Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama untuk Membawa Keharmonisan bagi Indonesia

Peringatan ultah Tzu Chi Indonesia ke-25, acaranya sangat banyak dan sangat berhasil. Relawan di sana telah membawa kedamaian bagi masyarakat. Kita tahu bahwa 25 tahun yang lalu, beberapa ibu rumah tangga dari Taiwan mengikuti suami mereka pergi ke Indonesia. Saya berkata kepada mereka, "Berpijak di tanah Indonesia, bernaung di langit Indonesia, kalian harus berkontribusi bagi masyarakat setempat." Mereka telah mendengarkan perkataan saya.


Saya hanya mengucapkannya dengan ringan, tetapi beberapa ibu rumah tangga itu mulai selangkah demi selangkah menjalankan misi Tzu Chi di Indonesia. Saya ingat bahwa saya hanya mengucapkannya dengan ringan, tetapi mereka benar-benar mempraktikkannya. Mereka terus bersumbangsih baik di kota-kota maupun desa-desa. Hingga kini, mereka sudah menginspirasi banyak orang untuk bersumbangsih bagaikan Bodhisatwa Berlengan Seribu.

Di antara mereka, ada seorang sekretaris pribadi dari pengusaha setempat yang sangat mendedikasikan diri dalam barisan Bodhisatwa Tzu Chi. Ketika melihat orang-orang yang kesulitan, Chia Wen Yue yang merupakan sekretaris dari pemilik Grup Sinar Mas berkata, "Setelah pulang, saya akan menggalang dana dari bos saya. Bosnya adalah orang yang sangat baik hati dan gemar berdana.”

Bosnya juga berkata, "Jika Anda ingin menjalankan Tzu Chi, Anda boleh menggunakan waktu yang ada untuk melakukannya. Jika membutuhkan sesuatu, Anda katakan saja pada saya." Begitulah Tzu Chi mulai menjalin jodoh berkah di Indonesia. Dua puluh tahun yang lalu, tepatnya tahun 1998, Tzu Chi mulai mengadakan pembagian bantuan berskala besar. Saya sangat berterima kasih.

“Saat kami membagikan 50.000 ton beras, Pak Franky bersama lebih dari 5.000 karyawannya turut berpartisipasi dalam pembagian beras. Pembagian beras bukan hanya dilakukan sekali saja, melainkan dari tahun 2003 hingga 2007. Saat kami mengadakan pembagian beras berskala besar, suatu hari, Bapak Eka Tjipta Widjaja memanggil saya dan berkata, "Franky setiap hari berangkat pukul 6.30 pagi untuk melakukan pembagian beras dan pukul 9.30 malam baru pulang. Ibu dan istrinya sudah merasa tak senang. Anda beri tahu dia tentang ini. Selain itu, juga tak enak hati terhadap saudara-saudaranya.” Lalu, Pak Franky berkata, "Saat bekerja, saya juga memiliki tekanan dan saat menghadapi para investor, saya juga memiliki tekanan. Saudara-saudara saya sangat suka olahraga, sedangkan saya tak punya hobi, saya hanya suka menjalankan Tzu Chi. Saya hanya bisa menjalankan Tzu Chi untuk menyeimbangkan kehidupan saya." Saya pun segera ke tempat Bapak Eka Tjipta Widjaja untuk menyampaikannya. Setelah mendengarnya, dengan wajah yang penuh welas asih, Bapak Eka Tjipta Widjaja berkata, "Ya, sudahlah Insan Tzu Chi Indonesia”,” kata Chia Wen Yue, Relawan Tzu Chi.


Bapak Franky Oesman Widjaja  dari Grup Sinar Mas, menjalin jodoh baik yang sangat dalam dengan saya. Pertama kali Bapak Franky Oesman Widjaja  bertemu dengan saya, disaksikan oleh ayahnya, beliau menyatakan berguru kepada saya. Beliau selalu mengingat perkataan saya padanya.

“Pak Franky menerapkan semangat Tzu Chi di dalam perusahaannya. Mereka memiliki 33 Xieli dengan total lebih dari 5.000 relawan dan lebih dari 1 juta donatur. Mereka juga membangun sekolah di daerah perkebunan. Rencananya, tahun ini akan mencapai 35 sekolah dan tahun depan mencapai 100 sekolah,” ujar Chia Wen Yue.

“Pada tahun 1998, saya membangun ikrar kepada Master untuk menggalang donatur, sekarang akhirnya bisa ditepati. Tahun ini kurang lebih bisa mencapai 1.173.000 donatur. Salah satu manajer perusahaan kami juga membangun ikrar dengan sangat berani dan mengatakan bahwa tak lama lagi kami akan mencapai 2 juta donatur,” tambahnya.

Saya hanya mengucapkannya dengan ringan, tetapi beliau benar-benar mempraktikkannya. Kini, donaturnya sudah lebih dari 1,1 juta dan terus bertambah. Di perusahaannya, ada divisi khusus dengan puluhan orang yang digaji untuk menjalankan Tzu Chi. Apa yang dilakukan orang-orang tersebut? Mereka merencanakan dan mencari tahu cara untuk membantu orang yang kurang mampu.

Selain itu, masih ada Bapak Sugianto Kusuma. Awalnya, saya bertanya,"Bisakah Anda membersihkan Kali Angke dan memulihkannya seperti kondisi semula serta merelokasi mereka yang tinggal di bantaran Kali Angke?" "Kita membangun rumah untuk mereka dan lokasinya jangan terlalu jauh dari kota sehingga mereka dapat berjalan kaki untuk menjalankan usaha mereka. Tanahnya tak boleh terlalu kecil, harus di atas 10 hektare. Bisakah Anda berkomunikasi dengan Gubernur?" Beliau menjawab, "Baik, Tidak masalah."

“Pertama kali saya bergabung dengan Tzu Chi, Master memberi arahan yang sangat jelas. Master ingin "menenteramkan raga", yaitu memberi mereka tempat tinggal yang aman. Kedua, mereka dapat hidup lebih layak serta dapat memiliki pekerjaan. Ketiga, para orang tua dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Inilah "menenteramkan jiwa". Selain 3 poin itu, Master berkata, "Saya ingin Anda membuat sebuah model perumahan. Jadi, kami pun mendengarkan perkataan Master dan mencari tahu bagaimana melakukannya. Perlahan-lahan dan selangkah demi selangkah, kami menyelesaikannya. Saya sangat mengagumi kakak-kakak yang begitu sabar mendampingi warga hingga hari ini. Itu bukanlah suatu hal yang mudah,” kata Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia.


Mereka telah membangun dua Perumahan Cinta Kasih. Semua diwujudkan dalam 20 tahun yang singkat. Tahun ini merupakan tahun ke-25. Para pengusaha setempat sangat berpengaruh dalam semua pembangunan itu. Apa yang mereka capai dalam 20 tahun sama dengan yang saya capai dalam 50 tahun. Kekuatan para pengusaha ini sangat besar. Dibutuhkan kekuatan seperti ini untuk bekerja sama membawa manfaat bagi masyarakat dalam jangka panjang.

Dari video yang mereka kirimkan, saya bisa melihat bahwa setelah relawan memberikan bantuan, para penerima bantuan selalu akan berkata, "Terima kasih, Master." Saya memberi tahu para relawan,

"Setiap kali mendengar atau melihat video seperti itu, sesungguhnya kalianlah "master" atau insan yang berkebajikan unggul. Kalianlah yang telah membantu mereka dan menenangkan hati mereka." Jika tak ada orang dengan kebajikan unggul seperti kalian, bagaimana mungkin semua itu bisa terwujud?

Kalian adalah orang baik. Bodhisatwa sekalian, seperti itulah kita bekerja sama menjalankan misi Tzu Chi. Saya hanya mengucapkannya dengan ringan, tetapi relawan di Indonesia benar-benar mempraktikkannya. Karena itu, masyarakat di Indonesia bisa hidup dengan harmonis. Para pengusaha itu melepaskan ego mereka. Mereka tak memikirkan kepentingan pribadi, tak perhitungan dengan apa yang telah mereka lakukan, dan tak ada perselisihan di antara mereka. Mereka bersama-sama bersumbangsih tanpa pamrih demi tujuan bersama.

Kita harus memperluas hati kita dan merangkul semua yang ada di alam semesta. Jika orang-orang tak memiliki keakuan, maka bisa bersama-sama mewujudkan kebaikan dan tujuan bersama. Demi semua makhluk di dunia, Buddha mengajarkan kepada kita praktik Bodhisatwa. Jadi, saya berharap semua orang memahami lebih dalam cara menjalankan kebajikan. Praktik Bodhisatwa para relawan ini lebih nyata dari kisah-kisah di dalam kitab. Semoga kalian semua lebih bersungguh hati setiap saat.

Mempraktikkan ajaran Master dengan sungguh-sungguh

Melindungi Indonesia dengan penuh welas asih

Menghimpun kekuatan orang-orang berkebajikan unggul

Bekerja sama dengan harmonis untuk membawa manfaat bagi masyarakat

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 8 Oktober 2018

 

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -