Bersumbangsih dengan Keyakinan yang Teguh dan Cinta Kasih yang Tulus

“Tidak ada yang perlu diragukan. Saya hanya ingin membantu. Yang penting adalah dapat menyelamatkan orang. Jadi, sesungguhnya laporan media massa sama sekali tidak memengaruhi niat kami untuk menyelamatkan orang,” ucap seorang warga.

Para donor mungkin merasa bahwa mereka hanya membangkitkan niat baik yang kecil. Akan tetapi, bagi orang yang benar-benar membutuhkan, yang berada di ambang kematian, dan sudah tidak ada harapan untuk sembuh, para donor merupakan sebersit harapan.Kita telah melihat begitu banyak orang yang bersumbangsih demi menyelamatkan nyawa sesama. Kita juga telah melihat orang yang menderita penyakit bisa hidup hingga kini dengan tubuh yang sehat berkat menerima transplantasi sumsum tulang.

“Saat itu, sesungguhnya saya sudah putus harapan. Saat itu dokter telah mengumumkan bahwa saya sudah seharusnya pulang untuk mempersiapkan pemakaman saya karena kemungkinan saya untuk bertahan hidup sungguh tidak tinggi. Lalu, saya menerima kabar dari Tzu Chi bahwa ada sumsum tulang yang cocok untuk saya. Ini menumbuhkan keyakinan yang sangat besar dalam diri saya. Tanpa bank donor sumsum tulang Tzu Chi yang membuat saya kembali memiliki harapan, saya yakin saya tidak dapat hidup hingga kini,” ucap Lin Chen-jian, resipen donor sumsum tulang.

Sudah puluhan tahun berlalu sejak kita menggalang donor sumsum tulang. Awalnya, kita belum siap mental. Namun, saya terus berpikir bahwa dengan kondisi ekonomi dan standar pengobatan di Taiwan, kita seharusnya memiliki keterampilan untuk melakukan hal ini. Akan tetapi, ke mana kita harus mencari donor sumsum tulang? Mendata donor sumsum tulang sangat tidak mudah. Kita terus mencari tahu dan mendiskusikan hal ini. Namun, dunia medis tidak mendukung hal ini karena dibutuhkan ratusan ribu data, baru bisa menemukan sumsum tulang yang cocok. Ini bukan pekerjaan yang mudah. Saat itu, saya terus memikirkan hal ini. Saya yakin dengan standar pengobatan  dan fasilitas medis di Taiwan. Namun, kita membutuhkan orang yang bersedia menyumbangkan sumsum tulang mereka. Jadi, kita harus membangkitkan tekad yang sangat besar.

Pada pertengahan bulan Oktober 1993, saya menuju Taitung. Berhubung niat untuk menggalang donor sumsum tulang selalu ada dalam pikiran saya, saat berbicara dengan para relawan di Taitung, saya berkata,  “Kini saya memiliki sebuah harapan. Saya merasa dalam misi kesehatan kita, ada satu hal yang harus kita lakukan, tetapi belum bisa kita lakukan.” Para relawan lalu bertanya, “Master, hal apa yang belum bisa kita lakukan?” Saya berkata, “Saya ingin mendirikan bank donor sumsum tulang dan mengimbau orang-orang untuk menyumbangkan sumsum tulang.”

Para relawan di Taitung sangat polos dan konservatif. Banyak di antara mereka yang lebih tua dari saya. Mendengar perkataan saya, mereka tanpa berpikir panjang langsung berkata, “Jika Master ingin melakukannya, lakukan saja.” Setelah meninggalkan Taitung, saya menuju Pingtung. Di sana, saya kembali menyampaikan hal ini. Para relawan di sana juga memberikan jawaban yang sama. Saat saya melanjutkan perjalanan ke Kaohsiung dan kembali menyampaikan niat saya untuk menggalang donor sumsum tulang, para relawan di sana juga memberikan jawaban yang sama.

Pada tanggal 23 Oktober 1993, saya tiba di Taichung. Lalu, saya mulai menyampaikan niat saya untuk mendirikan bank donor sumsum tulang. Kita memiliki banyak relawan di Taichung. Saya menyampaikan hal ini dalam setiap pertemuan dengan para relawan. Dalam setiap pertemuan, mereka menjawab bahwa apa pun yang ingin saya lakukan, lakukan saja. Tim kegiatan lalu berkata kepada saya, “Master, di Gunung Bagua, Changhua, kami akan mengadakan sebuah kegiatan pada besok dan lusa.” “Bolehkah kami menambah satu stan untuk menyosialisasikan donor sumsum tulang?” Jika ada kesempatan, tentu saja saya ingin mereka mencobanya.

Jadi, pada tanggal 24 Oktober 1993, kita mulai menyosialisasikan donor sumsum tulang dalam sebuah kegiatan di Gunung Bagua, Changhua. Hari itu, ada lebih dari 800 orang yang mengikuti pengambilan sampel darah. Dalam perjalanan menuju wilayah utara Taiwan, saya terus menyampaikan niat saya kepada para relawan. Adakalanya, ada lebih dari 3.000 warga yang mengikuti pengambilan sampel darah. Saat itu, insan Tzu Chi menggunakan banyak cara untuk melakukan sosialisasi. Ada anggota Tzu Cheng yang memasang reklame di sepeda motor mereka yang berbunyi,  “Menyumbangkan sumsum tulang untuk menyelamatkan nyawa sesame tanpa merugikan diri sendiri.” Jadi, kita terus mengadakan kegiatan pengambilan sampel darah dari wilayah selatan hingga utara Taiwan.

Kita juga melihat sosialisasi donor sumsum tulang di Xiaoliuqiu yang populasinya tidak banyak, hanya lebih dari 12.000 orang. Di antara mereka, yang memenuhi persyaratan untuk menyumbangkan sumsum tulang hanya sekitar 6.000 orang. Sebagian besar warga setempat adalah lansia yang berusia lebih dari 50 tahun. Jadi, di wilayah tersebut, orang yang dapat menyumbangkan sumsum tulang tidaklah banyak. Namun, insan Tzu Chi setempat tidak menyerah. Mereka tetap mengimbau orang-orang yang usianya di bawah setengah baya. Saya juga sangat berterima kasih kepada klinik setempat yang bersedia membantu kita. Orang-orang di sana juga penuh cinta kasih.

Selain dapat menyelamatkan nyawa sesama, juga tidak merugikan diri sendiri. Bank donor sumsum tulang ini telah menyelamatkan banyak orang. Kabarnya, ada lebih dari 29 negara yang telah menerima sumsum tulang dari Taiwan. Berapa banyak orang yang telah terselamatkan? Lebih dari 3.800 orang. Ini berkat dukungan dari para relawan lansia yang begitu polos. Mereka yakin terhadap keputusan saya. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Dengan dukungan dari mereka, kita pun memutuskan untuk melakukannya.

Misi ini telah berjalan selama 20 tahun lebih. Melihat orang-orang terselamatkan dengan adanya bank donor sumsum tulang, saya sungguh merasa bersyukur. Ini semua berkat begitu banyak orang yang rela bersumbangsih tanpa pamrih dengan cinta kasih yang tulus dan membantu sesame dengan keberanian dan keyakinan. Sumbangsih tanpa pamrih seperti ini sungguh mengagumkan.

 

Singkat kata, di dunia ini, meski melakukan hal yang benar, kita tetap harus menghadapi isu-isu yang tidak sedap. Dalam perjalanan ini, kita menghadapi berbagai rintangan. Selain harus memikul beban yang berat, kita juga menghadapi berbagai rintangan yang tidak enak untuk dikenang kembali. Akan tetapi, saat teringat orang-orang yang terselamatkan, kita merasa sangat gembira.

“Jalinan jodohlah yang membuat saya bisa berada di sini dan masih hidup hingga kini. Ini membuat saya sangat tersentuh. Saya juga berharap pasien-pasien yang kini berada di rumah sakit juga dapat memperoleh bantuan seperti saya. Kini saya masih bisa berada di sini untuk berbagi kisah dan pengalaman saya. Kesan yang paling mendalam adalah pada saat itu, belum ditemukan sumsum tulang yang cocok untuk saya. RS Universitas Nasional Taiwan hanya memberikan data sumsum tulang saya kepada Tzu Chi. Yang membuat saya sangat tersentuh adalah tim pemerhati Tzu Chi segera berkunjung ke rumah saya. Saat itu saya mengira sudah ada sumsum tulang yang cocok untuk saya, ternyata bukan. Mereka datang untuk mencurahkan perhatian, memahami kondisi ekonomi kami, dan membicarakan langkah-langkah yang harus dilakukan. Saat itu Tzu Chi memberikan dana bantuan kepada Bapak Ge sebesar 50.000 dolar NT,” ucap bapak Ge.

Setelah kondisi ekonomi Bapak Ge membaik, dia perlahan-lahan mendonasikan kembali uang tersebut kepada Tzu Chi. Dengan 3 kali donasi, dia mengembalikan dana bantuan yang diterimanya kepada Tzu Chi. “Betul. Terima kasih. Ini karena saat itu, saya memang membutuhkan bantuan. Namun, itu bukan berarti saya selamanya membutuhkan bantuan. Karena itu, saya mendonasikan kembali uang ini untuk orang yang lebih membutuhkan. Terima kasih,” tutur bapak Ge. Semoga setiap orang yang berusia 18 hingga 45 tahun dapat bergabung menjadi donor sumsum tulang agar kekuatan cinta kasih di dunia ini semakin besar dan harapan para pasien semakin tinggi.

Mengenang awal mula misi donor sumsum tulang

Tidak gentar menghadapi kesulitan dalam menyosialisasikan donor sumsum tulang

Tidak menghiraukan isu yang beredar dan tetap teguh pada keyakinan

Tekad terwujud saat pasien terselamatkan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 April 2015

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -