Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama Untuk Memberi Bantuan dan Melindungi Bumi

 

Kini, seluruh dunia tengah menghadapi kondisi iklim yang tidak selaras dan ekstrem. Bulan Desember tahun lalu, digelar Konferensi Perubahan Iklim di Paris untuk membahas kondisi iklim yang ekstrem dan banyaknya bencana yang terjadi. Selama periode itu, banyak orang memperhatikan hal ini.

Kita juga mendengar hasil prediksi para ilmuwan bahwa di tahun 2016 ini fenomena El Nino akan semakin menguat. Seorang fisikawan asal Amerika Serikat juga memberi tahu saya tentang ini. Selama pertemuan itu, kami juga mengulas tentang sains dan ajaran Buddha. Beliau menjawab, “Filosofi sains bersumber dari ajaran Buddha.” Saya berkata padanya bahwa saya selalu sangat menghormati sains. Saya menghormati sains karena ia dapat membuktikan ajaran Buddha. Jadi, saya mengakui pentingnya sains dan sangat menghormatinya.

Akan tetapi, kita tidak boleh tidak mengakui ajaran Buddha karena ajaran Buddha membimbing setiap orang menuju kebajikan dan menyadarkan setiap orang untuk membangkitkan sifat hakiki di dalam hati. Meski sains dapat memprediksi bencana secara akurat, tetapi kekuatan manusia tak dapat mengalahkan alam. Sains dapat memprediksi bencana kekeringan, banjir, badai, gempa, dan lain-lain. Saat bencana-bencana itu terjadi, manusia tak dapat menghindar darinya. Saat bencana terjadi, apa yang harus dilakukan? Kita membutuhkan bantuan orang yang baik hati dan organisasi kemanusiaan.

Ajaran Buddha membimbing kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang ini. Saat ada orang membutuhkan bantuan, kita dapat menghimpun cinta kasih, lalu mengantarkannya kepada orang yang paling membutuhkan agar orang-orang itu dapat hidup tenteram dan tenang. Semua organisasi kemanusiaan dan agama memiliki cinta kasih yang sama. Bagaimana cara kita memperbaiki kondisi Bumi sekarang?

Saat Konferensi Perubahan Iklim, selain sepakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, setiap orang juga setuju dengan praktik daur ulang. Kita harus mengajak orang-orang untuk ikut melestarikan lingkungan. Di sana, kita memutar video tentang kegiatan daur ulang di Taiwan. Banyak orang berkata bahwa mereka juga sangat mementingkan pelestarian lingkungan dan mendukung kegiatan daur ulang. Namun, untuk melakukan seperti yang dilakukan di Taiwan, mereka berkata bahwa mereka tidak sanggup.

Saat mendapat kabar ini, saya merasa bahwa tanggung jawab kita semakin berat. Kita harus lebih bersungguh hati untuk mensosialisasikan cara kita melakukan daur ulang ke seluruh dunia. Kita harus berbagi cara memilah dan mendaur ulang botol plastik hingga menjadi barang yang berguna. Ini membutuhkan kesungguhan hati.

Melalui kegiatan daur ulang, kita dapat menggunakan kembali barang yang masih dapat digunakan. Melalui proses daur ulang, suatu barang dapat diolah kembali menjadi barang yang bermanfaat dan dapat dipergunakan kembali. Dengan demikian, kita tidak perlu terus menyedot minyak bumi sehingga kita dapat menyimpan sumber daya alam untuk generasi penerus. Sumber daya alam di bumi bersifat terbatas. Intinya, setiap orang harus punya kesadaran untuk menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Selain mengetahuinya, kita juga harus menyadari dan mempraktikkannya bersama. Kita semua harus melakukan tindakan nyata.

Kita dapat melihat Boyan Slat, seorang anak muda asal Belanda yang berusaha untuk membersihkan sampah di permukaan laut. Dia telah mulai menciptakan sebuah alat yang dapat menyaring sampah di permukaan laut. Ini adalah harapannya. Inilah perwujudan cinta kasihnya terhadap alam.

Kita juga melihat sepasang kakak beradik di Xiamen, Tiongkok yang menderita penyakit langka. Mereka telah mencari pengobatan ke mana-mana. Banyak dokter yang menyarankan mereka untuk mengamputasi kaki. Penyebab penyakit mereka juga tak diketahui. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Ditambah lagi, mereka sudah mengalami stroke di usia muda. Banyak dokter setempat yang menyarankan mereka untuk menjalani amputasi karena tidak ada cara pengobatan lain. Untungnya, mereka bertemu dengan sang penyelamat hidup.

 Saat dr. Lin dan dr. Chen Ing-ho berangkat ke Xiamen untuk menjenguk pasien yang pernah menjalani pengobatan di Hualien, mereka bertemu dengan kakak beradik dari keluarga Su asal Provinsi Fujian, Tiongkok yang menderita sakit di bagian kaki selama belasan tahun. Kemudian dr. Lin dan dr. Chen Ing-ho memutuskan untuk membawa mereka ke Taiwan. Relawan Tzu Chi di Xiamen juga meneruskan estafet cinta kasih ini. Sejak kasus ini ditemukan, mereka terus pergi melakukan kunjungan kasih.

Bulan lalu, kedua kakak beradik ini datang ke rumah sakit kita di Taipei. Dr. Wu pun menerima kasus ini dan mulai memberikan pengobatan. Selain menemukan penyebab penyakit mereka, dr. Wu juga berhasil melancarkan pembuluh darah di kaki mereka. Setelah itu, mereka pun pulih dengan cepat. Kemarin, mereka telah keluar rumah sakit. Yang membuat saya sangat tersentuh adalah melihat relawan Tzu Chi di Xiamen yang pergi ke rumah mereka untuk membantu membersihkan rumah. Relawan Tzu Chi di Xiamen dan Taiwan bekerja sama mencurahkan cinta kasih.

Relawan kita juga membantu memasang saluran Da Ai TV  agar mereka dapat lebih mengetahui hal-hal yang tengah terjadi di dunia dan memahami kontribusi Tzu Chi di seluruh dunia. Saat jalinan jodoh matang, sang penyelamat muncul dalam hidup mereka untuk memberi bantuan yang dibutuhkan. Saat meninggalkan Xiamen, sang adik berkata, “Kami akan pulang dengan tersenyum.” Sungguh, mereka telah pulang dengan tersenyum. Saat pulang, rumah mereka telah dibersihkan. Yang terpenting adalah kesehatan mereka telah pulih. Kehidupan mereka telah berubah dari kegelapan menjadi penuh harapan. Saya turut bergembira untuk mereka. Dalam menyambut Tahun Baru Imlek ini, mereka akan memulai kehidupan yang baru. Inilah doa kita untuk mereka.

Memperhatikan bencana yang terjadi silih berganti di dunia

Mensosialisasikan kegiatan daur ulang ke seluruh dunia

Seorang anak muda asal Belanda menciptakan alat pembersih sampah laut

Dokter humanis melenyapkan penderitaan dan mengobati penyakit pasien

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Februari 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 7 Februari 2016

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -