kita menggunakan berbagai cara untuk membantu orang yang membutuhkan. Ada banyak kisah kehidupan yang penuh kehangatan. Namun, penderitaan di balik kisah-kisah itu juga tidak sedikit. Bodhisatwa datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Bodhisatwa memang seharusnya terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih bagi orang yang menderita. Pada masa kini, ini disebut sebagai semangat kemanusiaan. Dalam ajaran Buddha, ini disebut sebagai semangat Bodhisatwa. Menapaki Jalan Bodhisatwa dan terjun ke tengah masyarakat, semua itu membutuhkan kekuatan cinta kasih.

Air hujan membantu mengatasi kekeringan di bumi

Bermawas diri, tulus, dan lebih menghargai berkah

Menjangkau semua makhluk yang menderita dan menolong orang yang membutuhkan

Berbagi Dharma dengan sesame setelah melenyapkan penderitaan mereka

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 April 2015

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -