Bervegetaris dengan Tulus dan Merasakan Kegembiraaan

Setiap hari kita bisa melihat insan Tzu Chi merekrut Bodhisatwa dunia. Orang yang tekun dan bersemangat menapaki Jalan Bodhisatwa juga sangatlah banyak. Sejak tanggal 1 Oktober hingga tanggal 7 Oktober adalah hari libur panjang di Tiongkok. Karena itu, banyak relawan yang kembali ke Taiwan  untuk mengikuti pelatihan. Dalam waktu satu minggu, kita mengadakan dua gelombang pelatihan. Sesungguhnya, dua gelombang pelatihan itu hanya berselang beberapa hari. Insan Tzu Chi Taipei menyambut hangat para relawan dari Tiongkok dan para relawan dari Tiongkok juga belajar dengan hati yang tulus.

Insan Tzu Chi menyambut mereka dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Insan Tzu Chi Taipei mengatur jalur kunjungan mereka dan menganggap mereka bagai anggota keluara  yang pulang ke rumah.  Sekelompok anggota keluarga kita ini bukan turis yang datang ke Taiwan. Lihatlah setiap gerakan mereka begitu penuh tata krama dan tertib. Meski baru mulai mengikuti pelatihan, tetapi mereka bisa bersikap dengan tertib dan rapi. Mereka menggunakan hati penuh hormat untuk mempelajari tentang Tzu Chi. Insan Tzu Chi di Taiwan juga menggunakan hati yang sangat tulus untuk menyambut kepulangan para anggota keluarga kita.

Demikianlah para relawan Tzu Chi dari Tiongkok dan Taiwan bersama-sama melatih diri dengan tekun di Jalan Bodhisatwa. Saat mendengar mereka berbagi kisah, saya merasa sangat tersentuh. Contohnya Bodhisatwa lansia yang bernama Huixian ini.  Putrinya adalah seorang wanita karier yang sangat sukses. Adakalanya, nada bicara putrinya agak tinggi. Karena itu, di antara ibu dan anak ini sering timbul pertengkaran. Pada bulan Oktober tahun lalu, putrinya juga datang ke Taiwan untuk mengikuti kamp pengusaha. Pada saat itu, dia mendengar saya berkata, “Berbakti berarti patuh pada orang tua.” Putrinya menyimpan kata-kata ini ke dalam hati. Setelah pulang ke Tiongkok, dia mulai bertutur kata dengan lemah lembut hingga suasana keluarganya menjadi berubah.


Kini sepasang ibu dan anak ini sangat saling mengasihi. Putrinya sangat berbakti dan sang ibu juga sangat mengasihi putrinya. Hubungan mereka sungguh penuh dengan kasih sayang. Huixian bahkan menyediakan sebuah tempat di Hangzhou kepada para relawan Tzu Chi untuk mendengar ceramah pagi. Setiap pagi, dia akan datang membuka pintu untuk menyambut para relawan lain datang mendengar ceramah pagi. Dia begitu tekun dan bersemangat. Dia berkata bahwa awalnya, dia sama sekali tak memahami isi ceramah saya. Setelah lebih bersungguh hati, dia mulai memahami 10 persen isi ceramah saya. Setelah lebih bersungguh hati lagi, dia bisa memahami 50 persen isi ceramah saya.

Dia berkata bahwa kini dia berusaha untuk memahami ceramah saya hingga 80 persen. Saya bertanya, “Setelah itu bagaimana?” Dia berkata bahwa dia ingin memahami 100 persen ceramah saya. Meski sudah berusia 70-an tahun, tetapi keteguhan tekad dan ketulusannya sungguh membuat orang tersentuh. Tahun lalu, saat dia datang ke Taiwan, saya mengimbau setiap orang untuk melindungi bumi dengan cara bervegetaris. Dia juga bertekad untuk bervegetaris. Namun, dia tak bisa mengendalikan nafsu makannya. Setiap kali berkumpul dengan teman-temannya, dia selalu ikut orang mengonsumsi daging hewan. Hal ini terus terjadi berulang kali. Seusai makan, dia juga selalu bertobat.


“Saya bertobat sebanyak tiga kali. Saya memiliki seorang cucu berusia 6 tahun. Saya berpikir sebelumnya dia tidak pernah mendengar saya bertobat. Pada saat saya bertobat yang ketiga kali, dia berkata, ‘Nenek, mengapa Nenek selalu bertobat?’ Saya berkata, ‘Karena Nenek berbuat salah, maka harus bertobat.’ Dia berkata, ‘Jika begitu, bukankah Nenek sedang bercanda dengan Bodhisatwa?’,” ujarnya.

Cucunya baru berusia 6 tahun. Anak berusia 6 tahun saja bisa memahami kebenaran, bagaimana boleh Bodhisatwa lansia berusia 70-an tahun tidak paham? Sejak itu, dia langsung mulai bervegetaris. Jadi, yang ditakutkan adalah enggan memperbaiki diri, bukan takut tidak bisa memperbaiki diri. Yang ditakutkan adalah tidak mengetahui kebenaran, bukan takut tidak bisa menyerap Dharma ke dalam hati. Setiap orang harus memanfaatkan kesempatan dengan baik.

Kemarin kita juga mendengar Relawan Huang Nuan berbagi. Dia memiliki kehidupan yang baik, tetapi selalu mengeluh menderita. Dia merasa menderita karena terlalu santai dan tidak punya kegiatan. Saat kalah berjudi, dia merasa menderita. Saat pergi bertamasya, semua tempat terasa sama baginya. hidupnya sangat membosankan. “Lalu, seorang relawan Tzu Chi berkata kepada saya, ‘Kamu datanglah ke Tzu Chi. Kamu terlihat sedih. Kamu harus datang ke Tzu Chi.’ Saya menjawab, ‘Ya. Tzu Chi sangat baik.’ Saya langsung pergi keesokan harinya. Saat pergi ke sana, kakak-kakak Tzu Chi sangat baik kepada saya. Saya merasa sangat gembira. Mereka memanggil saya nenek. Saya sangat gembira karena bahkan cucu saya juga jarang memanggil saya nenek. Saya sangat gembira mendengar mereka memanggil saya nenek. Setiap kali ke posko daur ulang, saya merasa sangat gembira karena semua relawan di Nanjin  memanggil saya nenek. Hari demi hari, perasaan saya jadi berubah. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa sangat gembira. Saya selalu ingin bertemu dengan Master. Harapan saya adalah bertemu dengan Master karena Master telah mengubah pola pikir saya,” tutur Sang Nenek.

Pada kehidupan di dunia ini, saat tidak puas dengan apa yang dimiliki, kita akan merasa menderita. Contohnya Nenek Huang Nuan ini. Sesungguhnya dia memiliki hidup yang baik, tetapi dia selalu mengeluh menderita. Kini, setelah bergabung dengan Tzu Chi dan mulai melakukan daur ulang, dia baru sungguh-sungguh merasakan semua harapannya terpenuhi. Dia merasa puas dengan segala yang dia lakukan. Harapannya adalah bisa bersumbangsih bagi bumi dan umat manusia. Dia merasa sangat gembira karena harapannya telah terpenuhi. Karena hatinya sangat tenang dan teguh, dia bisa merasakan kegembiraan.

Demikianlah kehidupan ini. Kita harus melakukan hal yang sudah seharusnya dilakukan, memiliki hati yang damai,dan melapangkan hati. Selama melakukan sesuatu yang benar, hati kita akan merasa gembira.  Ajaran Buddha sungguh selalu ada dalam keseharian kita.  Kata-kata dalam Sutra mungkin terlihat sangat dalam, tetapi sesungguhnya ajaran Buddha dapat dipraktikkan dalam keseharian. Kita harus bersungguh hati dan memanfaatkan waktu agar bisa memahami lebih banyak kebenaran dan bisa mempraktikkannya secara konkret dalam kehidupan sehari-hari kita. Jadi, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus menjadi Bodhisatwa dunia dan mempraktikkan ajaran Buddha dalam keseharian.

Setiap orang bisa menjadi penyelamat bagi orang lain. Contohnya kamp di Taichung kali ini.  Kamp diadakan di Taichung, lalu berlanjut ke Taipei. Para anggota komite kita di Taichung bekerja keras untuk mempersiapkam kamp itu. Mereka menggunakan hati yang sangat tulus dan penuh cinta kasih untuk berbagi ajaran baik dengan para relawan dari Tiongkok untuk berbagi ajaran baik dengan para relawan dari Tiongkok agar setiap orang bisa kembali dengan pelajaran yang berlimpah. Saat kembali ke Hualien, setiap orang sangat bersukacita. Setiap orang dari mereka adalah sebutir benih. Semoga butir demi butir benih itu bisa tumbuh dan berkembang menjadi tak terhingga.

Relawan dari Tiongkok kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan

Memanfaatkan masa selama libur panjang untuk mengikuti pelatihan

Bervegetaris dengan hati yang tulus

Merasakan kebahagiaan dan mendapatkan banyak pelajaran berharga

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -