Bodhisatwa Membawa Dharma ke Dalam Penjara

Setiap orang hendaknya bertindak sesuai Dharma. Tujuan mempelajari ajaran Buddha adalah memahami makna Dharma yang sesungguhnya. Mempelajari ajaran Buddha bukanlah demi pencapaian pribadi, melainkan memberi manfaat bagi semua makhluk. Selain membawa manfaat bagi diri sendiri, kita juga harus memedulikan semua makhluk. Jadi, memberi manfaat bagi semua makhluk adalah  semangat inti dalam mempelajari ajaran Buddha. Semangat ini tidak dibatasi oleh usia. Lihatlah anak-anak kita. Mereka juga memiliki tekad yang teguh, sangat giat dan juga bersemangat.

Dalam kunjungan ke wilayah barat kali ini, di setiap tempat saya melihat banyak Bodhisatwa cilik. Di Taichung, sekelompok anak menyambut saya di depan pintu masuk Mereka sungguh menggemaskan. Setelah saya masuk, mereka membawa saya ke suatu tempat untuk  melihat catatan ceramah pagi yang mereka buat. Isinya adalah pemahaman yang mereka dapat. Setiap kata-kata saya mereka dengar dan catat dengan sungguh-sungguh. Beberapa dari mereka bahkan menggambar kisah-kisah yang saya ceritakan. Mereka bisa mengambil waktu di sela-sela kesibukan saya. Mereka tidak membiarkan kesempatan berlalu. Mereka mengambil waktu di sela-sela kesibukan saya untuk memperlihatkan catatan mereka agar saya dapat melihatnya lagi. Jadi, saya melihatnya dengan lebih teliti. Tulisan mereka sangat rapi. Kalimat mereka juga sangat baik.

Kemarin saya juga berkunjung ke Aula Jing Si Hualien. Setibanya di sana, mata saya langsung tertuju pada sekelompok Bodhisatwa cilik. Secara alami saya pun mengelus kepala mereka satu per satu. Itulah yang paling membuat mereka gembira. Namun, itu tidak cukup bagi mereka. Mereka menunggu saya hingga siang hari, tepatnya hingga  dua sesi Pemberkahan Akhir Tahun selesai. Saat saya keluar dari tempat acara, mereka sudah berbaris di luar Aula Jing Si. Tangan-tangan kecil anak-anak mulai menggandeng tangan saya. Sesungguhnya, rasanya seperti memegang seikat bacang. Tangan mereka menarik saya menuju Jing Si Books & Cafe.

Di tengah jalan, saya juga melihat sepasang sepatu produksi DA.AI Technology yang berbahan dasar daur ulang botol plastik. Ide dari produk ini bermula saat bencana banjir yang melanda wilayah selatan beberapa tahun lalu. Saat itu, insan Tzu Chi menerjang banjir untuk mengantarkan makanan hangat. Saat itu ada benda tajam yang menembus sepatu seorang relawan hingga menusuk kakinya. Selepas kejadian itu, saya terus mengungkit dan memikirkan cara untuk menjaga keselamatan relawan di lokasi bencana. Kemarin saya melihat sepatu kets produksi DA.AI Technology yang tahan terhadap logam atau benda tajam. Saya melihat bahwa sepatu itu dapat melindungi keselamatan relawan kita. Inilah karya DA.AI Technology yang diproduksi dari daur ulang botol plastik. Melihatnya, saya merasa bersyukur dan berterima kasih atas usaha serta kesungguhan hati para relawan daur ulang.

Setelah berkeliling di gerai DA.AI Technology, anak-anak ini membawa saya ke kantor misi budaya humanis, lalu tiba di Jing Si Books & Cafe. Anak-anak ini lalu mulai memperkenalkan buku-buku saya, buku-buku inspirasi, produk makanan, dan produk ramah lingkungan lainnya. Mereka memandu saya berkeliling. Relawan kita juga menunjukkan catatan orang-orang yang mengikuti ceramah pagi. Saya juga melihat catatan yang dibuat para narapidana. Jalinan jodoh ini terjalin berkat insan Tzu Chi yang mengunjungi mereka seminggu sekali untuk mengadakan bedah buku dan berbagi Dharma lewat kisah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan ajaran Buddha, para relawan menyucikan hati para narapidana. Dengan hati Bodhisatwa yang penuh cinta kasih dan mengandung prinsip kesetaraan, para relawan membimbing para narapidana untuk mendalami Sutra Bakti Seorang Anak dan Sutra Makna Tanpa Batas lewat pementasan. Selain menghafalkan lirik lagu, para relawan juga menjelaskan maknanya sehingga lambat laun Dharma meresap ke dalam hati para narapidana dan menyucikan hati mereka.  Di sana sesungguhnya banyak orang berbakat.

Di ruang ceramah baru di sini, ada sebuah replika Griya Jing Si. Itu adalah karya para narapidana sebagai wujud rasa syukur terhadap Tzu Chi. Mereka tahu bahwa Dharma yang mereka dapat berasal dari tempat ini. Hanya dengan mengacu kepada gambar, mereka membuat replika kecil Griya Jing Si dengan tangan mereka. Seorang sipir mengantarkannya dan menyampaikan bahwa itu adalah karya para narapidana. Beliau juga mengantarkan lukisan. Lukisan dan tulisan para narapidana sungguh sangat indah. Di sana sungguh banyak orang berbakat. Orang-orang berpendidikan pun sangat banyak. Hanya saja, akibat sebersit kegelapan batin, mereka berbuat kesalahan dan harus mendekam di penjara.

Kemarin saya juga melihat bahwa di dalam kegiatan bedah buku mereka, para narapidana menyampaikan pertobatan. Sang sipir juga sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang mengadakan kelas bedah buku  yang berjangka empat bulan per gelombang. Selain itu, di Pingtung, insan Tzu Chi telah mengadakan kelas bedah buku selama empat tahun. Selama dua jam per sesi setiap minggunya, insan Tzu Chi mengadakan kelas bedah buku dan latihan pementasan adaptasi Sutra. Ketahuilah bahwa mereka yang ikut pementasan harus bervegetaris.

Di antara para narapidana itu, ada salah seorang yang menyampaikan bahwa dia dapat memahami kesalahan masa lalunya sejak mengikuti kelas tersebut. Meski masa hukumannya masih tersisa sekitar 20 tahun, tetapi dia bertekad untuk menjadikan hari-harinya di penjara sebagai sarana pelatihan diri. Saya juga berharap dia dapat memegang teguh tekadnya itu. Semoga perubahan dirinya dapat mempersingkat masa hukumannya. Setelah keluar dari penjara, saya percaya dia akan menjadi orang yang berbudi baik. Banyak narapidana yang berubah setelah keluar dari penjara dan dapat memulai kehidupan yang baik.

Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi yang bagaikan Bodhisatwa Ksitigarbha yang berikrar tidak akan mencapai kebuddhaan sebelum neraka kosong. Para insan Tzu Chi juga terus membimbing para narapidana dan tidak akan berhenti hingga penjara kosong. Mereka terus mengadakan kelas bedah buku gelombang demi gelombang. Singkat kata, akibat sebersit kegelapan batin, dapat tercipta segala karma buruk yang membawa penderitaan.  Karena itu, kita semua harus mawas diri dan tulus.

 

Bodhisatwa cilik menghirup keharuman Dharma

Merenungkan Dharma dan menghargai sumber daya

Menggarap ladang batin, mengubah kegelapan menjadi kesadaran

Menyerap Dharma lewat pementasan adaptasi Sutra

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 08 Februari 2015

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -