Berterima Kasih dan Bersyukur atas Budi Semua Makhluk

Melewati setiap menit dan detik dengan aman dan tenteram sungguh merupakan suatu berkah. Karena itu, kita hendaknya bersyukur. Kita harus bersyukur setiap waktu atas segala sesuatu di alam ini. Dalam ceramah pagi, saya juga mengulas bahwa kita harus bersyukur atas lima elemen alam. Alam semesta memberikan ruang yang sangat luas kepada kita. Di dalam ruang yang begitu luas ini terdapat empat unsur alam, yakni unsur tanah, unsur air, unsur angin, dan unsur api.

Tanah yang luas inilah yang menopang dan menumbuhkan segala sesuatu. Bukankah segala sesuatu bertumbuh di atas tanah? Di mana manusia hidup? Manusia juga hidup di atas tanah yang luas ini. Selain itu, tanah ini juga menyediakan kebutuhan hidup bagi kita. Dengan adanya tanah, kita bisa menanam tanaman pangan untuk dimakan sehingga bisa bertahan hidup. Selain itu, juga ada pohon, rumput, gunung, sungai, lautan, dan pemandangan-pemandangan indah lainnya. Ini semua bukan hanya sekadar pemandangan untuk kita nikmati keindahannya.

Sesungguhnya, ini semua juga mendukung kehidupan kita. Saat melihat air sungai yang mengalir, kita hendaknya bersyukur. Kita membutuhkan air untuk bertahan hidup. Saat melihat tanaman pangan bertumbuh di tanah, kita juga harus bersyukur. Tanah yang luas ini menyediakan berbagai jenis tumbuhan bagi kebutuhan manusia, bagaimana bisa kita tidak bersyukur? Terlebih lagi terhadap budi semua makhluk. Semua orang di masyarakat dengan keahliannya masing-masing telah membawa manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita sehingga kita tidak kekurangan apa pun.

Namun, janganlah kita mengabaikan kondisi alam. Belakangan ini, Taiwan memang sedang mengalami krisis air. Semua orang hendaknya meningkatkan kewaspadaan dan berusaha mengatasi krisis ini. Semua orang hendaknya saling membimbing untuk dapat menghemat dan mengurangi penggunaan air serta tetap menjaga kebersihan. Bagaimana caranya agar kebersihan tetap terjaga meski kita menghemat air? Ini membutuhkan kerja sama antarmanusia. Jika tidak, keterbatasan persediaan air bagi warga akan ada di depan mata.

Masyarakat masih tidak memperhatikan hal ini. Kita hendaknya meningkatkan kewaspadaan. Dalam keseharian, kita harus berhemat sebisa mungkin. Dalam kondisi genting seperti ini, kita harus menghargai air bagaikan emas. Sungguh, kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari air. Terhadap ketidakselarasan empat unsur alam, kita harus semakin meningkatkan kewaspadaan.

Di bumi ini, banyak warga di negara tertinggal yang hidup menderita. Sepanjang hidup, mereka kekurangan dan mengalami berbagai bencana yang terus terjadi akibat kondisi iklim yang tidak bersahabat. Terlebih lagi, dengan sistem sanitasi yang buruk dan sarana pengobatan yang terbatas, kehidupan para warga dalam lingkungan seperti itu sungguh sangat menderita. Jadi, saat berbalik melihat diri sendiri, lingkungan hidup kita, dan masyarakat kita, kita hendaknya bersyukur satu sama lain. Kita harus menciptakan berkah bagi masyarakat agar setiap orang bisa tenang dan terbebas dari kerisauan. Inilah berkah yang sesungguhnya.

Kemarin pagi, pukul 8 lebih, sepasang bayi kembar siam dari Filipina mulai menjalani operasi. Ada sekitar 30 tenaga medis yang terus berada di dalam ruang operasi hingga sore pukul 2 lebih. Sepasang bayi ini telah berhasil dipisahkan. Saya sungguh sangat gembira. Sungguh, meski bisa terlahir di alam manusia, tetapi belum tentu kita bisa tumbuh besar dengan sehat. Semua itu masih belum pasti. Karena itu, Buddha berkata bahwa kita terlahir dengan membawa benih karma. Ada penyelamat dalam kehidupan kita atau tidak, itu tergantung pada jalinan jodoh kita. Jika ada jalinan jodoh, kita akan bertemu dengan penyelamat kita dan dapat terselamatkan. Ini seperti yang sering kita lihat. Orang-orang yang menderita mendapatkan bantuan dari orang-orang yang membangkitkan cinta kasih.

Kita juga bisa melihat perang saudara di Suriah telah berlangsung genap 4 tahun. Pergolakan masyarakat seperti itu terjadi karena perbedaan pendapat antara satu sama lain atau pikiran manusia yang tidak selaras. Jadi, begitu timbul pergolakan, kondisi menjadi tidak terkontrol. Peperangan selama empat tahun penuh ini membuat warga setempat terus mengungsi ke negara lain. Awalnya, masyarakat setempat sangat harmonis. Namun, kini mereka terpecah belah. Banyak rumah yang hancur dan banyak nyawa yang melayang.

Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi di Turki yang selain membantu kelangsungan hidup para pengungsi dari Suriah, juga berusaha untuk membantu anak-anak mereka agar bisa melanjutkan pendidikan. Warga setempat juga membangkitkan cinta kasih untuk turut memberikan bantuan. Jadi, di tengah penderitaan, kita bisa melihat penyelamat kehidupan yang membantu dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Lihatlah, anak yang begitu menggemaskan juga terpaksa mengungsi ke negara lain.

Anak-anak yang tidak bersalah ini turut menderita akibat kekeruhan dan pergolakan di dunia ini. Singkat kata, mereka telah bertemu penyelamat dalam kehidupan mereka. Bagi mereka, harapan masa depan masih sangat besar. Namun, jika pikiran manusia tidak selaras, maka masa depan yang cerah tidak akan tercapai. Singkat kata, setelah melihat hal-hal yang terjadi di seluruh dunia, kita harus melihat kembali ke dalam diri dan senantiasa waspada. Ini mengingatkan kita untuk mawas diri dan tulus.

Alam menopang dan menumbuhkan segala sesuatu

Berterima kasih dan bersyukur atas budi semua makhluk

Sepasang bayi kembar siam berhasil dipisahkan dan memiliki harapan

Menyalakan pelita yang terang bagi pendidikan

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Maret 2015

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -