Ceramah Master Cheng Yen: Belajar dan Sadar dengan Bersumbangsih secara Nyata
“Saya pernah seperti anak dalam Perumpamaan Anak Miskin yang tidak mengenali ayah sendiri. Kini, saya telah kembali. Saya mengingatkan diri sendiri bahwa saya harus mengemban tanggung jawab dan Griya Jing Si adalah tempat perlindungan saya. Kita harus meneruskan silsilah Dharma Jing Si dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi. Kita harus mengemban misi dan tanggung jawab agar Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi,” kata Guo En-pu, Qingxiushi.
“Master berkata bahwa kita mewakili citra praktisi Buddhis dan ini adalah misi kita. Sumbangsih kita harus bisa dilihat, didengar, dan dirasakan oleh orang-orang dan kita harus sering berinteraksi dengan masyarakat. Kita tahu bahwa masih ada banyak orang yang memiliki jalinan jodoh dan tekad tengah menanti kita. Mungkin jalinan jodoh mereka belum matang, tetapi kita akan berusaha untuk mematangkannya. Mereka mungkin berada di negara yang berbeda dan berbicara dengan bahasa yang berbeda. Master, kami akan menemukan para Qingxiushi yang belum Kembali,” kata Huang Si Hao, Qingxiushi.
“Qingxiushi Griya Jing Si generasi pertama berikrar dengan hati tertulus. Menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk, saya bersedia. Mengemban misi internasional dan meneruskan silsilah Dharma, saya bersedia. Mari kita bersama-sama menemukan Qingxiushi yang belum kembali. Saya bersedia. Terima kasih, Master.”
Saya bersyukur para Qingxiushi dapat membangkitkan tekad seperti ini. Selain itu, kalian juga menjalankan misi di tengah masyarakat dengan semangat monastik. Jadi, sama seperti kaum monastik, kalian juga melepaskan ikatan dengan keluarga dan orang yang dikasihi. Dengan hati yang murni seperti anak-anak, kita belajar menapaki Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa harus ditapaki dari kehidupan ke kehidupan.

Kini, kita harus terus maju sedikit demi sedikit agar bisa tersadarkan dan melihat kebenaran. Kita harus melakukannya selama berbagai kehidupan, baru bisa melihat kebenaran. Kita harus belajar mempraktikkan Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan hingga dapat melihat kebenaran dengan jelas. Saya berharap Qingxiushi sekalian juga dapat mendalami dan menyebarkan Dharma. Biasanya, saya termasuk pendiam. Namun, begitu saya mulai berbicara, ada banyak Dharma yang tak habis saya bagikan. Tindakan sehari-hari saya tak luput dari Dharma.
Saat mendengarkan kalian berbagi kisah di sini, saya merasa bahwa kalian juga tengah menyebarkan Dharma. Kini, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap. Saat ini, kita masih dalam tahap belajar. Bagaimana menapaki Jalan Bodhisatwa? Kita harus belajar mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Dengan begitu, barulah kita bisa benar-benar memahami penderitaan di dunia dan melihat bagaimana tiga fenomena, yakni tubuh, pikiran, dan materi, mengalami empat fase perubahan.
Materi mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Tubuh mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Pikiran mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Karena itulah, saya sering berkata bahwa pikiran anak-anak mudah berubah. Pikiran bisa timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Kita membangkitkan tekad untuk menapaki jalan ini. "Saya bersedia mempelajari kebenaran dan melepaskan ikatan dengan keluarga dan orang yang dikasihi. Saya akan menjaga kemurnian jiwa dan raga saya."
Dengan segenap jiwa dan raga, kita mendedikasikan diri bagi dunia, bukan keluarga sendiri. Kita melatih diri bukan demi pencapaian pribadi, melainkan demi bersumbangsih bagi masyarakat. Jangan berpikir bahwa kita mengorbankan diri. Tidak ada yang dikorbankan. Dengan bersumbangsih, kita akan meraih pencapaian. Begitu pula sebaliknya.

Untuk melatih diri, kita harus terlebih dahulu menjalin jodoh baik. Saya telah menjalin jodoh baik selama berbagai kehidupan lampau sehingga bisa berada di sini sekarang. Kalian pasti telah menjalin jodoh baik di kehidupan lampau sehingga kini bisa memiliki jalinan jodoh istimewa untuk melatih diri bersama di ladang pelatihan yang penuh dengan Dharma ini. Kalian dapat menapaki jalan ini dengan stabil dan menjalin banyak jodoh baik. Kalian harus menggenggam kesempatan ini.
Ladang pelatihan kita sangat murni dan sederhana. Hati semua orang juga sangat murni dan sederhana. Di sini, kita memiliki kesempatan untuk bersumbangsih dan melatih diri serta dapat memotivasi satu sama lain. Inilah yang seharusnya kita lakukan. Setelah menentukan arah, lakukan saja. Itu tidak akan salah. Yang terpenting, kini kalian harus saling menghormati dan bekerja sama dengan harmonis.
Dalam ajaran Buddha dikatakan bahwa saat anggota Sangha saling memuji, barulah ajaran Buddha bisa tersebar luas. Sebagai Qingxiushi, kalian juga harus menyatukan hati dan menjaga ucapan. Dharma disebarkan lewat mulut, kata-kata yang melukai orang juga keluar dari mulut. Mulut bisa menciptakan banyak karma buruk dengan memfitnah atau mengadu domba orang lain. Mulut juga bisa menyebarkan Dharma untuk membimbing orang banyak. Jadi, kita harus terjun ke tengah masyarakat.
Tiga aksara "orang" akan membentuk aksara "kelompok". Di tengah masyarakat, kita harus sepenuh hati menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Untuk itu, kita harus berbagi Dharma dengan mulut kita. Lautan sangatlah luas. Meski lautan sangat luas, tetapi menyeberangi lautan bukanlah hal yang mustahil. Namun, tanpa kapal atau perahu, itu benar-benar mustahil. Karena itu, kita harus bertekad untuk membuat perahu.

Setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar. Berlatihlah di Puncak Burung Nasar dalam batin sendiri. Jadi, Buddha tidak jauh dari kita. Jarak antara "belajar" dan "sadar" juga tidak jauh. Hanya saja, apakah kita senantiasa membangkitkan hati Bodhisatwa? Jika tidak senantiasa membangkitkan hati Bodhisatwa, meski telah tersadarkan, kita tetap tidak bisa mencapai kebuddhaan.
Saya berharap semua orang dapat bersungguh hati memohon dan mempelajari Dharma. Kita menyebutnya memohon dan belajar. Apakah yang kita mohon dan pelajari? Jalan kesadaran. Semoga hati kita terhubung dengan jalan kesadaran tanpa rintangan. Hati kita bisa seluas alam semesta, juga bisa masuk ke dalam sesuatu yang sangat kecil. Tahukah kalian apa yang sangat kecil itu? Gen dalam sebutir benih. Ia seakan ada, tetapi juga seakan tidak ada. Inilah prinsip kebenaran.
Terdapat kekosongan sejati dalam eksistensi ajaib. Eksistensi ajaib ini adalah gen tersebut. Ada pula eksistensi ajaib dalam kekosongan sejati. Gen itu jelas-jelas ada, tetapi jika membelah benih itu, kita tidak akan menemukan apa pun. Inilah kekosongan sejati dalam eksistensi ajaib. Inilah prinsip kebenaran. Untuk menyadari kebenaran ini, dibutuhkan keyakinan. Kita harus memiliki keyakinan terhadap ajaran Buddha.
Saya sangat sukacita melihat kalian. Pikiran kalian bagaikan jalan yang lapang dan lurus. Jangan membiarkannya berliku-liku. Pertahankanlah arah kalian di jalan yang lapang dan lurus ini. Jalan ini sangat lurus. Kita tidak boleh menyimpang sedikit pun. Jalan untuk mempelajari kebenaran ini sangat lurus dan komprehensif. Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa hingga melihat kebenaran, baru bisa tersadarkan.
Para Qingxiushi mewariskan Dharma dan menapaki jalan yang lapang dan lurus
Bodhisatwa belajar dan sadar dengan bersumbangsih secara nyata
Memahami kebenaran tentang kekosongan sejati dan eksistensi ajaib
Memiliki hati seluas alam semesta dan menjalin jodoh baik
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 27 Mei 2025