Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama Menyelesaikan Misi dalam Membantu Korban Bencana
“Hari ini, kami mengadakan kegiatan doa bersama di lobi rumah sakit untuk mendoakan para korban bencana Topan Danas dan menggalang cinta kasih. Melihat begitu banyak orang berkumpul dan menunjukkan cinta kasih mereka, saya merasa sangat tersentuh. Namun, ini hanyalah permulaan. Kami akan terus melanjutkan penggalangan cinta kasih demi menghimpun niat baik semua orang,” kata Zhao You-cheng, Kepala RS Tzu Chi Taipei.
“Semoga hati manusia tersucikan, masyarakat harmonis, dan dunia terbebas dari bencana serta penderitaan.”
“Di sini, kami berdoa dengan hati yang tulus dan berharap para korban bencana bisa segera melewati masa sulit ini. Semoga mereka dapat bangkit dari luka batin, bahkan membantu satu sama lain dengan cinta kasih dan welas asih,” kata Lin Xin-rong, Kepala RS Tzu Chi Hualien.
“Staf rumah sakit dan para relawan dari wilayah Taichung, Changhua, Nantou, dan sekitarnya berkumpul untuk menghimpun cinta kasih. Semua dana yang terkumpul akan kami donasikan untuk membantu warga yang terdampak bencana kali ini,” kata Hu Jin-zhong, Kepala Departemen Budaya Humanis RS Tzu Chi.
“Kami ingin agar para relawan di daerah bencana merasakan adanya dukungan besar dari belakang. Oleh karena itu, hari ini, kami mengadakan pasar cinta kasih. Dunia memang penuh dengan penderitaan, tetapi yang terpenting ialah kita masih bisa melihat harapan. Semua ini dimungkinkan karena adanya Tzu Chi dan kesatuan hati semua warga,” kata Jian Shou-xin, Kepala RS Tzu Chi Taichung.
Saya yakin jika hati semua orang tersucikan, dunia pasti akan damai dan harmonis. Penderitaan timbul karena begitu banyak orang membawa kebiasaan buruk dalam diri. Pada dasarnya, hati setiap orang itu baik, hanya saja tertutup oleh kebiasaan yang tidak baik. Kebiasaan seperti itu muncul akibat keakuan. Setiap orang memiliki keakuan, bahkan dalam hal-hal kecil pun muncul ego yang besar. Padahal, kekuatan manusia tidak mungkin bisa menandingi kekuatan alam. Namun, banyak orang berpikir bahwa kekuatan manusia pasti bisa mengalahkan alam. Itu semua adalah kesombongan. Tidak mungkin bisa.


Banyak orang tidak mampu menyadari betapa kecil dirinya. Oleh karena itu, timbullah konflik antarmanusia dan benturan antarkebiasaan sehingga tidak ada yang mau mengalah. Bayangkan, meski berada di jalan yang lebar, 2 orang tetap bisa bertabrakan karena tidak mau mengalah. Padahal, jalan di sebelahnya masih lebar. Saat satu orang berjalan di sini, satu lagi di sini, mereka akan bertemu di tengah. Ketika tidak ada yang mau mengalah sedikit pun, keduanya akan bertabrakan dan tabrakan itu menyakitkan kedua belah pihak. Inilah gambaran sikap mental manusia yang menyebabkan kekacauan dunia.
Saat ini, kita dapat melihat gejolak hati manusia di dunia. Perselisihan dan peperangan terjadi di mana-mana. Sesungguhnya, meski bencana banjir membuat banyak orang kehilangan tempat tinggal atau bencana gempa bumi menghancurkan rumah dan keluarga dalam sekejap, tetapi itu semua adalah bencana alam. Dahulu, kita pernah mengalami penderitaan ini. Taiwan pernah mengalami Topan Morakot dan Gempa 921. Dalam setiap bencana, Tzu Chi selalu hadir dan menjalankan misi bantuan hingga akhir sampai kehidupan para korban stabil.
Hendaknya kita menginventarisasi semua yang pernah dilakukan. Kita memang sering berkata, "Kita harus mengecilkan ego," tetapi ketika semua orang bersatu dalam misi yang sama, kekuatan itu sungguh membawa manfaat bagi Taiwan. Saat ini, misi budaya humanis juga harus memikul tanggung jawab. Ini disebut dengan sejarah. Ketika bencana alam terjadi, berapa banyak penderitaan yang timbul? Berapa banyak cinta kasih yang dicurahkan? Bagaimana orang-orang berkontribusi? Semua sejarah ini harus ditelusuri dan dicatat.
Hendaknya kita tidak melupakan suatu kejadian, seseorang, ataupun hal-hal di masa lalu. Apa yang kita lakukan hari ini juga menjadi cerminan untuk dunia. Jika bisa ditayangkan di Da Ai TV, dunia pun bisa menyaksikannya.


“Hal yang paling penting ialah mereka dapat merasa ada yang mendampingi dan membantu. Mereka kehilangan segalanya dan sangat sulit untuk bisa bangkit Kembali,” kata Maria Teresa, relawan Caritas.
“Jika ke depannya saya bisa turut membantu orang lain, rasanya sungguh hangat. Pemberian mereka seperti sebuah hadiah bagi kami. Saya juga bisa menyumbangkan kekuatan bagi orang lain,” kata Romon, korban bencana.
“Melihat kalian datang membantu saya, saya juga ingin turut membantu. Untuk itu, saya datang ke sini. Setidaknya, saya bisa bantu menerjemahkan supaya komunikasi lebih lancer,” kata Jose Manuel, relawan Tzu Chi Spanyol.
“Hari ini, saya membantu korban bencana yang tak leluasa bergerak, membagikan kartu bantuan, dan menerjemahkan serta menjelaskan kegunaan kartu itu,” kata Peng Yu-fang, relawan Tzu Chi Spanyol.
“Menurut saya, membantu orang lain sama seperti menjalankan sebuah profesi. Hasil yang saya dapat bukanlah uang, melainkan ketenangan batin,” kata Monza, relawan Tzu Chi Spanyol.
Hal baik harus terus kita sebarkan. Jika kita bisa melakukannya, orang lain juga pasti bisa. Jika orang lain bisa, kita tentu lebih bisa. Kebaikan seperti ini harus menjadi teladan bagi dunia. Jadi, tayangkanlah semua kebaikan di Da Ai TV. Jika bukan kita, siapa yang akan menyuarakannya? Tentu kita bukan hanya menyuarakan apa yang kita lakukan, melainkan juga menyuarakan segala hal baik di dunia.
Ketika bencana terjadi, kita harus menayangkannya agar semua orang tahu dan bisa membangkitkan ketulusan dan mawas diri. Bagaimana cara mawas diri dan tulus? Melalui tindakan kita. Apa yang dilakukan bersama-sama, harus kita sebarkan dan tayangkan dengan ketulusan.


Menggalakkan vegetarisme sangatlah penting. Saya sangat bersyukur karena kalian berpikir tentang bagaimana cara menggalakkan vegetarisme. Terlebih lagi, kita harus menganalisis bagaimana satu suapan dapat memberikan nutrisi. Tidak harus membunuh makhluk hidup hanya untuk memberi nutrisi bagi tubuh kita. Hendaknya kita mempromosikan manfaat biji-bijian dan tanaman pangan. Kita harus mengajak orang-orang untuk memahami bagaimana menanamnya dan jenis tanaman apa yang bermanfaat bagi manusia.
Jika kita memiliki latar pendidikan tentang ini atau memahami tentang gizi, kita dapat menelusuri sampai ke akarnya, lalu membagikannya kepada semua orang secara jelas. Saya sungguh berharap jika kita pernah melakukan sesuatu yang membuat kita sendiri tersentuh, sampaikanlah kepada orang lain sehingga mereka pun bisa terinspirasi untuk melakukan hal yang sama dengan kita. Tentu saja, apa yang kita lakukan dapat menyentuh orang lain. Hendaknya kita melakukan hal-hal yang dapat menyentuh orang setiap hari. Setelah melakukannya, jangan lupa untuk mencatat dan mendokumentasikannya.
Saat ini, teknologi sudah berkembang dengan pesat. Jadi, teruslah sebarkan hal-hal yang menyentuh hati. Setelah kita menyampaikannya kepada orang lain, kita bisa berkata, "Dahulu, saya pernah menceritakan hal ini dan hingga kini rekamannya masih ada." Inilah yang disebut dengan ketulusan, yaitu sesuatu yang terus ada dalam kehidupan kita, kecuali jika hidup kita telah berakhir.
Namun, selama kita masih bisa membagikannya, itu berarti hidup kita masih berjalan. Inilah yang disebut jiwa kebijaksanaan. Jiwa kebijaksanaan akan ada selamanya. Kehidupan fisik memang terbatas dan ada akhirnya, tetapi saya berharap bahwa semua orang bisa meninggalkan jiwa kebijaksanaan yang abadi.
Tetes demi tetes sumbangsih menghimpun cinta kasih agung
Bekerja sama menyelesaikan misi dalam membantu korban bencana
Menyebarkan kebajikan dan keindahan serta membimbing ke arah pikiran yang benar
Kehidupan fisik ada batasnya, tetapi jiwa kebijaksanaan abadi
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 01 Agustus 2025