Ceramah Master Cheng Yen: Basuhan Air Dharma Membersihkan Noda Batin
Hati saya dipenuhi sukacita dalam Dharma. Setiap orang bisa menjadi makhluk agung dengan membangkitkan niat untuk membimbing orang-orang serta menyebarkan hal baik dan tutur kata baik. Inilah arah tujuan Bodhisatwa dunia. Setelah melatih diri dan mencapai pencerahan, pikiran pertama yang muncul dalam benak Buddha ialah, "Menakjubkan sekali, menakjubkan sekali. Semua makhluk memiliki kebijaksanaan dan hakikat yang sama dengan Buddha."
Kita semua memiliki kebijaksanaan yang setara dengan Buddha. Karena itulah, dikatakan bahwa sifat hakiki manusia ialah bajik. Kebajikan yang murni tanpa noda berasal dari cinta kasih berkesadaran. Pada hakikatnya, ini dimiliki oleh setiap orang. Hakikat kebajikan ini terus diwariskan dari waktu ke waktu. Hanya saja, kita tidak menyadarinya. Hakikat kebajikan ini sudah lama ada, bukan baru ada setelah Buddha datang ke dunia. Kita hanya tidak menyadarinya. Jadi, berbuat baik ialah naluri dan kewajiban setiap orang.
Kita tidak terpikir bahwa itu adalah kekuatan untuk menyucikan hati manusia karena tidak pernah dipromosikan secara khusus. Sesungguhnya, semua orang berbuat baik, tetapi tidak ada jalinan jodoh istimewa untuk secara khusus mempromosikan tutur kata baik dan hal baik. Bukankah kalian juga demikian? Kalian mengajak orang-orang untuk mengikuti kegiatan bedah buku kalian. Apa yang saya katakan, itulah yang kalian lakukan. Setelah kalian melakukannya, jalinan kasih sayang antarmanusia pun makin panjang.

Demi kegiatan bedah buku, dibentuk berbagai grup atau tim untuk terus-menerus menyebarkan kebajikan. Air tidak berasa. Kita berharap orang-orang meminum lebih banyak air. Namun, ada sebagian orang yang tidak bisa meminum air yang hambar. Karena itulah, orang-orang menambahkan rasa manis, rasa asam, atau rasa lainnya sesuai selera.
Air tidak berasa, tetapi sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan prinsip yang sama, kita selalu membimbing orang-orang dengan Dharma. Begitu jalinan jodoh matang, kita membimbing orang-orang menuju arah yang bajik dengan menyebarkan Dharma. Bukankah ini yang kita lakukan sekarang? Intinya, terlahir di dunia ini, kita hendaknya berpikir bahwa kita datang demi satu tujuan utama, yaitu membalas budi luhur orang tua, guru, dan semua makhluk yang memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun bersama kita. Karena itulah, saya sering bersyukur kepada kalian.
Apa pun yang kalian lakukan, saya selalu mengungkapkan rasa syukur saya, terlebih saat mendengar kalian merespons kegiatan bazar amal. Saya juga bersyukur atas kerajinan tangan ini dan para relawan yang telah menjahitnya dengan penuh cinta kasih. Butir demi butir manik-manik dirangkai dengan seutas tali. Dengan prinsip yang sama, kata-kata yang sama bisa mendatangkan dampak yang berbeda setelah dirangkai menjadi satu.

Hati orang tua, Buddha, dan Bodhisatwa, semuanya sama, yaitu ingin memberikan ajaran. Jika kita bertutur kata lembut, orang yang mendengarkan akan merasa manis dan penuh perhatian. Mereka akan senantiasa mengingat kata-kata kita dan cinta kasih mereka akan terbangkitkan. Jika kita bertutur kata buruk, mereka juga akan senantiasa mengingatnya, tetapi yang terbangkitkan ialah kebencian yang dapat menimbulkan kekacauan di masyarakat. Tutur kata baik dapat mewujudkan keharmonisan masyarakat. Inilah perbedaan tutur kata baik dan buruk.
Tutur kata buruk menimbulkan kekacauan di masyarakat, sedangkan tutur kata baik membawa keharmonisan di tengah masyarakat. Ada banyak metode yang bisa digunakan. Contohnya, tali ponsel ini. Kalian "menarik prinsip kebenaran". Kalian menggunakan ponsel kalian untuk membagikan tutur kata baik atau Dharma. Ponsel itu begitu kecil. Dengan memegang dan mengetuk layarnya, kalian dapat membagikan kata-kata yang tak terhingga, termasuk prinsip kebenaran alam semesta. Jadi, ada berbagai metode.

Ponsel kalian telah dipasangi tali ponsel yang begitu kokoh. Ponsel kalian memiliki tanggung jawab besar dan kalian harus memikulnya dengan baik. Di Jalan Bodhisatwa, kalian harus memikul bakul beras bagi dunia dengan baik. Ini disebut memikul bakul beras atau menarik santapan Dharma. Kita sungguh harus memanfaatkan ponsel kita untuk menyebarkan kebajikan. Kita harus menyimpan kata-kata baik dalam ponsel kita agar dapat menyebarkannya kapan pun.
Melihat kalian dan kerajinan tangan di sini, saya merasa sukacita. Semua ini merupakan Dharma. Singkat kata, tetes demi tetes cinta kasih kalian telah memenuhi guci. Tetes demi tetes air dapat memenuhi guci seiring waktu. Inilah air Dharma yang murni tanpa noda dan dapat membawa manfaat bagi semua makhluk. Jadi, mari kita menggenggam waktu untuk mengikuti kegiatan bedah buku daring. Awan cinta kasih dan welas asih yang bersatu akan mendatangkan air hujan yang membawa manfaat bagi semua makhluk. Saya mendoakan kalian.
Kegiatan bedah buku daring menyebarkan kebenaran
Memikul santapan Dharma dengan hati yang bijaksana dan tangan yang terampil
Basuhan air Dharma membersihkan noda batin
Membawa manfaat bagi semua makhluk dengan cinta kasih berkesadaran
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 20 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 22 Agustus 2025